Share

Kekejaman mulut mereka

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 12:43:04

Nisa merenggangkan otot-otot tubuhnya saat sudah sampai di rumah. Perutnya terasa kram, akibat berjalan terlalu jauh menuju ke pasar.

Mau naik ojek, tapi Nisa tidak punya biayanya. Tadi saja uang belanja yang di berikan oleh ibu mertuanya kurang, terpaksa mau tidak mau Nisa mengambil uangnya yang digunakan untuk pemeriksaan agar bisa membeli barang-barang yang memang sudah ada di catatan itu.

Padahal uang itu untuk mengecek kandungannya esok hari, namun karena uangnya sudah habis, terpaksa setelah selesai memasak makanan, Nisa harus bekerja di warung bakso Bude Sira.

Terpaksa itu yang harus Nisa lakukan, Nisa harus bekerja demi bisa memeriksakan kandungannya esok hari.

Padahal tubuhnya sudah lelah letih ingin sekali Nisa berbaring di atas ranjang, namun semua itu hanya angan-angannya saja. Nisa yakin ketika dirinya beristirahat Ibu mertuanya akan datang dan langsung memarahi dirinya.

Sudah biasa, dan hal itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Nisa.

Nisa mengusap peluh keringat yang ada di dahinya, wanita berambut di ikat asal itu langsung duduk lesehan di atas lantai, sesaat setelah selesai memasak.

"Wow, enak banget, aromanya wangi banget, dek Nisa masak apa nih?" celetuk Wina, istri dari abangnya Doni.

Nisa tersenyum simpul. "Masak ayam kecap mbak, silahkan cicipi."

Wina mengangguk, lalu menarik kursi dan duduk di sana.

"Win, makan yang banyak. Kamu harus makan yang bergizi biar cepet hamil. Ibuk udah enggak sabar loh mau menimang cucu." Mirna datang sambil membawa sepiring buah-buahan dan di letakkan di depan Wina.

Wina- istri dari Dani Abangnya Doni itu memang belum hamil- hamil. Padahal keduanya sudah menikah hampir delapan tahunan. Sedangkan Nisa sudah hamil, saat bulan ke tiga pernikahannya.

Wina tersenyum manis , sambil meraih nasi dan juga lauk-pauk di atas meja itu. "Iya buk. Ibuk tenang saja, sebentar lagi aku bakalan hamil. Ibuk doain saja ya, ini juga lagi usaha kok. Dan ibuk bisa menimang cucu" sahutnya.

"Senang sekali ibuk mendengarnya Win. Ibuk selalu berdoa agar kamu bahagia, dan kamu bisa lemas punya anak" Mirna mengusap perut rata milik Wina.

Nisa yang melihat pemandangan itu tersenyum kecut. Dirinya yang hamil tapi ibu mertuanya tidak pernah mengharapkan kehadiran bayinya. Nisa tidak pernah mendapatkan kasih sayang sedikit pun dari mertuanya.

Lain dengan Wina yang selalu mendapatkan kasih sayang, dan perhatian penuh dari ibu mertuanya itu. Bahkan masalah anak saja, ibu mertuanya malah mengharapkan anak dari menantu tertuanya itu.

Miris sekali rasanya nasib Nisa, sudah hamil dan memberikan yang terbaik, namun dirinya tetap tidak di anggap.

"Oiya, sebentar lagi kan ibuk dapat cucu dari Nisa. Ibuk bisa nimang cucu dulu dong" ucap Wina di sela kunyahan makannya.

Mirna berdecak tidak suka saat mendengarnya. "Malas! Kamu enggak tau apa, ibuk itu enggak suka sama dia. Ibuk enggak peduli. Mau dia hamil apa enggak bukan urusan ibuk. Alasannya, ya karena dia itu miskin, sedangkan kamu kaya Wina , kamu itu anak pak RT. Lah dia, cuman anak tukang pangkas doang. Cih, enggak sudih ibuk mendapatkan cucu dari wanita anak tukang pangkas seperti dia.

"Entah kenapa Doni bisa menikah dengan dia, padahal berulangkali ibuk selalu menentangnya dulu. Doni emang keras kepala, alasan cantik doang. Kalau duit enggak punya kan sama saja. Lihat sekarang" Mirna lalu menunjuk ke arah Nisa yang tengah duduk lesehan di lantai, sambil menundukkan kepalanya.

