Share

Berubah

Author: Firstly_Cute
last update Last Updated: 2021-05-01 13:15:08

Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.

Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan.

"Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.

Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain.

"Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.

Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan.

"Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus.

"Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.

Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang kosong, mataku melotot hingga hampir keluar.

"Angela dan Pak Fred! Mereka ...." Aku tidak melanjutkan ucapanku, aku hanya terus mengintai mereka, sungguh luar biasa liar Angela, aku bahkan tidak menyangka jika dia nekat melakukan itu di kampus dan lawan mainnya adalah orang terpandang nomor dua di kampus ini.

"Ckckck ...." Aku berdecak kagum dengan kepiawaiannya dalam merebut hati lelaki, aku harus berguru padanya.

Lama aku menunggu di luar hingga pertunjukkan selesai. Aku persis seperti orang bodoh, mondar-mandir tidak tentu arah.

"Hey, Jeanna ... sedang apa kamu di sana?"

Salah seorang teman sekelas ku memergoki aku tengah gelisah di lorong sepi, pinggiran kampus. Gedung yang memang di gunakan setahun sekali bila ada penghelatan besar di kampus kami.

"A-aku sedang berpikir, jangan kemari, jangan kemari!" Teriakku, saat temanku itu ingin menghampiri aku.

Karena mendengar suara berisik, Angela dan Pak Fred menyudahi semua. Hari ini aku bakal kena damprat, pikirku.

Angela yang keluar dengan nafas ngos-ngosan, dengan santai menghampiri aku. 

"Kau sedang apa di sini Jeanna, kau sedang memata-matai aku ya? Atau jangan-jangan ...."

"Sttt!" Aku memberi kode agar Angela menghentikan ucapannya, mataku melirik kepada seseorang yang tengah berjalan mendekati aku dan Angela.

"Kalian sedang apa di sini? Tau tidak, di sini itu angker, kalian bisa kesurupan!" ucap teman yang tadi memergoki aku tengah gelisah.

"Kau memang sumber masalah Jeanna!" ucap Angela kesal sambil menginjak kaki ku.

"Kalau begitu, kau pergi saja. Ini urusan aku dan Jeanna, aku takut kalau-kalau nanti kau akan kesurupan."

Dengan kesal akhirnya, teman sekelas ku pergi meninggalkan aku dan Angela. Tak berselang lama, Pak Fred muncul dari balik pintu.

"Saya pulang dulu ya, urusan pelajaran nanti kita bahas lewat pesan grup."

"Siap Pak, terimakasih atas ilmu dan bimbingannya," sahut Angela berbasa-basi, untuk mengelabui aku.

Aku hanya tersenyum kecut melihat Angela dan si tuabangka Pak Fred.

"Angela, udah tidak usah berakting, aku sudah tau semua apa yang kau dan Pak Fred lakukan tadi," ucapku dengan senyum datar.

"Apa? Kau melihat semua?" 

Wajah Angela memerah, ada rasa malu yang tidak bisa dia tutupi di hadapanku.

"Tapi tenang aja, aku tidak akan bocorkan semua ini, tapi ada syaratnya!" ucapku sambil mengerlingkan mata.

"Apa syaratnya?" tanya Angela dengan ketus.

"Wait, tenang Nona manis, kita bicara di tempat yang nyaman saja, di sini serem, entar kita kesurupan!" ucapku sambil berlari meninggalkan Angela.

"Jeanna ... Jeanna ... brengsek kau, kau sudah berani bermain-main denganku ya?" teriak Angela sambil mengejar ku, dia rela bertelanjang kaki agar lebih muda menghampiriku.

"Kena kau! Mau lari kemana?" ancam Angela sambil menarik tas punggungku.

"Angela, aku tidak akan lari kemanapun meski kau mengejar ku, aku mencarimu ke sekeliling kampus ini, karena aku ingin meminta bantuan kamu," ucapku dengan memasang wajah sedih.

"Memangnya kau minta bantuan apa?" tanya Angela penasaran.

