Home / Pernikahan / Calon Mertuaku Menjadi Maduku / Bab 1 Pengantin pengganti

Share

Calon Mertuaku Menjadi Maduku
Calon Mertuaku Menjadi Maduku
Author: Mayamaharani3f

Bab 1 Pengantin pengganti

last update Last Updated: 2024-02-21 16:16:10

"Saya terima nikah dan kawinnya Adriani Puteri binti Muhammad Yusuf dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai." ucap pak Akbar Firdaus dengan suara lantang dan tegas.

Sah..

Sah..

Ucap para saksi.

Tak jauh dari acara ijab kabul, Ibu Nova Kumala istri dari pak Akbar menatap sedih dan dendam campur aduk. Menangis lirih sambil berguman "semua ini gara- gara kamu Rizal, kamu mengorbankan mama". Bu Nova terus meratapi nasibnya yang sudah Bermadu.

Setelah ijab kabul, pengantin perempuan dibawa kehadapan suaminya yaitu pak Akbar.

"Pak," panggil puteri kepada pak Akbar yang kini telah sah menjadi suaminya.

"Saya bukan atasan kamu lagi, saya suami kamu. Mulai sekarang panggil saya mas," pak Akbar berkata dan memberikan tangan kanannya untuk dicium oleh puteri.

Lalu keduanya duduk berdampingan untuk doa bersama. Tanpa disadari puteri, pak Akbar menarik tangan puteri dan menggenggam jemarinya erat, setelah acara doa selesai.

"Pak...ehh mas..eehh? Ini, lepas ?" Puteri memelas dengan rasa takut.

Jujur, Puteri sangat takut dan segan dengan pak Akbar yang sejatinya dia adalah bos besar dirumah sakit tempat dia bekerja, walaupun sebulan yang lalu dia sudah bertunangan dengan Rizal Afandi, anak dari bapak Akbar Firdaus .

"Kamu harus membiasakan diri dengan saya, saya suamimu. Hilangkan perasaan takut dan hormat sebagai atasan." tutur pak Akbar pelan sambil tersenyum tipis.

Sebenarnya hati pak Akbar, gamang antara sedih, kasihan, terhadap istri pertamanya. Yaitu cinta pertamanya.

Perasaan geram dan marah kepada sang putera yang sudah lari dihari pernikahan, dan semua itu karena campur tangan sang mama.

"Kalau tidak mau menikah, kenapa tidak dibatalkan saja. Kenapa harus lari, kayak dipaksa saja."

Dalam hati pak Akbar terus merutuk kelakuan puteranya. " Jangan harap kamu akan merasakan uang dan harta papa lagi, dasar anak tidak tau malu." ucap pak Akbar lagi didalam hati.

Sementara puteri yang memang sudah tidak mau lagi untuk duduk dipelaminan, setelah acara ijab kabul selesai, Puteri langsung masuk kedalam kamar pengantin, dan mengurung diri.

"Selamat ya, kamu sudah menikah dengan suamiku, selamat jadi orang kaya. Tapi jangan harap kamu akan mendapatkan harta suamiku, pernikahan Kalian terjadi karena suamiku kasian dengan keluargamu !" ucap Bu Nova ketus, istri pertama dari suaminya.

Puteri hanya diam, memandang datar Bu nova, calon mertua yang selama ini memang tidak suka dengannya. Yang sekarang bertukar status menjadi madunya.

"Suamiku nanti akan menceraikanmu setelah satu bulan bulan pernikahan. Jadi jangan harap kamu jadi penggantiku, cintanya hanya untukku." tutur Bu Nova lagi.

Keduanya tiba- tiba menatap kearah pintu kamar yang terbuka perlahan.

"Mama ngapain disini..!" ujar pak Akbar yang muncul dari balik pintu.

Menatap sinis dengan mata bengkak yang baru menangis lama Bu Nova berkata, "ku harap papa mengerti perasaan mama, segera ceraikan perempuan ini dan aku gak izin kalau papa menyentuhnya..!" sambil menangis, Bu Nova langsung berlari keluar kamar, meninggalkan sepasang pengantin baru beda usia tersebut.