"Lusuh kan dia sekarang! Udah jelek juga. Ibuk jamin, sebentar lagi bakalan di cerai sama Doni" sambung Mirna sarkas.

Hancur sudah pertahanan Nisa, Nisa langsung menangis saat mendengar kata-kata pedas yang terlontar dari mulut wanita paruh baya itu. Kejam sekali kata-katanya. Langsung menembus ke relung hati Nisa.

Nisa yang hamil, perasaannya bisa langsung sensitif, tapi orang-orang di sekitarnya seakan tidak mau menghiraukan itu.

Nisa langsung bangkit dari duduknya, tanpa mengatakan apapun, dirinya langsung pergi dari sana. Biarlah di anggap tidak sopan, tapi hatinya terlalu terluka karena penghinaan itu.

Sedangkan Wina, tersenyum menyeringai saat melihatnya. Wanita itu sangat suka jika Nisa di perlakukan seperti itu oleh ibu mertuanya. Karena sebenarnya dirinya tidak pernah suka dengan wanita itu. Wina benci dan pura-pura suka di depan Nisa dan orang-orang, agar tidak kentara sekali jika dia tidak menyukainya.

Dia benci, karena Nisa bisa hamil, sedangkan dirinya belum bisa hamil. Wina takut keluarga sang suami menyayangi wanita miskin itu, tapi Wina harus bersyukur, karena keluarga suaminya selalu memandang seseorang dari harta dan martabat.

"Cih, baru di bilang gitu aja udah nangis. Dasar cengeng. Udah kamu enggak usah hiraukan dia. Makan yang banyak," Mirna langsung mengambil lauk lagi untuk Wina lagi, menantu kesayangannya itu.

Wina tersenyum manis. "Terimakasih buk" sahut Wina.

"Loh mbak Wina kapan datang? Kok enggak tau Muning." Kemuning datang dan langsung menyalami Wina.

"Baru saja. Oiya tadi mbak membawa makanan ringan untuk kamu dan ibuk. Tapi masih ada di sepeda motor. Sebentar mbak ambilkan dulu." Wina langsung bangkit dan menuju ke sepeda motor miliknya yang terparkir apik di depan rumah sederhana milik Mirna.

Kemuning langsung tersenyum sumringah. "Lihat buk, mbak Wina selalu saja membelikan aku oleh-oleh kalau kemari, beda banget sama mbak Nisa . Taunya menumpang saja. Tidak bisa membelikan apa-apa untukku." Celetuk Kemuning.

Kemuning ini memang sama juga, tidak suka dengan Nisa, gadis berusia tujuh belas tahun itu sangat membenci Nisa.

"Itu lah Muning, ibuk kan sudah bilang, mereka itu berbeda. Kalau mbak Wina itu kaya, Nisa itu miskin, orang bapaknya saja tukang pangkas kok, darimana dia uang mau belikan kita sesuatu. Untuk makan saja susah. Lihat mbak mu Wina, dia anak pak RT. Uangnya banyak lah, bisa dengan leluasa membelikan kita apapun." Timpal Mirna.

Kemuning menganggukkan kepalanya. Jelas tentu setuju dengan perkataan dari ibunya. Keduanya sama, sama-sama gila uang. "Ibuk rayu bang Doni dong. Suruh ceraiin aja mbak Nisa. Cari wanita lain yang kaya. Orang bang Doni ganteng pasti banyak yang mau."

"Ibuk udah usaha buat Nisa buruk di depan Abang mu itu. Tapi ya gimana, Abang mu masih di buta kan sama cinta, masih cinta kali dia sama Nisa. Tapi kamu tenang saja. Sebentar lagi ibuk yakin, Abang mu akan cerai sama Nisa."

Kemuning tersenyum senang saat mendengar nya, itu memang yang di harapkan oleh dirinya. Benci sekali dirinya dengan Nisa itu.

"Ini, silahkan di makan" ucap Wina sambil memberikan satu kresek makanan ringan kepada Kemuning.

Kemuning menyambut nya dengan antusias. "Wah, makasih banyak mbak."