Aku membisikkan sesuatu di telinga Angela, mulut Angela ternganga dan matanya membulat saat mendengar permintaan aku.

"Kau sudah gila, Jeanna?" tanya Angela tidak percaya.

"Iya, aku sungguh ingin berguru padamu, aku ingin membuat Jovan tidak bisa lepas dari ku, seperti Pak Fred!" ucapku berseloroh.

Angela memukul bahuku dengan kencang. Hingga suara pukulan itu terdengar sangat mantap di telinga.

"Sakit tau," gerutuku pada Angela.

"Lah, kau minta belajar ilmu gituan?!"

He ... He ... He .... Aku hanya tertawa cengengesan.

"Kapan kau ingin memulai belajar hal itu?" 

"Sesegera mungkin," ucapku yakin.

"Oke, besok kita mulai belajarnya. Aku akan kerumah kau."

"Oh ... No, no! Kalau kau kerumahku, kau bisa menggaet ayahku juga," ucapku bercanda.

Angela tertawa mendengar ucapanku, dia tau, jika aku hanya bercanda.

"Angela, boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa itu?"

"Kau kenapa lebih memilih memuaskan lelaki tuabangka yang udah bau tanah ketimbang mengejar lelaki muda, seperti Jovan misalnya, dia itu kan juga kaya sama seperti Pak Fred, malah ada plus nya lagi, tampan dan masih muda."

"Kalau aku juga memburu Jovan, maka kau akan tertinggal jauh, apa kau mau itu?"

"T-tidak Angela, Jovan punya ku, milikku," ucapku dengan tegas.

"Ya, ya ... Kamu memang harus memiliki Jovan, sebab kau sudah memberikan segalanya yang berharga milikmu."

"Ya, lalu apa jawabanmu atas pertanyaan ku tadi."

"Aku memilih lelaki tua karena aku suka di manja, aku suka di sayang. Bila aku dapat lelaki muda, maka nasibku akan seperti dirimu, mengejar-ngejar perhatian mereka, dan aku rasa itu sangat melelahkan. Aku lebih suka di kejar dan di sanjung!"

Aku tidak menyangka jika Angela begitu sangat merindukan perhatian. Hingga dia tidak butuh cinta.

***

"Jeanna, kenapa kamu belum juga tidur?" tanya ayah yang tiba-tiba muncul di belakangku.

"Jeanna belum mengantuk ayah," sahutku.

Padahal malam ini, pikiranku lagi kacau. Aku memikirkan Jovan yang pasti sedang asik-asikkan dengan cewek yang dirangkulnya saat di kampus tadi.

"Arghh!" gerutuku dalam hati.

"Ayah, jika ayah sudah mengantuk, ayah tidur saja deluan, sebentar lagi Jeanna juga akan tidur," ucapku.

Ayah pun mengangguk. Aku tau hari ini ayah pasti sangat sibuk dan lelah. Sudah makanan sehari-hari bila hari Senin hingga Kamis kerjaan ayah pasti menumpuk.

"Duh, lama amat paginya, aku sudah tidak sabar, ingin membuat Jovan kembali bertekuk lutut denganku," ucapku lirih.

Kring ... Kring ....

Dering alarm membangunkan tidurku yang baru sesaat. Aku segera membersihkan diri, lalu berangkat ke kampus.

Pagi ini masih konsen mengikuti pelajaran, namun begitu mendapat pesan dari Angela, perhatianku pada dosen di depanku jadi buyar.

Begitu bel tanda berakhir pelajaran, aku segera mencari Angela. Hari ini aku pulang bersama Angela.

"Mobil baru?" tanyaku penasaran.

"Dari Pak Fred," ucap Angela enteng, sambil menyunggingkan senyuman.

Satu Minggu sudah berjalan, aku belum juga bisa mempraktikkan pada Jovan. Hingga dengan nekat aku yang lebih dulu menghubunginya.

[Jo, tolong maafkan aku, kasih aku kesempatan, aku akan selalu ada untuk mu. Hari ini aku tunggu kamu di gedung belakang kampus jam tiga sore.]