Setelah Bu Nova pergi dari kamar itu, pak Akbar menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Puteri yang mengetahui itu langsung berdiri tegak.

"Pak..!" guman Puteri.

"Kamu belum mengganti panggilan untuk saya ? Sebulan menjadi tunangan anak saya kamu tetap kaku denganku dan sekarang kamu semakin takut." Tutur pak Akbar, yang kini telah duduk diatas tempat tidur pengantin.

"Kemarilah," panggil pak Akbar.

Puteri yang dipanggil, hanya bengong. Sebenarnya Puteri seperti orang linglung setelah kejadian ini. Jangankan untuk menangis, untuk berfikir saja, otak Puteri seakan sudah error.

"Kemarilah?" Panggil pak Akbar sekali lagi.

"Iya..!" Jawab puteri, menuruti ucapan bos besar yang sekarang telah menjadi suaminya, bukan menjadi bapak mertua seperti yang mereka rencanakan selama ini.

Kini keduanya telah duduk berdua berdampingan.

"Saya tahu kamu pasti shock dengan kejadian ini, maafkan kelakuan Rizal." ucap pak Akbar dengan gerakan reflex meraih jemari puteri.

Puteri yang tidak menyadari itu, terkejut dan dengan gerakan reflex juga dia akan berdiri. Tapi bukannya berdiri, Puteri malah jatuh terduduk tepat di paha pak Akbar.

"Kita telah sah Puteri, saya tau beda usia kita sangat jauh. Dan saya tahu kamu tidak ingin jadi yang kedua kan?"

"Jadi kapan bapak menceraikan saya,?" tanya Puteri, kini wajahnya hanya berjarak sekitar tiga puluh sentimeter dari pak Akbar.

"Saya tidak akan menjandakan kamu," tutur pak Akbar. Dan tiba tiba tanpa diduga, dia mencium dahi puteri dengan lembut.

Puteri yang tidak sempat mengelak, hanya melotot.

"Bu Nova nanti akan mengamuk pak?" Jelas Puteri, sambil menggeser duduknya.

Pak Akbar diam dan tersenyum lembut ketika puteri duduk memberi jarak padanya.

"Tentang Nova, saya yang akan urus, saya tau apa yang akan saya lakukan pada istri saya?" ucap pak Akbar, matanya intens menatap sang istri mudanya.

Puteri hanya diam menunduk.

Ada rasa getir dihatinya, mendengar pak Akbar menyebutkan kata istri. Padahal semua orang memang tahu kedudukan Bu Nova dimata pak Akbar, sangatlah istimewa. Bu Nova adalah cintanya pak Akbar .

Kisah kasih pak Akbar dan Bu Nova sangatlah romantis. Perlakuan pak Akbar yang sangat lembut dan memanjakan Bu Nova, kadang membuat orang yang melihat iri.

"Cantik," batin pak Akbar.

"Saya tidak mau mendengar kamu memanggilku dengan sebutan pak, Kamu sudah makan ?" Tanya pak Akbar.

Puteri hanya menggeleng.

Pak Akbar segera menghubungi pelayan untuk mengantarkan makan siang yang telah lewat, melalui sambungan telepon dikamar pengantin mereka.

"Ayo kita makan," ajak pak Akbar setelah pelayan mengantar makanan kedalam kamar.

Puteri menurut dan kini keduanya duduk di sofa yang tidak jauh dari tempat tidur.

"Sepiring berdua," ucap pak Akbar.

Puteri yang akan mengisi nasi kedalam piring kosongnya, menatap pak Akbar tanda tidak mengerti.

"Kita makan sepiring berdua, dan kalau kita makan berdua saya tidak mau melihat ada piring lebih dari satu diatas meja, dimanapun berada harus sepiring berdua. Ini adalah wajib, kamu paham ?" tanya pak Akbar.

Puteri hanya diam, dan perlahan dia meletakkan piring kosong yang telah dipegangnya. Lalu menggeser duduknya untuk dekat dengan suaminya.