Lalu matanya tanpa sengaja melirik ke arah depan sana, tepat saat Nisa baru keluar dari dalam kamarnya. "Enggak kayak yang itu, enggak punya uang, miskin, mana mampu beliin aku kayak yang mbak Wina beliin" sengaja sekali suara nya di keraskan agar Nisa bisa mendengarnya.

Nisa hanya bisa beristighfar dan berlalu pergi dari rumah itu.

Bab terkait

  • Cacian Keluarga Suami Ku    Bab 3

    Nisa menghiraukan semua perkataan yang terlontar dari mulut mereka semuanya. Dirinya tidak ambil pusing, walaupun kenyataannya, rasa sesak di dalam dadanya itu ada. Tapi Nisa mencoba menahan rasa sesak itu.Untuk apa dirinya bersedih, karena semua itu hanya akan mempengaruhi pikirannya saja, apa lagi saat ini dirinya tengah hamil.Mereka juga sudah biasa menghinanya seperti itu. Bahkan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Nisa.Berjalan beberapa langkah saja, Nisa sudah sampai di tempat tujuannya. Yaitu warung bakso Sira, satu-satunya wanita paruh baya yang menyukai Nisa.Sebenarnya Sira itu masih ada sangkut pautnya saudara dengan keluarga Doni. Lebih tepatnya kakak kandung ibu Mirna. Namun, karena Mirna merasa jika hidupnya Sira itu lebih baik dari dirinya, wanita itu selalu memusuhi Sira.Bahkan Mirna dengan terang-terangan membenci saudara kandungnya itu.Aneh memang, tapi bude Sira tidak pernah marah dan selalu bersikap baik pada wanita itu."Assalamualaikum bude""Wa'alaikum s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Cacian Keluarga Suami Ku    Bab 4

    "Sudah mau pulang? Kamu mau bude bawakan makanan tidak Nis?" Sira menawarkan makanan pada Nisa, namun Nisa menggelengkan kepalanya, jelas tentu menolaknya karena Nisa terlalu sungkan selalu di berikan makanan seperti itu pada bude Sira setiap harinya. "Enggak usah bude, nanti Nisa makan di rumah. Oiya kalau bude enggak keberatan, Nisa boleh minta satu keripiknya?" Sudah Sira tebak, jika wanita itu pasti akan berbohong lagi, Sira sungguh sampai tidak sanggup menahan gejolak di dalam dadanya. Sakit sekali rasanya, sudah Sira tebak, jika Nisa tidak akan makan di rumah suaminya itu. Nisa akan mengganjal perutnya dengan sebungkus kripik pisang saja. "Nis, sini dulu. Kebetulan tadi ada lebih bakso, yuk kita makan bareng" Sira menarik tangan Nisa membawanya menuju ke meja. "Tapi nanti, bang Doni udah pulang bude" "Enggak apa-apa. Kalau Doni marah, biar bude yang hadapi. Kamu jangan takut. Kita cuman makan bakso bareng" ucap Sira, bukannya tidak sopan mengajarkan yang tidak-tidak pada N

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 5

    Hari ini sesuai yang di ucapkan oleh Nisa kemarin, wanita itu pergi ke klinik yang berada di Desa itu. Pastinya, setelah Nisa sudah siap dengan pekerjaan rumah, serta pergi ke pasar. Jarak klinik itu lumayan jauh, Nisa berjalan kaki, karena uangnya hanya cukup untuk memeriksa kandungannya saja. Nisa menarik nafasnya, saat merasakan perut nya kram, wanita berhijab itu langsung menghentikan langkah kakinya. Beruntung di pinggir jalan ada bangku kayu panjang, Nisa mendudukkan dirinya sejenak di sana, sebelum melanjutkan perjalanannya lagi. Nafas nya terengah-engah, keringat terus mengucur deras di keningnya. Badannya sudah lelah sekali, rasanya sudah tidak kuat berjalan kembali, namun dirinya harus tetap memaksakan diri. Hanya tinggal beberapa meter lagi, dirinya akan sampai di klinik. Nisa mengelus dengan lembut perutnya yang membesar. "Sayang, kamu yang kuat ya, sebentar lagi kamu bakalan di periksa sama ibu bidan," monolog Nisa. Setelah di rasa sudah lebih baik, Nisa lalu bang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 6