Waktu sudah bergulir, dan aku masih menunggu kedatangan Jovan. Tubuhku sedikit merinding, karena di sini hanya ada aku sendiri.

Tiba-tiba aku menangkap suara derap langkah, aku yakin itu Jovan.

"Ada apa menyuruhku kemari?"

Tanpa menjawab pertanyaannya, aku langsung memeluk Jovan.

"Aku tidak punya banyak waktu, aku ingin jalan dengan Gladis," ucap Jovan datar.

"Jo, please, kita belum putus, kenapa kamu jalan dengan Gladis?"

"Karena Gladis lebih punya banyak waktu untuk menemaniku."

"Oke, kalau kamu meminta waktu padaku, mulai hari ini aku akan memberikan semua waktuku untukmu."

"Kamu janji?"

"Ya, janji!" seruku.

Kelingkingku dan Jovan saling mengait dan hari ini kami kembali jalan bareng.

Aku sengaja mematikan handphine ku setelah memberi kabar pada ayah, jika malam ini aku tidak pulang karena ada tugas kampus sehingga aku harus menginap di rumah teman.

Dup ... Dap ... Gedegup ....

Derap musik disko mulai menggebu hasrat ingin berjoged. Kali ini aku yang menari Jovan untuk turun kelantai.

"Jeanna, siapa yang mengajariku seluar ini?" tanya Jovan dengan suara yang setengah berteriak.

"Aku tidak belajar, aku hanya melakukan apa yang kamu suka, Jo!"

"Sungguh luar biasa, kamu sangat hebat! Lebih baik kita ke hotel saja, aku sudah tidak sabar ingin bobok bareng kamu, sebab aku sudah sangat merindukan momen itu."

"Tentu Jo, aku juga rindu saat-saat itu."

Malam panjang sudah aku lewati bersama Jo, bahkan kami tidur hampir matahari terbit. Entah berapa kali, aku mendengar erangan, lenguhan dan rancau Jovan malam tadi, aku merasa puas, aku yakin setelah hari ini Jovan tidak akan berpaling lagi.

"Jo, bangun, kita harus ke kampus hari ini," ucapku sambil mengecup kening Jovan.

"Sayang, aku masih mengantuk."

"Jo ...."

"Yayayaya ...."

Dalam perjalanan menuju kampus, handphone Jovan terus berdering, setiap kali aku melirik, jovan selalu mematikan layarnya.

"Jo, kenapa tidak di angkat?"

"Ah, tidak penting."

"Jo, itu berdering terus handphone kamu, mungkin penting. Ya sudah sini biar aku yang jawab," ucapku sambil mengulurkan tangan ingin meraih ponsel Jovan.

"Hey ... kamu apa-apaan sih! Aku tidak suka ya," bentak Jovan.

Aku pun terdiam seribu bahasa, Jovan kini berubah, padaahal hanya satu minggu saja kami berdiaman, tapi dia seperti dendam padaku.

"Kamu turun di sini saja ya, aku ada urusan sebentar."

"Jo, tapi kampus kita hanya beberapa meter lagi, masak kamu tega nuruni aku di tengah jalan seperti ini," keluhku.

"Jeanna Wilson, tolong ya jangan manja. Aku paling tidak suka lihat perempuan manja."

Aku menghela nafas dengan kasar, aku kesal pada Jovan tetapi aku harus mengalah sebab aku tidak mau Jovan berpaling ke pelukan wanita lain. Aku tidak ingin Jovan lepas tanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya, lagi pula aku sangat mencintai Jovan. Aku harus bisa membuat Jovan menikahiku.

Daengan berjalan kaki menuju gerbang kampus yang memang tidak jauh lagi, tiba-tiba mobil Jovan melintas dengan cepat.

"Jovan, apa-apaan ini?" gerutuku, aku mempercepat langkahku.

Saat sampai di gerbang kampus, aku melihat Jovan tengah membukakan pintu untuk seorang wanita yang kecantikannya juga standar, hanya saja dandanannya jauh lebih sexi dari pada aku, sebab ayah tidak mengizinkan ku berpakaian serba terbuka.

