Share

Kabur

Author: Firstly_Cute
last update Last Updated: 2021-05-07 12:10:05

"Bagaimana ini Jo, aku benaran hamil?" ucapku dengan wajah tegang menatap Jovan.

"Iya, terus aku harus apa?" 

"Ya, kamu harus menikahi aku!" ucapku lirih.

"Oke, kita akan nikah, tetapi hanya pernikahan siri. Sebab kau tau sendiri kan Jeanna, kita ini masih muda. Kita juga masih kuliah, apa kau mau jadi ibu rumah tangga setelah kita menikah nanti?"

Aku pun menggelengkan kepalaku. Aku memang ingin hidup mewah dan bahagia bersama Jovan, tapi aku juga punya cita-cita, bukan sekedar ibu rumah tangga.

"Ah, terserah Jo. Yang penting kamu nikahi aku. Ayo kita kerumah ayah!"

Aku pun menarik tangan Jovan agar segera masuk ke dalam mobil. Aku mengarahkan jalan, agar Jovan tau arah menuju rumahku.

Hatiku memang benar-benar kalut, aku yakin, ayah pasti memarahi ku. Tetapi aku juga tidak ingin melepaskan Jovan. Paling tidak kehadiran anak di dalam rahimku ini membuat aku dan Jovan terikat, sehingga cewek-cewek genit di luar sana tidak lagi berkutik. Aku hanya ingin menunjukkan pada dunia, cincin pernikahan dari emas murni dan bermatakan berlian dari seorang Jovan melingkar di jari ku.

"Selamat pagi Ayah?" ucapku menyapa ayah yang tengah duduk di kursi depan sambil membaca koran dan di temani secangkir kopi serta roti.

"Jeanna, kenapa akhir-akhir ini kau selalu tidur di rumah teman mu, dengan siapa kau pulang?"

Mata Wilson mengarah ke mobil merah yang terparkir. Tatapan mata Wilson tajam menembus kaca mobil.

Jovan yang merasa takut sedikit menelan slivanya.

"Siapa dia?" tanya Wilson.

"I-itu, Jovan Yah, Jovanther!" sahutku gugup.

Aku benar-benar takut saat ini, aku takut menatap ayah. Aku juga takut kehilangan Jovan.

"Suruh dia turun!" 

Aku mencoba mendekati mobil Jovan, dan memintanya turun untuk temui ayah, seperti perintah ayah.

"Jo, ayah ku memanggil kamu, kenapa kau tidak turun dari mobil ini?"

"Jeanna, wajah ayahmu seram sekali, aku takut dibunuh olehnya," sahut Jovan sambil menelan kembali slivanya.

"Ayahku bukan pembunuh, ayolah cepat, jangan buat dia tambah marah pada kita!" 

Aku bersikeras membujuk Jovan agar dia mau turun dan berani menghadap ayah.

Jovan pun berjalan di sampingku, dia mengulurkan tangannya pada ayah dan ayah pun menyambutnya dengan tidak baik.

Ayah meremas tangan Jovan.

"Aouwh! Sakit Om!" 

"Oh sakit, kamu saja tidak tahan sakit, bagaimana kamu berani kerumah saya?"

"Jeanna yang meminta s-saya, Om!"

Aku menginjak kaki Jovan dengan kesal. Aku tidak menyangka jika dia secengeng itu.

"Jeanna, apa benar kamu yang meminta pemuda cengeng ini untuk datang kerumah kita?"

"I-iya ayah! Em ... b-bukan Ayah, t-tapi Jovan datang kemari untuk melamar Jeanna," ucapku gugup.

"Apa?" Wilson tak percaya.

Ayahku sangat terkejut mendengar ucapanku, bagaimana tidak, aku yang masih kuliah dengan tiba-tiba ingin menikah.

"Hey, siapa nama kamu?"

Mata Wilson menatap tajam netra Jovan, hingga Jovan merasa bulu kuduknya bergidik melihat tatapan Wilson.

"Saya Jovanther Suer, saya datang kemari ingin menikahi Jeanna secara sirih!"

Plak ....

