Share

Terjebak

Author: Firstly_Cute
last update Last Updated: 2021-05-10 23:02:30

"Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget. 

Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya.

"Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya.

"Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan.

"Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."

Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan.

"Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh.

"Oke Jeanna, kamu jangan khawatir. Besok kita akan kerumah penghulu, sekarang kamu tidurlah di kamarku, biar aku tidur di kamar tamu saja," ucap Jovan.

"Kenapa harus di kamar tamu? Apa kau lupa bahkan kita terlalu sering tidur bersama hingga aku seperti ini Jo? ucapku sedikit meninggikan suara.

"Oke Sayang, jangan marah-marah ya, ayo kita ke atas," ajak Jovan dengan lembut.

Malam semakin ingin pergi, bahkan hanya menunggu dua jam lagi sudah akan terdengar suara Kokok ayam, tetapi mataku ini sudah tidak lagi ingin terpejam, aku ingin segera pagi dan segera menikah dengan Jovan, aku tidak mau jika sampai Jovan kabur dari tanggung jawab dan terus gila-gilaan bersama wanita lain.

Aku menatap wajah Jovan yang tengah tertidur pulas, ketampanannya bahkan tidak sirna.

"Jo, aku berharap kau akan menjadi suami dan ayah yang baik untuk ku juga anak kita," ucapku sambil mengelus rambut Jovan.

***

"Jo!" teriak ku lirih sambil meraba tempat tidur.

Mataku ku paksa untuk terbuka, aku langsung terduduk, ku lihat isi kamar yang kosong, tidak ada sedikit pun tanda-tanda keberadaan Jovan.

"Berarti saat hampir subuh tadi aku ketiduran, dan sekarang aku kesiangan, aku tidak ingin Jovan melarikan diri," gerutu ku.

Aku segera turun ke bawah, dan ku temui Bibi pembantu di rumah Jovan.

"Bi, dimana Jovan?" tanyaku.

"Nona sudah bangun? Tuan muda sudah berangkat kuliah, Non!" 

Mendengar ucapan Bibi, Jovan pergi kekampus darahku mulai mendidih, aku berharap hari ini selesailah permasalahan ku dengan Jovan setelah kami menikah, tapi kenyataannya Jovan tidak memperdulikan keadaan diriku.

Aku kembali ke atas untuk mengambil ponselku.

"Ee ... Non mau kemana, kok balik ke kamar lagi? Tadi kata Tuan muda, Nona harus sarapan dan minum susu."

Mendengar ucapan Bibi, hatiku sedikit bahagia, ternyata Jovan masih memperdulikan aku dan calon anaknya.

"Bi, boleh saya tanya sesuatu?" 

"Ya Non, silahkan."

"Bi, apa Jovan sering pulang larut malam dan dalam keadaan setengah mabuk, serta membawa perempuan ke rumah ini?"

"Wah, kalau itu Bibi tidak tau Non, sebab kalau Tuan pulang malam, Bibi tidak pernah di banguni oleh Tuan muda."

"Hmmm, begitu ya Bi."

Aku merasa tidak puas dengan jawaban Bibi tentang Jovan, dan ingatan ku kembali pada rencana pernikahan kami, setelah sarapan, aku pun kembali ke kamar. Aku menghubungi Jovan.

"Duh, Jovan kenapa ponselmu tidak aktif. Apa sekarang kau sedang kuliah, hingga tak lagi bisa menjawab telepon atau membalas pesan ku."

Ada perasaan was-was di hatiku, bagaimana jika Jovan menolak menikahi ku dan membiarkan aku begitu saja, aku tidak mungkin pulang kerumah ayah.

Di dalam kamar yang megah, aku terdiam di sudut jendela, aku rindu ayah dan rindu kampusku, teman-temanku dan semuanya yang membuat hidupku terasa ramai, tidak seperti hari ini. 

"Jeanna, kenapa nasib mu bisa seburuk ini?" gerutuku.

Lama aku terdiam, namun tiba-tiba rasa mual itu datang lagi, aku segera ke toilet, dan ku keluarkan semua isi perutku. 

"Ibu, mungkin seperti ini ibu waktu dulu saat mengandungku, tetapi aku yakin, ayah selalu bersama ibu, tidak seperti nasibku saat ini," runtuh ku di dalam kamar mandi.