"Jovanther ...," teriakku.

Semua mata memandang kearahku, termasuk Jovan dan wanita yang berada di sampingnya, namun dengan santai Jovan justru merangkul perempuan itu dan pergi meninggalkan aku seperti orang bodoh.

"Wah, kasian ya, Julietnya kena tikung wanita baru," ucap mahasiswi yang juga ngefans pada Jovan yang cintanya tertolak dan menertawai aku terbahak-bahak.

Angela melintas di hadapanku, namun dia hanya tersenyum dan berkata, "Aku angkat tangan!"

Related chapters

  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

    Last Updated : 2021-05-01
  • CINTAKU TERGADAI   Positive

    Hari ini aku akan di antar oleh Edo, dapat kesempatan lagi buat manas-manasi Jovan."Salah kamu sendiri Jo, aku jadi kayak gini. Aku memang masih cinta padamu, tapi kau sangat menyebalkan," gerutu ku di dalam kamar.Setengah jam kemudian aku keluar dan lagi-lagi ayah sudah lebih dulu pergi ke kantor. Setiap hari aku hanya sarapan seorang diri, andai saja masih ada ibu.Getar di ponselku menandakan pesan masuk, ya benar pesan dari Edo. Dia sudah menungguku di simpang.Aku sudahi sarapanku, dan aku segera berjalan menuju simpang rumahku, tepatnya ke tempat di mana Edo menungguku."Halo," sapaku dengan ramah."Sayang, kenapa sih, aku tidak boleh jemput kamu kerumah aja, jadi kamu kan gak perlu capek-capek jalan, Sayang!""Edo, jalan dua meter di mana capeknya sih? Malah sehat tau," ucapku mengelak."Ya, ya, kamu memang gadis baik dan mandiri."Edo memacu mobilnya, dan kali ini tepat sasaran. Jovan juga baru sampai parkiran.

    Last Updated : 2021-05-02
  • CINTAKU TERGADAI   Kabur

    "Bagaimana ini Jo, aku benaran hamil?" ucapku dengan wajah tegang menatap Jovan."Iya, terus aku harus apa?""Ya, kamu harus menikahi aku!" ucapku lirih."Oke, kita akan nikah, tetapi hanya pernikahan siri. Sebab kau tau sendiri kan Jeanna, kita ini masih muda. Kita juga masih kuliah, apa kau mau jadi ibu rumah tangga setelah kita menikah nanti?"Aku pun menggelengkan kepalaku. Aku memang ingin hidup mewah dan bahagia bersama Jovan, tapi aku juga punya cita-cita, bukan sekedar ibu rumah tangga."Ah, terserah Jo. Yang penting kamu nikahi aku. Ayo kita kerumah ayah!"Aku pun menarik tangan Jovan agar segera masuk ke dalam mobil. Aku mengarahkan jalan, agar Jovan tau arah menuju rumahku.Hatiku memang benar-benar kalut, aku yakin, ayah pasti memarahi ku. Tetapi aku juga tidak ingin melepaskan Jovan. Paling tidak kehadiran anak di dalam rahimku ini membuat aku dan Jovan terikat, sehingga cewek-cewek genit di luar sana tidak lagi ber

    Last Updated : 2021-05-07
  • CINTAKU TERGADAI   Terjebak

    "Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget.Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya."Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya."Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan."Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan."Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh."Oke Jeanna, kamu jangan khawat

    Last Updated : 2021-05-10
  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

    Last Updated : 2021-05-14
  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

    Last Updated : 2021-05-27
  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

