Marsya sontak saja menjadi terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu bagaimana dan dari mana Raffael mengetahuinya. “Aku memang melakukan hal itu karena kau dengan diam-diam masih mencari keberadaan Ica! Kalau kau begitu membenciku kenapa setiap malam di tempat tidur kau selalu merayu dan menyentuhku?”Dengan mata menyala karena amarah, Marsya mendorong menjauh tubuh Raffael. Ia benci dirinya diperlakukan dengan begitu rendah. Dirinya manusia yang punya hati, walaupun ia sadar diri kalau sudah melakukan kesalahan dan mendapatkan Raffael dengan cara yang jahat.Raffael menatap Marsya dengan suara mendesis karena emosi, ia berkata, “Karena kau yang menawarkan dirimu! Mengapa aku harus menolaknya apa yang tersedia di depan mata?”Air mata Marsya langsung saja tumpah dengan suara tersendat karena isak tangis ia mengatakan kalau dirinya bukanlah wanita murahan. Ia pantas mendapatkan perlakuan sebagai seorang istri dari Raffael.Raffael membalikan badan dipukulkannya kepalan tangan pada dinding
Natasya langsung berlari memeluk papinya yang terbaring di atas ranjang. “Jangan pernah Papi berkaata seperti itu lagi! Papi akan masih lama hidup di dunia ini.”Papi Natasya mengusap lembut rambut hitam putrinya itu yang tergerai sampai punggung. Sebagai orang tua, ia merasa bersalah karena hanya bisa merepotkan saja.“Kalau kamu sudah lelah merawat Papi, kamu boleh pergi. Papi akan menemukan jalan untuk menghidupi diri sendiri.” Papi Natasya menatap putrinya dengan mata yang berkabut menahan air mata.Natasya menggelengkan kepala suaranya terdengar serak. “Papi bukanlah beban untukku dan aku tidak akan meninggalkan Papi sendirian demi apa pun juga! Kita pasti bisa mengatasi semua ini bersama-sama.”Terdengar suara kursi roda bergerak mendekat ke arah keduanya. “Aku tahu diriku ini sudah tua dan duduk di kursi roda, tetapi bukan berarti kalian harus mengabaikan posisiku sebagai suami dan menantu.”Natasya tertunduk merasa bersalah, ia sadar sudah membuat suaminya sakit hati. Pria itu
“Ra-Raffael! Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Natasya dengan suara tergagap dan mata membulat menatap tidak percaya kalau pria yang ia cintai berdiri di hadapannya.Sebersit rasa bahagia karena melihat kehadiran pria itu yang ternyata masih peduli kepadanya hinggap di hati Natasya.“Tuan, Raffael! Nyonya Marsya sudah sadar dan ia terus memanggil nama Anda,” seru wanita yang merupakan pelayan di rumahnya dan Marsya.Raffael melirik wanita itu dengan tajam ia mengatakan kalau dirinya akan segera ke ruang rawat Marsya.Tatapan Raffael kembali beralih kepada Natasya, ia dapat melihat cincin polos berwarna keemasan yang melingkar di jari manis mantan tunangannya itu.Melihat arah tatapan Raffael, Natasya mencoba untuk menutupi jarinya. Namun, Pratama justru menangkup tangan wanita itu hingga memperlihatkan cincin yang sama melingkar di jari pria itu.“Perkenalkan, saya Pratama, suami dari Natasya.” Pratama mengulurkan tangan ke arah Raffael.Raffael menatap secara bergantian Pratama d
Raffael menggeram mendengar apa yang dikatakan oleh Marsya. Dihelanya napas dalam-dalam dengan kedua mata terpejam. “Aku baru saja bertemu dengan Natasya dan ia sudah menikah! Jadi berhentilah membawa-bawa namanya ke dalam setiap pertengkaran kita. Aku sudah melihat keadaanmu sekarang aku akan pergi karena semakin lama berada di sini hanya membuatmu marah saja!”Marsya menghapus air matanya dengan lengan baju rumah sakit yang ia pakai. Mulutnya terbuka kemudian ia tutup kembali. Apa yang dikatakan Raffael sangat mengejutkan baginya.“Kau pasti berbohong, bukan? Tidak mungkin Natasya sudah menikah ini pasti hanyalah akal-akalanmu saja biar bisa tetap bersama dengannya,” tuduh Marsya.Tangan Taffael memegang kenop pintu, ia membalikan badan melihat ke arah Marsya dengan tatapan dingin. “Aku tidak butuh kau untuk percaya! Karena hatimu hanya dipenuhi dengan kebencian kepada Natasya, serta rasa percaya kepadaku.”Dibukanya pintu lalu berjalan keluar dari ruang rawat itu. Dengan langkah pa