Tamparan Wilson melayang ke pipi Jovanther. Wajah Jovan terlihat memerah, dan sorot matanya memandang Jeanna tajam.

"Ayah, apa-apaan ayah?" ucapku dengan lantang.

"Kau dengar ya pria brengsek, saya tidak akan menikahkan putri saya Jeanna dengan lelaki brengsek seperti kamu," ucap Wilson dengan tegas.

"Ayah!" bentak ku.

"Jeanna masuk! Masuk ayah bilang!" Ayah menyeret ku kedalam rumah.

"Jo, Jovan ... tolong aku! Jangan tinggalkan aku!" teriak ku.

"Dan kau pria brengsek, pergi dari sini sebelum aku membunuhmu!" teriak Wilson dari dalam rumah.

Jovan pun pergi meninggalkan kediaman ku.

Aku menangis menatap kepergian Jovan dari balik jendela kamar ku.

"Kau sudah gila Jeanna, kau sudah gila menangisi pria itu!"

"Ayah, aku cinta Jovan, aku ingin hidup bahagia dengannya, dia datang untuk melamarku pada ayah, tapi ayah justru mempermalukannya, ayah itu hanya ayahku, aku lah yang menentukan hidupku!"

Plak .... 

Tamparan ayah begitu menyakitkan bagiku, bukan hanya di pipi tetapi juga di hati. 

Dua puluh tahun aku di besarkan ayah, baru kali ini tangan ayah menyakitiku.

"Kau tau artinya nikah siri, Jeanna?"

"Jeanna tidak perlu tau artinya, Jeanna hanya ingin hidup bersama dengan pria yang Jeanna cintai, ayah tidak berhak mengatur Jeanna."

Aku duduk di ujung tempat tidurku dengan kaki tertekuk dan bantal yang menutupi wajahku.

"Jeanna, pernikahan siri itu hanya sekedar menikah, tanpa kau bisa menuntut apa-apa darinya bila sesuatu terjadi padamu, sebab kau tidak memiliki surat-surat yang lengkap. Lagi pula, ayah ingin kau berhasil menjadi orang sukses dengan ilmu yang kau dapat dari kuliah mu."

"Ilmu, Jeanna tidak perlu ilmu-ilmu itu ayah, Jovan pewaris tunggal kekayaan ayahnya, Jeanna bisa hidup enak tanpa harus bekerja."

"Jeanna, kenapa kau begitu keras kepala?" 

Ayah mengangkat tangannya kembali, ayah ingin memberiku tamparan sekali lagi. Tetapi ayunan tangan itu berhenti mendadak dan ayah meninggalkan aku sendiri di kamar. 

Ayah mengurungku di kamar, tetapi aku tidak takut, sebab aku akan kabur kerumah Jovan, sebab anak ini butuh Jovan, butuh ayahnya.

Ayah mengantarkan ku makanan, namun sedikitpun aku tidak ingin menyentuhnya, aku ingin bersama Jovan saat ini.

Aku melihat perkarangan rumahku sudah sedikit remang, itu artinya ayah sudah masuk kedalam kamarnya.

Perlahan aku membuka jendela kamarku dan aku keluar dengan sangat hati-hati agar ayah tidak mendengarnya.

Aku tidak membawa satu baju pun, karena aku yakin, Jovan mampu memberiku baju baru, sebab jika aku harus membawa tas berisi baju, itu akan menyulitkan ku.

Aku berjalan dengan cepat, namun sesekali aku lambatkan, aku takut terjadi sesuatu dengan kandunganku. Aku bahagia karena mengandung anak Jovan, pria yang aku cinta.

Aku naik taksi menuju rumah Jovan. Sesampai di sana gerbang rumah Jovan sudah terkunci, berulang kali aku menekan bel rumahnya. Rumah yang besar namun sepi.

"Non, cari siapa?" tanya Bibi yang mengurus rumah ini.

"Ini saya Bi, Jeanna. Jovan ada Bi?" tanyaku.

"Oh, Tuan Jovan tidak pulang Non!"