    Last Updated : 2021-05-31
  • CINTAKU TERGADAI   Pacarku I Love You

    "Sayang, sore ini kita ke club' ya?"Jovan memang sangat suka dengan hiruk pikuk gemerlapnya diskotik. Sebagai pacar yang baik, aku tidak mau menolaknya, lagi pula kami baru jadian satu bulan lalu."Oke, Sayang!" sahutku dengan semangat.Ya begitulah orang bila di mabuk cinta, satu jam tidak ketemu sudah sangat menyiksa, itu alasan kedua kenapa aku mau saja dibawa Jovan ke club'."Sayang turun yuk, aku ingin disco bersamamu," ajak Jovan."Aku tidak pandai berjoged Jo," ucapku."Ah, goyangkan saja tubuhmu," ucap Jovan.Lagi-lagi aku menuruti kata Jovan. Entah apa yang tercampur dalam minumanku, hingga tubuhku terasa begitu enteng dan leluasa untuk menari mengikuti irama. Hingga akhirnya aku pingsan.Matahari mulai menyusup ke sela-sela ruangan tempat aku terbaring. Aku terduduk, aku melihat sekelilingku, dan ini bukan kamarku."Di mana aku?" ucapku lirih.Ku perhatikan diriku, aku terkejut melihat tubuhku tan

    Last Updated : 2021-04-30

Latest chapter

  • CINTAKU TERGADAI   Derita

    "Ini rumah baru kita, maaf hanya seperti ini yang bisa aku bayar," ucap Jovan sambil mengecup keningku dan bayi kami. "Tidak apa, ini pun sudah membuat aku bahagia," ucapku dengan senyum sederhana. Rumah yang hanya ukuran kotak sabun, sudah membuat aku bersyukur, setidaknya Jovan kini sudah berada di sampingku dan anak kami. Jika dibandingkan dengan rumahku dan juga rumah Jovan, keadaan ini begitu miris, namun aku harus berusaha tersenyum agar aku tidak membuat Jovan putus asa. Hutang memang telah membuat Jovan menjadi lebih dekat denganku. "Lalu, apa rencana kamu setelah ini Jovan?" tanyaku. "aku akan mencari pekerjaan di dekat daerah sini, kita akan mulai hidup baru kita di sini," ucap Jovan serius. Aku tersenyum mendengar jawaban Jovan, kali ini aku merasa pilihanku untuk hidup bersama Jovan adalah benar, karena Jovan memang benar-benar bertanggung jawab padaku dan anka kami, aku yakin, suatua hari nanti saat aku pulang, ayah pasti su

  • CINTAKU TERGADAI   Lari Malam

    "Jeanna ... Jeanna!" teriak Jovan memanggil namaku. Aku segera turun ke bawah, kini aku dan Jovan bertemu dan terpaku saling tatap. Aku ingin sekali memeluk Jovan, tetapi aku masih merasa kesal, marah dan benci padanya, sebab sudah berbulan-bulan Jovan tidak mpulang, bahkan belum sempat menggendong bayi kami. "Kau masih ingat pulang, Jo?" tanyaku lirih. "Sudah jangan banyak bicara, ayo kita pergi dari sini. Susun bajumu dan baju anak kita, cepat!" "Anak kita? Kau masih ingat kalau kau punya anak?" ucapku kesal. "Sudah jangan banyak bicara, itu nanti aja kita bahas, aku tidak punya banyak waktu," sahut Jovan. Aku melihat Jovan berjalan menuju kamar Bibi. Sementara aku masih bingung dengan situasi aneh ini. Tidak lama kemudian Jovan menghampiri aku di kamar. "Sudah, jangan terlalu banyak bawa baju. Ayo kita pergi!" ucap Jovan sambil menarik tanganku. Aku hentakkan tangang Jovan, "Tunggu Jo, kita mau kemana malam-m