Aku nyalakan air dengan deras, rasanya aku sudah putus asa, ayah pasti tidak akan mau menerima aku kembali jika dia tau aku sedang hamil, karena ini akan membuat aib.

Tangisku semakin menjadi-jadi, ada rasa kesal dan kecewa terhadap lelaki yang kucintai juga benci terhadap diriku sendiri.

Tok ... tok ....

"Jeanna, apa kau di dalam?" 

Tangisku berhenti saat mendengar suara Jovan. Aku segera menyeka air mataku dan membuka pintu kamar mandi.

"Kau sudah pulang Jo?" ucapku sambil memeluk erat tubuh Jovan.

"Kau kenapa?" tanya Jovan dengan lembut sambil memegang kedua pipiku.

"Aku takut Jo, aku takut bila aku terlalu lama tinggal di rumahmu, orang-orang akan menceritai aku, sementara kita bukan suami istri."

"Kamu tenang saja, malam ini kita akan menikah. Ya, menikah siri."

"Tidak apa-apa Jo, asalkan kau nikahi aku, nikah apa pun itu aku terima, aku butuh kamu di dekatku untuk merawat anak kita."

"Ya, kamu tenang aja ya, jangan sedih lagi, kasihan anak kita," ucap Jo sambil mengelus perutku.

Saat mendengar ucapan Jo, hatiku terasa berbunga-bunga, Jo tidak mengingkari janji.

Semua rencana sudah di buat, aku tinggal menunggu waktunya tiba. Tepat pukul delapan malam, Jo mengucapkan ijab-qabul pernikahan dan akhirnya aku dan Jo resmi menjadi suami istri meski tidak tercatat di negara.

"Jeanna, aku keluar sebentar ya, aku pengen ngumpul dengan teman-teman," ucap Jo, yang sudah memegang gagang pintu depan rumah.

"Jo, aku ikut ya, kan sekarang kita sudah menikah, itu artinya teman kamu, teman aku juga, ya kan?" 

"Jeanna, tolong deh jangan seperti anak kecil, dengar ya ... teman-teman aku tuh, tidak ada yang tau kalau aku dan kamu menikah, jadi jangan sampai kamu bocorkan pada siapapun kalau kau masih ingin kita baik-baik saja," ancam Jovan.

Aku hanya terdiam mendengar ucapan Jo, lidah ku keluh untuk menjawab ucapannya, hingga Jovan menghilang dari hadapanku bersama mobilnya.

"Jo, tapi ini malam pengantin kita," ucapku dalam hati.

Aku masuk ke dalam kamar dan menangis sesegukkan. Entah bagaimana rasa hatiku saat ini.

Aku menangis terlalu lama, hingga mataku lelah dan akhirnya aku tertidur. Saat aku terbangun, aku liarkan mataku mencari jam dinding.

"Jam enam pagi?" gumamku.

Aku menoleh ke kanan ku tidak ku temui Jovan, bahkan harum parfumnya pun tidak nyangkut di hidung.

Aku segera ke bawah, ku temui Bibi yang sedang menyiapkan sarapan pagi 

"Bi, Jovan kemana?" tanyaku.

"T-tuan, bukannya tadi malam Nona yang masih bersama Tuan?" 

"Iya Bi, tapi setelah itu Jovan pergi keluar, katanya mau kumpul bareng temannya," jelasku.

"Oh, Bibi belum ada nampak Tuan, Non," sahut Bibi dengan wajah bingung.

"Berarti Jovan tidak pulang," gumam ku.

"T-tapi bukannya, seharusnya Nona dan Tuan ...."

"Harapanku begitu Bi, tetapi dia lebih memilih kumpul dengan temannya," ucapku kesal.

"Mungkin, Tuan masih bingung Non," ucap Bibi sambil tersenyum.

"Bingung apa, bahkan sekarang aku tengah hamil hasil perbuatannya," gerutu ku.

Aku tersenyum kecil, dan pergi meninggalkan Bibi sendiri di dapur. Saat kaki ku akan menaiki anak tangga, pintu rumah terbuka.