Pak Akbar yang merasa Puteri masih berjarak dengannya, segera merapatkan duduknya dengan Puteri dan mengambil alih piring yang sudah dia isi dengan nasi dan lauk.

"Makanlah,! ajak pak Akbar sambil menyuapkan nasi kemulutnya. Puteri yang melihat itu hanya menelan ludah. Dan mengikuti pak Akbar untuk menyuapkan nasi kemulutnya juga dengan menggunakan sendok yang sama.

"Mulai saat ini, saya mau seperti ini kalau kita makan berdua ? Kamu mengerti istriku,"

"Iya" Jawab puteri.

Menikah dengan pak Akbar sudah membuat hati dan perasaannya down. Jadi tidak ada gunanya untuk berdebat.

"Kamu pasti menyesal rizal, Papa yakin itu. Wajahnya alisnya, hidungnya, bibirnya begitu sempurna. Dia begitu cantik, penurut, Soleha.

Kamu rugi Rizal, tidak menuruti ucapan papa."

Pak Akbar terus berkata di dalam hati, sambil memandangi puteri dalam diam.

Related chapters

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 2 Hari Pernikahan

    Akbar Firdaus adalah seorang bos besar yang mempunyai rumah sakit. Rumah sakit di mana Puteri bekerja, rumah sakit swasta saraf terbesar di jakarta. Akbar Firdaus juga seorang dokter senior saraf dan juga seorang dosen jurusan kedokteran di universitas negeri jakarta. Seorang pria dewasa yang semakin gagah dan semakin ganteng diusia yang ke empat puluh tujuh tahun. Mempunyai calon pewaris tunggal akan harta dan perusahaannya, namun telah lari dihari pernikahannya."Mas, akan keluar setelah ini. Kamu boleh istirahat, tukarlah pakaianmu, tidak usah dilayani ucapan Nova kalau dia masuk ke kamar ini. Mas harap kamu paham dengannya, atau sebaiknya kunci saja kamarnya dari dalam supaya tidak ada yang mengganggumu." ucapnya sebelum dia keluar."Ayahku boleh masuk kesini ?" tanya Puteri."Ayahmu adalah sahabat surgaku, dia berhak atasmu," ujar Akbar sambil melangkah keluar.Segera puteri mengunci pintu kamar, setelah suaminya keluar dari dalam kamar.Pesta pernikahan tetap berjalan dengan

    Last Updated : 2024-02-21
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 3 Lari dari pernikahan

    "Sudah hampir sore, acara akan segera berakhir. Mungkin saya akan terlambat masuk ke kamar ini, kamu istirahatlah dulu." ucap Akbar, setelah dapat menstabilkan gejolak tubuhnya.Perhatiannya tak lepas dari wajah cantik Puteri.Merasa terus diperhatikan, Puteri langsung pergi kekamar mandi, tanpa ucapan apapun."Hhuuuhhhh..ya Allah, jantungku rasanya mau copot. Tolong hamba ya Allah, hamba takut. Dia seperti harimau." guman Puteri dan terdengar lirih.Begitu melihat wajahnya dipantulan cermin dikamar mandi, Puteri baru tersadar kalau dia sudah tidak menggunakan hijab sejak tadi." Mati aku, pak Akbar melihat rambutku yang kucel ini.malunya..? segera Puteri membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket dan gerah.Hari mulai gelap, tamu- tamu undangan sudah pada berpulangan. Pak Akbar baru saja selesai melaksanakan solat magrib di kamar hotel tempat istri pertamanya."Kenapa mama tidak solat ?" Tanya pak Akbar lembut. Melangkah menghampiri istrinya yang sedang duduk diatas pembaringan

    Last Updated : 2024-02-21
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 4 Malam Pengantin