    "Mau cerai ya cerai saja sana! Enggak ada ruginya untuk keluargaku! Kamu itu hanya parasit yang datang di keluarga kami. Dasar perempuan hina, miskin." Ucap Mirna dengan pedas. Nisa terkejut dengan kehadiran Mirna, karena setahunya, tadi dirinya tidak melihat keberadaan ibu mertua atau adik iparnya. Tapi, Mirna tiba-tiba datang. Malas berdebat dengan ibu mertuanya yang pasti tidak ada ujungnya, Nisa langsung berlalu pergi dari sana, meninggalkan Mirna yabg menggerutu. Nisa memilih menyusul sang suami ke dalam kamar. Mirna mengumpat sarkas. "Dasar menantu tidak tau diri. Emang dasarnya orang miskin ya begitu, pendidikannya kurang. Sopan santun saja tidak ada." Mirna langsung bergegas mengambil tas miliknya, tadi dirinya sudah di pertengahan perjalanan, dan tasnya ketinggalan. Terpaksa Mirna harus kembali ke rumah. Namun, siapa sangka dirinya malah mendengar obrolan anak dan menantunya. Miran langsung pergi, malas mengurusi perihal itu, biarkan saja mereka cerai, karena hal itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 7

    "Ibu ngapain ke sini? Bukannya ibu tadi ada sama bapak?" Joko tergeragap saat mendapati sang ibu yang menatap ke arahnya. Matanya sesekali melirik ke arah Kemuning yang masih diam di tempatnya. Joko mengumpat, kenapa perempuan itu masih berdiri di sana, dan tidak pergi. Kalau sampai ibunya curiga bagaimana? Joko tidak mau image buruknya di ketahui oleh sang ibu. "Ibu ya memang cari kamu. Kamu aja di cariin enggak ada dari tadi. Lagi, ngapain itu kamu dari semak-semak? Kurang kerjaan kamu?" Omel sang ibu, matanya memicing ke arah Joko. Joko tersenyum, walaupun jantungnya sudah berdebar tidak karuan. Sungguh dirinya sangat takut sekali jika ibunya sampai mengetahui perbuatannya itu. "Emm anu, itu Bu" "Anu apa? Jangan kebanyakan anu Joko, kamu ini. Cepat, budemu sudah menunggu di depan, tidak baik tamu datang di tinggal pergi." Cetus ibu Joko. Joko menganggukkan kepalanya, lalu berjalan bersama dengan ibunya pergi dari tempat itu, tapi baru beberapa langkah, ternyata Kemuning

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 8

    Hujan sudah berhenti mengguyur, tapi Nisa masih betah meringkuk di dalam selimut tebal yang membalut tubuhnya. Entah mungkin karena efek kelelahan, Nisa sampai terlelap lama. Beruntung ibu mertuanya masih belum pulang, jadi Nisa tidak akan terkena masalah apapun . Doni yang melihatnya hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan kasar, pria itu sedikit terenyuh dengan pemandangan yang ada di depan matanya saat ini, namun lagi dan lagi dirinya teringat dengan ucapan ibunya. Tidak di pungkiri, Doni mencintai wanita yang berstatus istrinya itu. Bahkan rasa cintanya tidak pernah hilang sedikit pun. Namun perkataan sang ibu yang selalu terngiang-ngiang di dalam benaknya langsung membuat Doni mengubah ekspresi wajahnya kembali. Pria itu menghembuskan nafasnya kasar, lalu berlalu keluar dari rumah, tujuannya ingin menenangkan pikirannya terlebih dahulu. "Doni" Doni menghentikan langkah kakinya, pria itu menoleh dan langsung menatap ke arah wanita paruh baya yang tidak lain adalah buden

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-22
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 9

    Doni termangu sesaat saat mendengar perkataan yang keluar dari mulut budenya itu. Sungguh dirinya tidak akan mau jika harus berpisah dengan Nisa. Dirinya mencintai Nisa, namun Doni tidak bisa membela wanitanya itu. Perkataan bude Sira tadi sangat mengusik hati dan pikirannya. Karena biar bagaimanapun Doni ingin bersama dengan Nisa, tapi wanita itu saja yang merubah semuanya, membuat Doni tak menyukai perempuan itu lagi. Bude Sira sudah kembali ke warung baksonya, rasanya bude Sira percuma saja menasehati keponakannya itu. Keponakannya itu ternyata sama-sama kejamnya seperti ibunya-Mirna. Padahal bude Sira sudah berharap, jika Doni membuka matanya, mendengarkan apa yang dikatakan olehnya, dan lebih melihat lagi bagaimana perjuangan Nisa selama ini. Nisa, wanita itu pontang-panting ke sana kemari. Belum lagi hinaan maupun cercaan yang keluar dari mulut Mirna, serta keluarga yang lainnya, terlebih ibu-ibu biang gosip yang selalu berbicara sesuka hati mereka, ah entahlah, rasanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 10