"Bi, tolong bukakan pintu ini dulu, saya sudah katakan pada Jovan jika saya akan kerumahnya, tetapi pesan saya belum dibaca olehnya, tapi nanti setelah dibaca, Jovan pasti segera pulang!" ucapku memelas.

Aku benar-benar bingung, jika Bibi pembantu Jovan tidak mau membukakan pintu untuk ku. Tetapi syukurnya, dia membuka pintunya.

Aku langsung masuk kedalam dan menunggu Jovan di ruang tamu yang megah itu.

"Non, mau saya buatkan minuman?"

"Iya Bi, boleh saya minta minuman hangat dan cemilan, saya laper Bi!" 

"Baik Non, tunggu sebentar."

Setelah semua di hidangkan, aku menyuruh Bibi untuk kembali tidur. 

"Bibi silahkan tidur saja, saya akan menunggu Jovan di sini."

"Tapi Non?"

"Tidak apa-apa, Bi?"

"Baiklah Non, jika perlu sesuatu bangunkan saja saya, kamar saya ada di belakang."

"Iya Bi," sahutku.

Aku menunggu Jovan hingga hampir pagi. Mataku pun mulai mengantuk dan tanpa sadar aku tertidur di sofa.

Related chapters

  • CINTAKU TERGADAI   Terjebak

    "Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget.Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya."Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya."Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan."Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan."Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh."Oke Jeanna, kamu jangan khawat

    Last Updated : 2021-05-10
  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

    Last Updated : 2021-05-14
  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

    Last Updated : 2021-05-27
  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

    Last Updated : 2021-05-31
  • CINTAKU TERGADAI   Pacarku I Love You

    "Sayang, sore ini kita ke club' ya?"Jovan memang sangat suka dengan hiruk pikuk gemerlapnya diskotik. Sebagai pacar yang baik, aku tidak mau menolaknya, lagi pula kami baru jadian satu bulan lalu."Oke, Sayang!" sahutku dengan semangat.Ya begitulah orang bila di mabuk cinta, satu jam tidak ketemu sudah sangat menyiksa, itu alasan kedua kenapa aku mau saja dibawa Jovan ke club'."Sayang turun yuk, aku ingin disco bersamamu," ajak Jovan."Aku tidak pandai berjoged Jo," ucapku."Ah, goyangkan saja tubuhmu," ucap Jovan.Lagi-lagi aku menuruti kata Jovan. Entah apa yang tercampur dalam minumanku, hingga tubuhku terasa begitu enteng dan leluasa untuk menari mengikuti irama. Hingga akhirnya aku pingsan.Matahari mulai menyusup ke sela-sela ruangan tempat aku terbaring. Aku terduduk, aku melihat sekelilingku, dan ini bukan kamarku."Di mana aku?" ucapku lirih.Ku perhatikan diriku, aku terkejut melihat tubuhku tan

    Last Updated : 2021-04-30
  • CINTAKU TERGADAI   Bersembunyi

    Ayah masih saja bergeming di dalam kamarku, aku sudah kehabisan cara untuk membuat ayah keluar dari kamar.[Sayang, buruan suruh ayah kamu keluar, aku bisa mati jika terlalu lama di sini.]Aku segera membaca pesan dari Jovan dan dengan cepat membalasnya.[Sabar Jo, aku lagi berusaha. Tahan dikit lagi ya.]Saat aku kirim pesan ke Jovan, suara handphone Jovan berdering dengan deras sehingga kecurigaan ayah semakin bertambah."Suara handphone siapa itu?""H-handphone Jo, Yah!""Jo, siapa Jo?"Aku terkejut di buat ucapanku sendiri, aku keceplosan menyebut nama Jo."Jo, siapa Jo. Ayah pasti salah dengar, bukan Jo, Yah tapi Je," ucapku memberi alasan.Ayah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Mata ayah masih saja tertuju pada satu benda, dan aku tidak mau menanyakannya."Yah, maaf, Jeanna sudah mengantuk, apa rasa curiga ayah sudah hilang?"Aku memasang wajah cemberut dan berulang kali menguap palsu

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Berubah

    Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan."Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain."Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan."Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus."Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang ko