    Perlahan pak Akbar masuk kedalam kamar istri barunya, pelan dan sangat perlahan, dia menutup kembali pintu dan langsung menguncinya dari dalam.Pak Akbar mendekati Puteri yang sudah terbang kenirwana dengan pulasnya, memandangnya dengan tajam dan menarik nafas berat."Bukan ini mau hamba ya Allah, memiliki dua istri, hamba lelaki akhir jaman yang tidak akan dapat adil dan amanah untuk mereka." gumannya pelan.Semakin mendekati sang istri dan perlahan duduk disampingnya. Selama ini tidak pernah sekalipun dia melihat sang istri yang dulu calon menantunya itu tidak mengenakan hijab, ternyata dibalik hijab kecantikannya sungguh luar biasa.Perlahan tangannya menyentuh anak rambut Puteri yang selalu melambai lambai didahi dan daun telinganya. Tatapan matanya tak lepas dari wajah, terutama bibir Puteri.Perlahan tapi pasti pak Akbar mencium dahi, hidung dan bibir istrinya. Setelah itu dia melangkah kearah sofa untuk mengerjakan tugas melalui laptop yang tadi dibawa nya.Perjanjian operasi u

    Last Updated : 2024-02-21
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 5 Tinggal Bersama

    Pak Akbar dan Bu nova kembali masuk kedalam kamar hotel istri pertamanya.Setengah agak memaksa pak Akbar kembali menarik tangan istrinya untuk masuk kedalam kamar mereka."Kamu keterlaluan pa," ratap Bu Nova, menangis histeris.Pak Akbar hanya bisa memeluk berusaha untuk menenangkan gejolak hati istrinya, tanpa bicara.Perlahan dia membimbing Bu Nova untuk duduk disofa. Keduanya duduk terdiam, hanya suara nafas berat pak Akbar yang terdengar."Kita cerai saja pa," pinta Bu Nova.Tak ada jawaban, ingin rasanya pak Akbar menjerit menumpahkan kesal dihati. Tapi tak tahu dia kesal dengan siapa."Hari ini, kita pulang kerumah. Mama bersiaplah, Papa ada jadwal operasi nanti jam sembilan."Bu Nova masih terdiam, sesekali terdengar isakan kecil dari mulutnya." Jangan bawa perempuan itu kerumah kita pa," Pinta Bu Nova" Iya ma," Papa tidak mungkin melakukan itu, jangan fikir yang bukan- bukan. Kami tidak melakukan apapun," sambil membelai kepala istrinya, pak Akbar mencoba bicara lembut dan

    Last Updated : 2024-02-21
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 6 Makan malam

    Hari ini jadwal pak Akbar terlalu padat, pasien yang sudah antri, yang paling diutamakan, operasi bedah syaraf bukannya cukup hanya satu atau dua jam, dan karena masih minimnya dokter ahli bedah dinegara ini, terkadang membuat jadwal operasi pria beribawa ini tidak pernah kosong setiap harinya.Belum lagi dia juga sebagai pemilik rumah sakit "Berkah Ilahi" rumah sakit yang dia dirikan sendiri, rumah sakit yang banyak membantu pasien yang kurang mampu, rumah sakit yang mengedepankan kesehatan pasiennya terlebih dahulu, tanpa memandang biaya.Rumah sakit yang biaya perobatannya bisa dicicil kemudian, setelah pasien sembuh.Untuk itu rumah sakit Berkah Ilahi selalu dipadati oleh pengunjung, terutama dibagian administrasi kredit, administrasi kredit adalah bagian yang menangani pengobatan ktedit, pasien dan anggota keluarga boleh membayar secara mencicil, untuk jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, tanpa memberi atau menambah suku bunga.Dan cabang Berkah Ilahi sudah ada t

    Last Updated : 2024-03-26
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 7 Memberi Pilihan