    "Astaghfirullah, Nisa kamu harus bertahan nak, bude akan membawa kamu segera ke klinik." Bude Sira bahkan meminta tolong pada beberapa orang tetangganya yang lewat di depan rumahnya untuk membangunnya membawa Nisa ke klinik. Sungguh dirinya sangat resah, takut terjadi sesuatu pada wanita itu. Terlebih melihat kondisi Nisa yang bisa di katakan sedang tidak baik-baik saja. Kemungkinan buruk bisa terjadi, namun bude Sira berdoa semoga kemungkinan buruk itu hilang. "Nak, bertahan sayang. Nisa wanita yang kuat. Bude yakin Nisa pasti bisa melawan ini semuanya. Ingat sayang, ada nyawa bayi yang selama ini kamu perjuangkan." Bude Sira tidak berhenti mengucapkan kata-katanya, walaupun Nisa sama sekali tidak merespon perkataannya. Sungguh, hati bude Sira bergemuruh hebat, apa lagi membayangkan wanita itu selama ini bekerja keras untuk mempertahankan anak yang ada di dalam kandungannya, bahkan keluarga suaminya saja sama sekali tidak peduli. Nisa seperti hidup sebatang kara, jauh dari kedu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26

Bab terbaru

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 38

    "Win, mertua mu kan meninggal , kok kamu sama keluarga mu malah di rumah saja ? Enggak pada ke rumah almarhumah ibu nya suami kamu ?" Tanya Kokom pada Wina yang saat ini sedang sibuk memilih sayuran di depan rumah gadis itu .Wina berdecih mendengar nya , namun tetap memasang wajah biasa saja . "Saya ada ke sana kok buk Kokom, mama dan bapak saya juga ke sana kok ." Sahut Wina sambil tersenyum .Kening Kokom berlipat mendengar nya . Setau dirinya semalam dirinya pergi membaca doa di rumah Mirna , batang hidung Wina dan keluarga nya saja tidak ada . Padahal bapak Wina kan RT di kampung ini ."Tapi tadi malam kamu enggak ada Win ."Wina tergeragap mendengar nya , kalau sudah seperti ini dirinya harus mengatakan apa ? Tidak mungkin dirinya mengatakan yang sebenarnya pada mereka semua nya ."Saya tadi malam datang loh Win . Duduk di dalam lagi . Yang ada di dalam rumah juga bude Sira doang sama anak gadis nya . Denny dan Doni entah pergi kemana . Kemuning lagi . CK, entah kemana enggak ad

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 37

    Kemuning dan Tiar saling pandang , lalu sedetik kemudian , Tiar melengos ke samping ."Enggak usah ! Enggak perlu juga bantuan dari kamu ! Saya dan Doni akan melakukan apa pun, demi kesembuhan Kemuning dan bayi nya . Dan kami tidak perlu bantuan orang seperti dirimu " tegas Tiar , sungguh dirinya amat marah pada pemuda itu . Bagaimana pun , Joko tidak mau bertanggung jawab atas apa yang sudah di perbuat oleh nya . Dan keluarga nya malah mencerca Kemuning .Joko menundukkan kepala nya . Rasa sesal itu tidak ada di dalam dirinya . Dirinya tetap kekeuh tidak mau bertanggung jawab pada bayi yang sedang Kemuning kandung . Ini semua di lakukan oleh nya , saat seorang pria pengacara yang ada di desa nya tadi melihat semua yang di lakukan oleh sang ibu. Dan pria itu mengancam akan melaporkan ibu nya Joko dan Joko ke kantor polisi atas tindakan kekerasan .Joko yang tidak mau dirinya dan sang ibu di penjara langsung berinisiatif mengatakan jika dirinya akan menanggung semua biaya pengobatan Ke