  • CINTAKU TERGADAI   Bersalin

    "Jo ... tolong Jo! Perut ku sakit Jo, sepertinya aku akan melahirkan," teriak ku.Aku meringis, meraung menahan sakit, tangisku pecah, keringat dingin mengucur."Bi, Bibi ... tolong!" teriak ku memanggil pembantu rumah Jo.Aku tidak mampu turun ke bawah, sebab rasa sakit ini begitu membuat aku tidak berdaya, jangan untuk berdiri, hanya untuk menggeser tubuh pun, aku tidak mampu."Jo ...," tangisku meringis memanggil nama lelaki yang aku cintai dan ayah dari calon anak ku."Jo ... di mana kamu?" batin ku.Aku ingin mengambil ponsel yang terletak di nakas, namun tangan ku tidak mampu meraihnya.Air mataku terus saja menetes tidak mampu ku bendung. Aku sudah pasrah, jika aku harus melahirkan di ruangan ini sendiri. Kamar yang besar, namun tidak memberiku ke tentraman. Rindu ayah dan ibu."Auww ... huhu ...!"Aku mencoba mengatur nafasku, menarik nafas, lalu membuangnya perlahan.Entah apa yang menggerakkan hati pem

  • CINTAKU TERGADAI   Terjebak

    "Jeanna, bagaimana kau bisa ada di sini?" tanya Jovan kaget.Jeanna membuka mata, lalu mengerjapkannya."Jo, kau sudah pulang, siapa wanita di samping kamu itu?" tanya Jeanna merasa terkejut, matanya tidak berkedip menatap wanita di samping kekasihnya."Kamu siapa? Bagaimana kau berani di rumah ini, aku kekasih Jovanther, jadi lebih baik kau pergi dari sini," sahut perempuan di samping Jovan."Tidak, aku tidak mau pergi dari sini, sebab sekarang ini aku sedang mengandung anak Jovan."Aku menarik tangan Jovan dari sisi wanita di sampingnya itu, Jovan dengan tenang mengikuti mauku. Wanita di sampingnya langsung menggerutu, dan pergi meninggalkan aku dan Jovan. Terdengar suara mobil yang melaju dengan kencang, pergi meninggalkan halaman rumah Jovan."Jo, ayo kita menikah, anak dalam rahim ku ini butuh pengakuan ayahnya, aku rela kabur dari rumah meninggalkan ayah demi memilih kamu Jo," ucap Jeanna mengeluh."Oke Jeanna, kamu jangan khawat

  • CINTAKU TERGADAI   Kabur

    "Bagaimana ini Jo, aku benaran hamil?" ucapku dengan wajah tegang menatap Jovan."Iya, terus aku harus apa?""Ya, kamu harus menikahi aku!" ucapku lirih."Oke, kita akan nikah, tetapi hanya pernikahan siri. Sebab kau tau sendiri kan Jeanna, kita ini masih muda. Kita juga masih kuliah, apa kau mau jadi ibu rumah tangga setelah kita menikah nanti?"Aku pun menggelengkan kepalaku. Aku memang ingin hidup mewah dan bahagia bersama Jovan, tapi aku juga punya cita-cita, bukan sekedar ibu rumah tangga."Ah, terserah Jo. Yang penting kamu nikahi aku. Ayo kita kerumah ayah!"Aku pun menarik tangan Jovan agar segera masuk ke dalam mobil. Aku mengarahkan jalan, agar Jovan tau arah menuju rumahku.Hatiku memang benar-benar kalut, aku yakin, ayah pasti memarahi ku. Tetapi aku juga tidak ingin melepaskan Jovan. Paling tidak kehadiran anak di dalam rahimku ini membuat aku dan Jovan terikat, sehingga cewek-cewek genit di luar sana tidak lagi ber

  • CINTAKU TERGADAI   Positive

    Hari ini aku akan di antar oleh Edo, dapat kesempatan lagi buat manas-manasi Jovan."Salah kamu sendiri Jo, aku jadi kayak gini. Aku memang masih cinta padamu, tapi kau sangat menyebalkan," gerutu ku di dalam kamar.Setengah jam kemudian aku keluar dan lagi-lagi ayah sudah lebih dulu pergi ke kantor. Setiap hari aku hanya sarapan seorang diri, andai saja masih ada ibu.Getar di ponselku menandakan pesan masuk, ya benar pesan dari Edo. Dia sudah menungguku di simpang.Aku sudahi sarapanku, dan aku segera berjalan menuju simpang rumahku, tepatnya ke tempat di mana Edo menungguku."Halo," sapaku dengan ramah."Sayang, kenapa sih, aku tidak boleh jemput kamu kerumah aja, jadi kamu kan gak perlu capek-capek jalan, Sayang!""Edo, jalan dua meter di mana capeknya sih? Malah sehat tau," ucapku mengelak."Ya, ya, kamu memang gadis baik dan mandiri."Edo memacu mobilnya, dan kali ini tepat sasaran. Jovan juga baru sampai parkiran.