    Kini keduanya telah duduk di restaurant hotel dimana Puteri menginap, khususnya diruangan VIP.Tak ada meja luas atau kursi makan yang indah.Puteri heran, namun dia malas untuk bertanya."Ayo duduklah, kita makan dilesehan saja" ujar suaminya.Sejenak Puteri berfikir, dan beberapa saat baru dia mengerti keinginan suaminya. Walau ditempat mewah sekalipun, suaminya ingin makan duduk dilantai, seperti kebiasaan ayah dan dirinya yang tidak suka makan dimeja makan.Ada permadani mewah dan lembut. ukurannya tidak begitu luas, kira- kira dua kali dua meter.Rani segera mengambil posisi agak kesudut, dan dikuti oleh suaminya."Tadi siang makan dimana ?" tanya Akbar setelah keduanya duduk diatas permadani mewah."Dikamar" jawab Rani singkat."Maaf ya, dalam beberapa hari ini mas mungkin terlalu sibuk, karena mas harus mengganti jadwal operasi pasien !" Tidak lama kemudian pramusaji datang membawa hidangan yang dipesan pak Akbar. Setelah hidangan tersusun rapi, pramusaji langsung undur diri m

    Last Updated : 2024-03-26
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 8 Stimulasi Suami

    Jam satu dini hari Akbar terjaga dari tidur, dilihatnya sang istri masih tertidur dengan damai disamping Sisi kananya. Perlahan pak Akbar bangkit, membetulkan selimut istri tercintanya, mengecup keningnya sesaat, sebelum dia bergerak kekamar mandi.Tak lama kemudian pak Akbar sudah berada diluar kediamannya, melangkahkan kakinya menuju garasi mobil. Hanya tidur dua jam lebih mampu membuat wajah pak Akbar fresh kembali.Membawa salah satu mobilnya, pak Akbar langsung melajukan mobilnya menembus gelapnya malam.Kini dirinya telah sampai dilobi hotel, tempat istri mudanya menginap. Dengan akses yang dia miliki, pak Akbar langsung dapat masuk kedalam kamar hotel sang istri."Assalamulikum" lirihnya, begitu dia membuka pintu kamar. Masuk dan langsung mengunci pintu kamar kembali.Suasana kamar yang terang, langsung dapat membuat mata pria dewasa itu melihat Puteri yang sedang tertidur miring kearahnya, tanpa mengenakan selimut."Kenapa kamar ini terasa pengap dan sedikit panas" ujarnya pe

    Last Updated : 2024-03-27
  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 9 Pindah

    Jantung Puteri rasanya ingin copot saja, nafasnya sesak, dia susah bernafas dengan posisi seperti itu, tubuhnya bergetar dan Akbar merasakan itu.Begitu juga dengan Akbar, gejolak tubuhnya akan selalu naik sampai keubun- ubun jika berdekatan dengan sang istri, namun sebagai orang yang sudah berpengalaman dia masih mampu untuk menahannya."Tidurlah Ruhi..! Mas hanya ingin seperti ini." ujar Akbar, sambil menutup kedua belah matanya dalam keadaan memeluk tubuh Puteri dengan berbantalkan lengan kekarnya.Puteri yang sedari tadi diam tak bergerak, perlahan menatap kesamping kirinya, dahinya langsung menyentuh pundak sang suami. Tidak ada guna untuk merenggangkan diri lagi, batinnya.Perlahan Puteri memejamkan kelopak matanya, dua suara dengkuran halus dan teratur tak lama terdengar. Ternyata sepasang suami istri beda usia itu telah tidur dengan damai, melupakan sesaat tentang masalah esok hari.Hampir jam enam pagi pak Akbar terjaga dari tidurnya, tangannya yang sudah sangat kebas, namu

    Last Updated : 2024-03-27

Latest chapter

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 47 Menuju Bahagia

    Sudah satu Minggu Puteri kembali kerumah minimalisnya. Seperti biasa sebelum pergi ke rumah sakit Akbar sendiri yang akan mengurus bayi Emran dan istri mudanya. "Ruhi....sayang...? Sudah hampir subuh." Panggil Akbar ditelinga sang istri dengan lembut."Mandilah...lima menit lagi azan subuh." Sambung Akbar saat dilihatnya sang istri sudah bangun dari tidurnya. Tanpa menjawab Puteri segera bergegas mengikuti apa yang diperintahkan sang suami.Solat subuh berjamaah dan mengulang murajaah adalah rutinitas yang mereka lakukan sebelum lengkingan suara Emran menggema dari dalam box bayinya.Jam setengah tujuh Emran telah wangi dengan wajah yang sudah seperti donat tepung, karena ulah sang papa. "Wah...anak papa sudah ganteng...sudah wangi...wangi surga..." Ucap Akbar pada puteranya yang sudah mulai lasak."Kita nenen dulu...? Nenen sama mama..?" Sambungnya lagi sambil menggendong Emran, meletakkannya diatas pangkuan sang istri yang sudah siap duduk diatas sofa."Kuchi....kuchi...anak aku ga