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 36

    Mereka masih saja menangis pilu mengantarkan jenazah Mirna ke peristirahatan terakhir nya . Apa lagi saat ini , hati mereka sungguh resah saat mendengar kabar jika Kemuning di bawa ke rumah sakit akibat pendarahan hebat . Sungguh hati mana yang tidak pilu , ujian begitu silih berganti menghampiri keluarga Doni . Entah bagaimana Doni harus menyingkapi nya , tapi rasanya sungguh teramat sesak di dalam dada nya sana . "Buk, maafkan Denny . Maaf Denny yang sudah menjadi anak durhaka buk . " Denny masih saja menangis , meratapi nasibnya kehilangan sang ibu. Dirinya baru menyadari bahwa ibu nya sangat lah penting . Doni hanya diam saja , dirinya enggan berdebat untuk sekarang ini , apa yang di katakan oleh bude nya tadi benar , mereka tidak boleh ribut di depan jenazah sang ibu, yang mengakibatkan sang ibu di sana menangis melihat mereka . Masih dengan keterbungkaman nya , sampai jenazah sang ibu di masukkan di liang lahat , dengan Denny yang menangis meraung-raung . Doni hanya diam saj

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 35

    "Mertuamu meninggal, Nis" Deg Nisa yang sedang melipat kain itu di buat terkejut saat mendengar perkataan dari sang ibu. Matanya langsung menoleh, dan menatap ibunya dengan lekat. "Ibu yang bener? Dapat kabar darimana?" Tanya Nisa penasaran, sebab mereka tidak pernah sama sekali berkomunikasi dengan mereka yang ada di desa keluarga mantan suaminya itu. "Tadi ada orang yang datang kemari, katanya dia suruhan bude Sira, dia menyampaikan kabar katanya mertuamu meninggal." Ucap ibunya Nisa. "Innalilahi," Nisa bahkan sampai menitikkan air matanya mendengar perkataan ibunya. "Bagaimana Nis, kita ke sana?"Nisa mengangguk. "Iya buk." * Doni masih saja menangis saat mengantar sang ibu ke peristirahatan yang terakhir kali nya. Sungguh dirinya tidak pernah menyangka sang ibu akan pergi secepat ini . "Buk ..." "Yang sabar Doni . Ibuk mu sudah tidak merasakan sakit lagi di sana. " Ucap bude Sira yang masih setia menunggu di samping keponakan nya itu , dirinya tetap berada di r

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 34

    Doni akhirnya terpaksa menerima konsekuensinya, dirinya harus mencicil biaya pengobatan pak Danto, karena pria itu terluka parah. Beruntung dirinya masih di berikan keringanan untuk mencicilnya, kalau saja tidak, entah darimana Doni uang, mungkin dirinya saat ini sudah masuk penjara. Hari demi hari di lewati oleh mereka seperti beban yang menumpuk di pundak mereka. Bahkan tidak ada kebahagiaan lagi yang hadir di hidup mereka. Hanya sebuah penderitaan yang datang silih berganti terus memutari kehidupan mereka. Kemuning menangis saat mendengar penolakan yang kesekian kalinya dari Joko . Pria itu bahkan dengan enteng nya mengatakan jika akan menikab dengan orang lain, jauh lebih cantik bahkan kaya raya . Tidak seperti Kemuning yang hanya gadis miskin saja . "Enggak usah nangis , mending sana kamu pulang , urusin itu ibuk kamu yang cacat . " Celetuk Joko mengusir Kemuning . Ya saat ini Kemuning datang ke rumah Joko, dan meminta pertanggung jawaban lagi pada laki-laki itu . Tapi sa

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 33

    "Kamu?!" Doni memekik saat melihat perempuan yang menjadi selingkuhannya itu malah kini bermesraan dengan pak mandor yang telah memecatnya beberapa hari yang lalu. Tangan Doni terkepal erat, sampai buku-buku jarinya tampak jelas dan nyata. Matanya menyorot tajam ke arah keduanya yang sama sekali tidak peduli dengan keberadaannya. Padahal Doni datang ke rumah Sari ingin curhat tentang keadaan keluarganya yang hancur seketika, namun rupanya dirinya malah mendapati sebuah fakta yang membuat hatinya terasa sakit. Sari wanita itu malah dengan santai bermesraan di depan Doni. "Kurang ajar kamu, kenapa kamu tega melakukan hal seperti ini sama aku, Sar? Kamu tau aku cinta sam kamu, bahkan aku sudah cerai dengan istri aku, dan berniat menikahi kamu, tapi kamu–" Tenggorokan Doni terasa tercekat, tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi, rasanya terlalu kecewa sekali dengan apa yang di lihatnya saat sekarang ini. Wanita berpakaian seksi itu mengangkat dagunya tinggi. "Kenapa? Ada yang s