"Jo, hebat kamu ya, jam segini baru pulang, apa kau lupa jika kita sudah menikah, kenapa kau masih saja mabuk dan pulang dengan wanita, Jovan?" teriak ku.

"Kau ingin tau?" sahut Jovan dengan tubuh yang sempoyongan, dia masih di pengaruhi alkohol.

Dengan cepat aku menghampiri Jovan dan menepis tangan wanita yang tengah menggandeng Jovan.

"Lepaskan tangan suamiku, dan pergilah dari sini!"

Related chapters

  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

    Last Updated : 2021-05-14
  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

    Last Updated : 2021-05-27
  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

    Last Updated : 2021-05-31
  • CINTAKU TERGADAI   Pacarku I Love You

    "Sayang, sore ini kita ke club' ya?"Jovan memang sangat suka dengan hiruk pikuk gemerlapnya diskotik. Sebagai pacar yang baik, aku tidak mau menolaknya, lagi pula kami baru jadian satu bulan lalu."Oke, Sayang!" sahutku dengan semangat.Ya begitulah orang bila di mabuk cinta, satu jam tidak ketemu sudah sangat menyiksa, itu alasan kedua kenapa aku mau saja dibawa Jovan ke club'."Sayang turun yuk, aku ingin disco bersamamu," ajak Jovan."Aku tidak pandai berjoged Jo," ucapku."Ah, goyangkan saja tubuhmu," ucap Jovan.Lagi-lagi aku menuruti kata Jovan. Entah apa yang tercampur dalam minumanku, hingga tubuhku terasa begitu enteng dan leluasa untuk menari mengikuti irama. Hingga akhirnya aku pingsan.Matahari mulai menyusup ke sela-sela ruangan tempat aku terbaring. Aku terduduk, aku melihat sekelilingku, dan ini bukan kamarku."Di mana aku?" ucapku lirih.Ku perhatikan diriku, aku terkejut melihat tubuhku tan

    Last Updated : 2021-04-30
  • CINTAKU TERGADAI   Bersembunyi

    Ayah masih saja bergeming di dalam kamarku, aku sudah kehabisan cara untuk membuat ayah keluar dari kamar.[Sayang, buruan suruh ayah kamu keluar, aku bisa mati jika terlalu lama di sini.]Aku segera membaca pesan dari Jovan dan dengan cepat membalasnya.[Sabar Jo, aku lagi berusaha. Tahan dikit lagi ya.]Saat aku kirim pesan ke Jovan, suara handphone Jovan berdering dengan deras sehingga kecurigaan ayah semakin bertambah."Suara handphone siapa itu?""H-handphone Jo, Yah!""Jo, siapa Jo?"Aku terkejut di buat ucapanku sendiri, aku keceplosan menyebut nama Jo."Jo, siapa Jo. Ayah pasti salah dengar, bukan Jo, Yah tapi Je," ucapku memberi alasan.Ayah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Mata ayah masih saja tertuju pada satu benda, dan aku tidak mau menanyakannya."Yah, maaf, Jeanna sudah mengantuk, apa rasa curiga ayah sudah hilang?"Aku memasang wajah cemberut dan berulang kali menguap palsu

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Berubah

    Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan."Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain."Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan."Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus."Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang ko

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Positive

    Hari ini aku akan di antar oleh Edo, dapat kesempatan lagi buat manas-manasi Jovan."Salah kamu sendiri Jo, aku jadi kayak gini. Aku memang masih cinta padamu, tapi kau sangat menyebalkan," gerutu ku di dalam kamar.Setengah jam kemudian aku keluar dan lagi-lagi ayah sudah lebih dulu pergi ke kantor. Setiap hari aku hanya sarapan seorang diri, andai saja masih ada ibu.Getar di ponselku menandakan pesan masuk, ya benar pesan dari Edo. Dia sudah menungguku di simpang.Aku sudahi sarapanku, dan aku segera berjalan menuju simpang rumahku, tepatnya ke tempat di mana Edo menungguku."Halo," sapaku dengan ramah."Sayang, kenapa sih, aku tidak boleh jemput kamu kerumah aja, jadi kamu kan gak perlu capek-capek jalan, Sayang!""Edo, jalan dua meter di mana capeknya sih? Malah sehat tau," ucapku mengelak."Ya, ya, kamu memang gadis baik dan mandiri."Edo memacu mobilnya, dan kali ini tepat sasaran. Jovan juga baru sampai parkiran.