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 46 Ikhlas Dan Tulus

    Puteri terus memangku bayi Emran sampai tertidur pulas, setelah menghabiskan susu botolnya.Akbar hanya diam terpaku melihat keajaiban Allah. Doanya telah di ijabah Allah, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.Perlahan Nova menghampiri Puteri dan berkata."Sini...Emran nya biar saya pindahkan ke boxnya saja." Pinta Nova dengan tulus."Haaaah...i..iya..!" Jawab Puteri gugup. Dengan sedikit gemetar Puteri memberikan bayinya kepada Nova. Rasa lemah dengan tulang yang rasanya kaku membuat Puteri tidak dapat bergerak banyak.Tak lama seorang suster datang membawakan teh panas dan bubur nasi sup ayam kampung.Dengan cekatan Akbar menerima troli makanan tersebut dan membawanya kehadapan sang istri."Makan dulu Ruhi...?" Pinta Akbar lembut.Nova yang merasa canggung dengan situasi mereka bertiga, berfikir untuk keluar dari ruangan tersebut."Pa...mama, mau pulang sebentar, nanti mama datang lagi. Kalau ada sesuatu yang mau dibeli, hubungi mama ya pah?" Ucap Nova lembut.Kemudian

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 45 Usaha Emran

    Hari ini rencananya Akbar akan memindahkan perawatan untuk Puteri dirumah minimalis mereka. karena bagaimana pun rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk tumbuh kembang puteranya yaitu Emran. Tanpa diminta oleh suaminya, pagi- pagi sekali Nova sudah sampai dirumah sakit, tepatnya diruangan Puteri dirawat."Ada apa ma?" Tanya Akbar setelah menjawab salam dari istri pertamanya."Ada apa?" Tanya Akbar lagi, dia merasa heran karena masih terlalu pagi bagi tamu untuk menjenguk pasien."Aku hanya ingin bersama kalian pa..?" Jawab Nova jujur.Pak Akbar yang mendengar hanya menautkan alisnya saja, tanpa berkomentar."Oke...sudah selesai..! Anak papa sudah ganteng, sudah wangi...wangi surga...!" Ucap Akbar pada sang putera yang baru selesai ia mandikan.Dengan memakai pakaian anak enam bulan keatas, Emran nampak lebih besar dari usianya.Dengan menggendongnya sebelum diberikan susu, Akbar ingin anaknya memanggil Puteri dengan jeritan tangisan seperti biasanya. "Mas selalu berdoa, kamu pulang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 44 Merindukanmu

    Assalamualaikum" terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar ruangan. Akbar yang baru selesai mengaji disisi sang istri, segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang." "Waalaikumsalam" jawab Akbar. Saat tahu siapa yang datang ia menghela nafas dengan berat."Kamu bisa pulang ma?" Tanya Akbar heran. Tanpa menerima uluran tangan Nova yang ingin menyalaminya."Jadi papa enggak suka nengok mama pulang ya?" Tanya Bu Nova sedikit tersinggung. "Bukannya gak suka, tapi mama sendiri yang bilang, kemungkinan mama disana sampai menantu mama siap melahirkan." Jawab Akbar, berlalu meninggalkan istri tuanya yang masih berdiri di pintu."Masuklah kalau mau masuk." Ucap Akbar yang telah duduk disisi Puteri. Sedangkan Putera mereka sedang tidur nyenyak didalam box Beby."Sudah berapa lama dia seperti ini pah?" tanya Nova yang sudah berdiri di dekat Akbar."Hampir sebulan." Jawab Akbar datar. Sambil mengecek beberapa berkas kantor dan rumah sakitnya. Merasa dicuekin, Nova berja