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 32

    "Kondisinya sudah baik. Dan pasien bisa pulang. Nanti jangan lupa di cek saja di klinik terdekat, sebab mau ke rumah sakit juga jauh, dan tidak masalah, asalkan terus di pantau." Ucap seorang dokter saat setelah Nisa sudah membaik. Ya, saat Nisa merasakan sakit hebat, rupanya jahitan bekas operasinya bermasalah, sampai perutnya sedikit mengeluarkan darah. Kedua orangtuanya langsung membawa Nisa ke rumah sakit yang ada di kota. Mereka tidak akan membiarkan Nisa kenapa-kenapa. Dan beruntung dokter segera menanganinya, sampai kondisinya sudah lebih baik dan seminggu di rumah sakit, Nisa sudah di perbolehkan untuk pulang. "Terimakasih dokter." "Sama-sama pak, dan sudah menjadi tugas saya sebagai seorang dokter." Sahut pria berjas dokter itu sambil tersenyum manis ke arah kedua pasang itu. Tatapannya beralih pada wanita yang duduk di atas ranjang, entah mengapa hatinya sedikit bergetar melihat wanita berwajah pucat itu. Walaupun tidak cantik, tidak seperti kebanyakan wanita yang di

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 31

    "Apa buk? Ada masalah dengan kandungan adik saya ?" Pekik Doni saat memeriksa kan kondisi Kemuning yang jatuh tak sadarkan diri tadi . Doni langsung bergegas membawa Kemuning ke klinik bersama dengan Tiar . Ya saat Desi mengantar rantang tadi, Desi terkejut saat melihat kondisi sepupu nya itu, dengan cepat , Desi berlari ke rumah nya dan langsung memanggil ibu dan Abang nya . Sira dan Tiar langsung berlari tergopoh-gopoh ke rumah Mirna . Sira menyuruh anak nya dan juga Doni untuk membawa Kemuning ke klinik, sedangkan dirinya dan juga Desi membersihkan rumah Mirna yang tampak sangat berantakan itu . Terlebih melihat kondisi Mirna yang sangat memprihatinkan itu . Buk bidan mengangguk kan kepala nya . "Iya mas , saya tidak tau pasti karena ketersediaan alat medis di klinik ini sangat sedikit mas . Jadi saran saya , mbak Kemuning di bawa saja ke rumah sakit di kota . Mumpung usia kandungan nya masih 4 bulan . " Terang sang bidan . Doni mengusap wajah nya dengan kasar , bagaimana mungk

  • Cacian Keluarga Suami Ku    bab 30

    "Dasar murahan , lihat itu , enggak tau nya hamil di luar nikah , dasar perempuan murahan . " "Ngatain Nisa perempuan murahan , enggak tau nya dia sendiri tuh yang murahan . Mana enggak tau siapa lagi yang hamilin nya lagi . " "Iya ya , dasar . " Suara bising itu terus saja terdengar oleh Kemuning yang saat ini sedang melewati kerumunan ibu-ibu yang biasa bergosip di kampung nya , Kemuning yang hendak berjalan menuju ke pasar langsung kesal di buat nya. Ingin sekali menjambak rambut ibu-ibu tukang gosip itu, namun sayang , dirinya lah yang akan kalah duluan nantinya . Apa yang di katakan oleh ibu-ibu gosip itu benar adanya . Saat ini Kemuning sedang hamil 4 bulan . Dirinya hamil tanpa suami . Ya jelas , saat tau dirinya hamil Kemuning langsung menghampiri Joko dan meminta pertanggung jawaban pria itu, namun sayang , pria itu menampik semua nya , dan mengatakan jika itu bukan anak nya . Doni langsung murka yang memang mengetahui hal tersebut, pria itu juga sempat mendatangi

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status