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

    Last Updated : 2021-05-01

Latest chapter

  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

  • CINTAKU TERGADAI   Terjebak

    "Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget.Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya."Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya."Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan."Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan."Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh."Oke Jeanna, kamu jangan khawat

  • CINTAKU TERGADAI   Kabur

    "Bagaimana ini Jo, aku benaran hamil?" ucapku dengan wajah tegang menatap Jovan."Iya, terus aku harus apa?""Ya, kamu harus menikahi aku!" ucapku lirih."Oke, kita akan nikah, tetapi hanya pernikahan siri. Sebab kau tau sendiri kan Jeanna, kita ini masih muda. Kita juga masih kuliah, apa kau mau jadi ibu rumah tangga setelah kita menikah nanti?"Aku pun menggelengkan kepalaku. Aku memang ingin hidup mewah dan bahagia bersama Jovan, tapi aku juga punya cita-cita, bukan sekedar ibu rumah tangga."Ah, terserah Jo. Yang penting kamu nikahi aku. Ayo kita kerumah ayah!"Aku pun menarik tangan Jovan agar segera masuk ke dalam mobil. Aku mengarahkan jalan, agar Jovan tau arah menuju rumahku.Hatiku memang benar-benar kalut, aku yakin, ayah pasti memarahi ku. Tetapi aku juga tidak ingin melepaskan Jovan. Paling tidak kehadiran anak di dalam rahimku ini membuat aku dan Jovan terikat, sehingga cewek-cewek genit di luar sana tidak lagi ber

  • CINTAKU TERGADAI   Positive

    Hari ini aku akan di antar oleh Edo, dapat kesempatan lagi buat manas-manasi Jovan."Salah kamu sendiri Jo, aku jadi kayak gini. Aku memang masih cinta padamu, tapi kau sangat menyebalkan," gerutu ku di dalam kamar.Setengah jam kemudian aku keluar dan lagi-lagi ayah sudah lebih dulu pergi ke kantor. Setiap hari aku hanya sarapan seorang diri, andai saja masih ada ibu.Getar di ponselku menandakan pesan masuk, ya benar pesan dari Edo. Dia sudah menungguku di simpang.Aku sudahi sarapanku, dan aku segera berjalan menuju simpang rumahku, tepatnya ke tempat di mana Edo menungguku."Halo," sapaku dengan ramah."Sayang, kenapa sih, aku tidak boleh jemput kamu kerumah aja, jadi kamu kan gak perlu capek-capek jalan, Sayang!""Edo, jalan dua meter di mana capeknya sih? Malah sehat tau," ucapku mengelak."Ya, ya, kamu memang gadis baik dan mandiri."Edo memacu mobilnya, dan kali ini tepat sasaran. Jovan juga baru sampai parkiran.

  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

  • CINTAKU TERGADAI   Berubah

    Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan."Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain."Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan."Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus."Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang ko

  • CINTAKU TERGADAI   Bersembunyi

    Ayah masih saja bergeming di dalam kamarku, aku sudah kehabisan cara untuk membuat ayah keluar dari kamar.[Sayang, buruan suruh ayah kamu keluar, aku bisa mati jika terlalu lama di sini.]Aku segera membaca pesan dari Jovan dan dengan cepat membalasnya.[Sabar Jo, aku lagi berusaha. Tahan dikit lagi ya.]Saat aku kirim pesan ke Jovan, suara handphone Jovan berdering dengan deras sehingga kecurigaan ayah semakin bertambah."Suara handphone siapa itu?""H-handphone Jo, Yah!""Jo, siapa Jo?"Aku terkejut di buat ucapanku sendiri, aku keceplosan menyebut nama Jo."Jo, siapa Jo. Ayah pasti salah dengar, bukan Jo, Yah tapi Je," ucapku memberi alasan.Ayah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Mata ayah masih saja tertuju pada satu benda, dan aku tidak mau menanyakannya."Yah, maaf, Jeanna sudah mengantuk, apa rasa curiga ayah sudah hilang?"Aku memasang wajah cemberut dan berulang kali menguap palsu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status