  • CINTAKU TERGADAI   Perang Dingin

    "Jovan, aku akan membalas perbuatanmu," umpatku dengan kesal.Aku kembali kerumah dengan wajah kusut. Aku lihat rumah kosong karena ayah sedang bekerja. aku masuk ke kamarku, aku banting pintu kamarku dengan kuat. Aku hempaskan tubuhku ke atas tempat tidur yang menyimpan kenangan dengan Jovan."Jovan, kamu brengsek ... brengsek, aku benci sama kamu, lihat saja aku akan membalasnya!" ucapku lirih. Air mataku terus saja menetes membasahi bantal.Aku mengurung diri di kamar, aku larut bersama kesedihan dan kenanganku bersama Jovan, hingga aku tidak lagi mendengar kepulangan ayah."Jeanna, kamu sudah ppulang, Nak?"Suara ayah menyadarkanku, aku segera menyeka air mataku, aku rapikan rambutku yang berantakan. Aku bercermin dan kulihat mata ini sembab karena banyak menangis."Ayah sudah pulang?" ucapku sambil membuka pintu kamar."Ada apa dengan kamu Jeanna?"Pertanyaan ayah membuat aku tertunduk, aku malu menatap ayah karena aku sud

  • CINTAKU TERGADAI   Berubah

    Mengingat Jovan masih marah karena teleponnya tidak terjawab hingga 100 kali, pagi ini aku harus pergi dengan bis kota menuju kampus.Biasanya Jovan selalu menjemput ku di simpang jalan."Jo, please maafkan aku, aku semalam itu lagi cabut rumput sama ayah di halaman, jadi aku tidak dengar suara teleponku berdering," rayu ku pada Jovan.Emang dasarnya dia idola, jadi rengekkan ku seperti nyanyian merdu. Bukannya memberi maaf, dia justru meninggalkan aku pergi dengan wanita lain."Kasian ya sih Juliet di tinggal kabur sama Romeo nya," ejek kawan-kawan kampus ku sambil tertawa terbahak-bahak.Aku berlari menuju taman belakang kampus, karena tidak tahan menahan malu akibat ejekan dan cibiran fans-fans Jovan."Angela, hanya Angela yang mengerti aku saat ini," gumamku, aku hapus air mataku dan aku mencari Angela sekeliling kampus."Arghh! Di mana anak itu?" gerutu ku sambil terus mencari.Langkah ku berhenti, di depan sebuah ruang ko

  • CINTAKU TERGADAI   Bersembunyi

    Ayah masih saja bergeming di dalam kamarku, aku sudah kehabisan cara untuk membuat ayah keluar dari kamar.[Sayang, buruan suruh ayah kamu keluar, aku bisa mati jika terlalu lama di sini.]Aku segera membaca pesan dari Jovan dan dengan cepat membalasnya.[Sabar Jo, aku lagi berusaha. Tahan dikit lagi ya.]Saat aku kirim pesan ke Jovan, suara handphone Jovan berdering dengan deras sehingga kecurigaan ayah semakin bertambah."Suara handphone siapa itu?""H-handphone Jo, Yah!""Jo, siapa Jo?"Aku terkejut di buat ucapanku sendiri, aku keceplosan menyebut nama Jo."Jo, siapa Jo. Ayah pasti salah dengar, bukan Jo, Yah tapi Je," ucapku memberi alasan.Ayah menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. Mata ayah masih saja tertuju pada satu benda, dan aku tidak mau menanyakannya."Yah, maaf, Jeanna sudah mengantuk, apa rasa curiga ayah sudah hilang?"Aku memasang wajah cemberut dan berulang kali menguap palsu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status