Pratama mendongak menatap Natasya dengan senyum bermain di matanya. “Bagaimana menurutmu? Bukankah sebagai seorang suami, aku berhak menuntut hakku? Apa kau pikir aku sudah tidak bisa lagi ‘melakukannya?’ Mungkin nanti malam kau akan mengetahui jawaban itu semua.”Badan Natasya bergetar karena takut, ia tidak pernah membayangkan dirinya akan disentuh oleh Pratama, sebagai seorang istri kepada suami.Ia menjadi gugup di bawah tatapan tajam Pratama yang menyelidik. Senyum sinis bermain di sudut bibir suaminya. Entah apa yang dipikirkan Pratama melihat bahasa tubuhnya.“Kau terlihat ketakutan apakah aku begitu menjijikan di matamu? Mungkin usiaku memang sudah tua dan wajah, serta badanku juga dipenuhi keriput. Namun, bukankah kewajiban seorang istri untuk melayani suaminya?” Tanya Pratama dengan tatapan yang begitu intens.Dalam hati ia menertawakan dirinya yang membuat takut Natasya. Ia tidak akan pernah menyentuh wanita itu sebagai seorang istri, ia hanya akan memanfaatkan keberadaan w
Natasya menatap dingin Pratama, suaminya itu salah kalau mengira akan jatuh cinta dengan putra pria itu. “Kau jangan takut! Saya tidak akan tertarik untuk berhubungan dengan anak tiri saya sendiri.”Setelah mengucapkan hal itu Natasya berjalan keluar rumah. Ia menjadi terkejut ketika melihat mobil yang tadi membawa mereka dari rumah sakit. Berikut dengan sopirnya masih ada di depan rumah.“Mengapa kamu tidak kembali ke perusahaan?” Tanya Natasya dengan kening dikerutkan.Pria itu terlihat salah tingkah dengan pertanyaan yang diajukan Natasya. Ia baru hendak membuka mulut menjawab, tetapi menutupnya kembali ketika melihat kode yang diberikan Pratama di depan pintu.“Aku mendapatkan pesan dari bos kalau mobil dan sopir itu akan mengantarkanmu pergi dan pulang dari rumah sakit. Kita sungguh beruntung memiliki bos yang sangat dermawan seperti itu,” ucap Pratama.Natasya seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Selama papinya menjadi pimpinan belum pernah ada pegawai biasa mendapatk
Natasya mengerjapkan mata, ia mencoba untuk melihat wajah pria yang sudah membawanya paksa masuk ruangan tersebut. “Aku tidak mengenalmu dan aku juga tidak sudi kau panggil ibu, karena aku bukan ibumu!”Pria itu tidak juga menjauh dari samping Natasya hingga ia dapat merasakan hembusan hangat napas pria itu mengenai wajahnya. Ia beringsut menjauh karena merasa tidak nyaman dengan kedekatan mereka.“Siapa lelaki yang menciummu tadi? Apakah kalian berdua bersekongkol untuk menipu ayahku? Sayang sekali, kau tidak seberuntung itu. Kau akan merasakan hidupmu bagai berada di neraka karena sudah mencoba menipu ayahku!”Pria itu mendekati Natasya, satu tangannya terangkat untuk menyentuh pipi wanita itu dengan lembut. Perlahan jari itu berpindah mengusap bibir Natasya dengan lembut membuat perutnya bagaikan ada kupu-kupu yang terbang.Pria asing itu merendahkan kepala lalu mencium bibir Natasya dengan lembut dan ringan. Menyadari Natasya yang terbuai dengan ciumannya. Pria itu berbisik di tel
Raffael yang suasana hatinya tidak baik karena rasa cemburu melihat Natasya digandeng pria lainnya. Ia memasang wajah dingin. Gurat-gurat kemarahan terlihat di wajah dan matanya. “Sungguh kau tidak tertolong lagi! Tidak hanya lelaki tua saja, kau juga mencari pria muda.”Natasya merasakan dadanya sesak menerima penghinaan dari Marsya dan sekarang ditambah Raffael. Pria yang masih ia cintai sepenuh hati.“Kita sudah tidak ada urusan lagi apa pun yang terjadi dalam hidupku bukanlah urusan kalian berdua! Jalan kita sudah bersimpangan semoga ini adalah pertemuan terakhir kita,” sahut Natasya.Ia menoleh ke arah Sandoro yang terlihat senang melihat apa yang terjadi. Ia memandang Raffael dengan kening yang dikerutkan dan mata dipicingkan. Ia mengangkat pundak menerima ajakan Natasya untuk segera masuk mobil.Seakan ingin membuat pria yang memandangnya dengan tatapan penuh kebencian menjadi cemburu. Ia menarik Natasya merapat ke sisi tubuhnya. Dengan sengaja ia mendekatkan wajah ke telinga N