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 43 Lebih Baik Berpisah

    Sekitar pukul delapan malam pak Yusuf sampai ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit tempat anak semata wayangnya melahirkan."Assalamualaikum" ucap pak Yusuf ketika ia telah sampai didepan pintu kamar pasien tempat Puteri berada.Akbar yang baru selesai menunaikan shalat isya, menoleh kearah suara."Waalaikumsalam" jawabnya dan segera menghampiri sahabat karib sekaligus bapak mertuanya.Kedua lelaki itu berjabatan tangan, dan kemudian berpelukan."Aku takut Yusuf...aku takut kalau istriku pingsannya lama." Ucap Akbar dengan suara bergetar."Berdoalah untuk yang terbaik" jawab Yusuf dengan menepuk- nepuk pundak sahabatnya dan melepaskan pelukan mereka.Yusuf menghampiri anaknya yang sudah lama tidak ia kunjungi."Sayang...?" Panggil Yusuf dengan suara bergetar. Diraihnya jemari Puteri digenggamnya erat."Kenapa belum mau bangun sayang....?" Panggilnya pada sang anak yang tertidur dengan damai."Kasian cucu ayah kalau tidak minum ASI, bangunlah. Hadapi semua, menghindar untuk tetap

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 42 Melahirkan

    Satu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 41 Penyatuan di rumah sakit

    Ambulans yang membawa Puteri sampai dilobi rumah sakit bersamaan dengan sampainya Akbar ditempat itu. Pihak rumah sakit yang sudah standby menunggu istri dari bos besar mereka, segera menyambut kedatangan ambulansPintu belakang mobil ambulans segera dibuka, terlihat Puteri yang tengah terpejam.Dua orang perawat laki- laki langsung menurunkan brankar ambulans tersebut."Ruhi....?" Panggil Akbar cemas.Sedangkan Yani juga mengikuti kemana Puteri dibawa tim medis. Ruang persalinan dilantai empat sudah disiapkan sejak tadi, dokter Mira yang sudah standbye menunggu kedatangan Puteri, istri dari atasannya itu segera menyambut dan memeriksa kondisi wanita hamil tersebut."Dokter, saya tidak mau operasi," ucap Puteri lemah."Kita akan usahakan yang terbaik ya Bu...kalau tidak memungkinkan untuk normal terpaksa harus operasi juga, karena kondisi ibu tidak begitu sehat." Ucap dokter Mira. Sedangkan Akbar yang ada disamping Puteri hanya diam mendengarkan dua orang wanita itu berbicara.Selang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 40 Merasa hidup sendiri

    "Ruhi...?" Panggil Akbar dengan suara yang cukup kuat. Buru- buru ia menghampiri sang istri yang sedang tertidur pulas di dalam bathtub.Tanpa berfikir panjang, Akbar segera mengangkat Puteri yang tanpa memakai pakaian sehelai pun dan membawanya masuk kedalam kamar tidur, meletakkan dengan lembut dan membungkus tubuh sang istri dengan handuk berukuran besar.Puteri yang merasa tubuhnya terangkat dan tidak merasakan dinginnya air lagi, segera membuka matanya."Ada apa? Kenapa?" Tanya Puteri heran melihat Akbar yang kalang kabut dengan ekspresi wajah yang cemas."Sayang....?" Kamu mau buat mas kena serangan jantung, hhhmmmm...? kenapa kamu tidur dikamar mandi didalam bethup lagi...!" Tanya Akbar lembut namun tegas.Puteri hanya mendesah, sedikit kesal. Perlahan Puteri bangkit, dan berniat untuk mengambil pakaiannya."Mau kemana?" tanya Akbar lagi dengan rasa sabar dan sayangnya."Mau pakai baju," jawab Puteri datar, sedikitpun tidak ada lagi sifat manja yang Puteri tunjukkan kepada Akba

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 39. Aku orang ketiga

    "aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du

DMCA.com Protection Status