    Last Updated : 2021-05-02

Latest chapter

  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

  • CINTAKU TERGADAI   Terjebak

    "Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget.Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya."Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya."Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan."Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan."Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh."Oke Jeanna, kamu jangan khawat

  • CINTAKU TERGADAI   Kabur

    "Bagaimana ini Jo, aku benaran hamil?" ucapku dengan wajah tegang menatap Jovan."Iya, terus aku harus apa?""Ya, kamu harus menikahi aku!" ucapku lirih."Oke, kita akan nikah, tetapi hanya pernikahan siri. Sebab kau tau sendiri kan Jeanna, kita ini masih muda. Kita juga masih kuliah, apa kau mau jadi ibu rumah tangga setelah kita menikah nanti?"Aku pun menggelengkan kepalaku. Aku memang ingin hidup mewah dan bahagia bersama Jovan, tapi aku juga punya cita-cita, bukan sekedar ibu rumah tangga."Ah, terserah Jo. Yang penting kamu nikahi aku. Ayo kita kerumah ayah!"Aku pun menarik tangan Jovan agar segera masuk ke dalam mobil. Aku mengarahkan jalan, agar Jovan tau arah menuju rumahku.Hatiku memang benar-benar kalut, aku yakin, ayah pasti memarahi ku. Tetapi aku juga tidak ingin melepaskan Jovan. Paling tidak kehadiran anak di dalam rahimku ini membuat aku dan Jovan terikat, sehingga cewek-cewek genit di luar sana tidak lagi ber

  • CINTAKU TERGADAI   Positive

    Hari ini aku akan di antar oleh Edo, dapat kesempatan lagi buat manas-manasi Jovan."Salah kamu sendiri Jo, aku jadi kayak gini. Aku memang masih cinta padamu, tapi kau sangat menyebalkan," gerutu ku di dalam kamar.Setengah jam kemudian aku keluar dan lagi-lagi ayah sudah lebih dulu pergi ke kantor. Setiap hari aku hanya sarapan seorang diri, andai saja masih ada ibu.Getar di ponselku menandakan pesan masuk, ya benar pesan dari Edo. Dia sudah menungguku di simpang.Aku sudahi sarapanku, dan aku segera berjalan menuju simpang rumahku, tepatnya ke tempat di mana Edo menungguku."Halo," sapaku dengan ramah."Sayang, kenapa sih, aku tidak boleh jemput kamu kerumah aja, jadi kamu kan gak perlu capek-capek jalan, Sayang!""Edo, jalan dua meter di mana capeknya sih? Malah sehat tau," ucapku mengelak."Ya, ya, kamu memang gadis baik dan mandiri."Edo memacu mobilnya, dan kali ini tepat sasaran. Jovan juga baru sampai parkiran.

  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

  • CINTAKU TERGADAI   Berubah

    Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan."Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain."Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan."Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus."Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang ko

  • CINTAKU TERGADAI   Bersembunyi

    Ayah masih saja bergeming di dalam kamarku, aku sudah kehabisan cara untuk membuat ayah keluar dari kamar.[Sayang, buruan suruh ayah kamu keluar, aku bisa mati jika terlalu lama di sini.]Aku segera membaca pesan dari Jovan dan dengan cepat membalasnya.[Sabar Jo, aku lagi berusaha. Tahan dikit lagi ya.]Saat aku kirim pesan ke Jovan, suara handphone Jovan berdering dengan deras sehingga kecurigaan ayah semakin bertambah."Suara handphone siapa itu?""H-handphone Jo, Yah!""Jo, siapa Jo?"Aku terkejut di buat ucapanku sendiri, aku keceplosan menyebut nama Jo."Jo, siapa Jo. Ayah pasti salah dengar, bukan Jo, Yah tapi Je," ucapku memberi alasan.Ayah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Mata ayah masih saja tertuju pada satu benda, dan aku tidak mau menanyakannya."Yah, maaf, Jeanna sudah mengantuk, apa rasa curiga ayah sudah hilang?"Aku memasang wajah cemberut dan berulang kali menguap palsu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status