Perlahan Marsya membuka matanya ia melihat ke arah Raffael dengan tatapan tidak suka. “Kaiau aku tidak berpura-pura pingsan kau pasti akan tetap di sana menemani Natasya! Kau tidak menghargaiku sebagai seorang istri dengan sengaja kau juga mempermalukanku!”Raffael mendengus dengan keras, ia memutar bola mata. Diabaikannya ucapan Marsya dengan keras ditutupnya pintu mobil, lalu masuk ke bagian depan dan duduk di balik kemudi. Diliriknya kaca spion untuk melihat apa yang dilakukan oleh Marsya.Setelah memastikan istrinya itu sudah memasang sabuk pengaman, ia pun menyalakan mesin mobil lalu menjalankannya meninggalkan areal pemakaman itu. Ia mengemudi dalam diam. Akan tetapi, tidak dengan hatinya yang sibuk memikirkan bagaimana keadaan Natasya setelah ia tinggalkan.“Kenapa kau hanya diam saja? Kau masih mencintai ia, bukan? Tidakah kau bersedia melupakannya demi anak kita yang sedang kukandung?” Tanya Marsya dengan suara lirih dan mata berembun.Raffael hanya diam saja, ia lebih memili
Sontak saja Raffael menjadi terkejut mendengar berita itu, begitu pula dengan Marsya. Wajahnya terlihat pucat dan tegang. “Saya akan tetap mempertahankan kehamilan ini, sekalipun nyawa saya yang menjadi taruhan.”Ia tidak akan menggugurkan kandungannya demi apa pun juga. Seandainya ia tidak hamil, Raffael pasti akan mengajukan gugatan cerai, agar ia bisa kembali bersama dengan Natasya. Dan hal itu tidak boleh terjadi.Raffael melirik Marsya tajam, ia tidak ingin wanita itu membahayakan keselamatan nyawanya karena ia bisa saja hamil kembali suatu hari nanti.“Kau harus lebih mengutamakan dirimu sendiri! Bayi itu juga baru beberapa minggu usianya dan kau belum terikat batin dengan kuat.” Raffael memandangi wajah istrinya itu dengan dingin.Marsya balas menatap Raffael dengan marah. “Tentu saja kamu mengharap aku memilih diriku daripada janin dalam perutku. Biar kamu bisa kembali kepada mantan tunanganmu itu, bukan? Kamu memang tidak punya hati di saat istri sedang hamil dan bertaruh nya
“Bapak tidak bisa melakukan hal seperti ini kepada saya!” sahut Natasya lemah.Sayangnya penjelasan Natasya tidak diterima karena memang pada laporan keuangan itu terdapat tanda tangannya sebagai pembuat.Dengan tubuh lunglai ia bangkit dari duduk. “Bapak sudah membuat keputusan yang terburu-buru tanpa menyelidiki lebih lanjut apa yang saya katakan. Semoga saja orang yang sudah mengubah laporan itu segera terbuka hatinya untuk mengaku dan menyesal.”Ia berjalan keluar dari ruangan bosnya dengan langkah gontai kembali ke ruang kerja. Natasya membereskan semua barang-barang lalu memasukan ke sebuah kardus. Tidak ingin berlama-lama begitu sudah selesai ia langsung pergi.“Natasya, kenapa kamu membawa barang-barangmu?” tegur salah seorang rekan kerjanya.“Saya dipecat,” sahut Natasya pelan.Sontak saja rekan kerjanya menjadi terkejut mendengar hal itu. Ia tidak percaya karena selama mengenal Natasya wanita itu tidak pernah membuat hal yang buruk.Tidak mau menambah masalah Natasya menjela
Tenggorokan Natasya terasa kering denyut nadi di lehernya bergerak naik turun dengan cepat. “Baik, Bu!” Dibukanya pintu rumah ia mempersilakan kepada wanita pemilik kontrakan itu untuk menunggu di dalam.“Saya duduk di sini saja,” sahut wanita itu ketus.Natasya mengangguk, ia masuk rumah dan membiarkan pintunya terbuka lebar. Sesampai di dalam kamar, Natasya merosotkan badan duduk di lantai dengan air mata yang sedari tadi ditahannya tumpah.‘Ya, Tuhan! Mengapa begitu berat ujian yang kau berikan kepada kami?’ gumam Natasya pelan.Selama beberapa menit Natasya hanya duduk di lantai sambil menangis, tetapi ia kemudian tersadar ada papinya yang berada di rumah sakit. Dan juga pemilik rumah ini yang sudah tidak sabar mengusir keluar.Diusapnya dengan kasar air mata yang mengalir dengan punggung tangan. Ia bangkit berdiri mengambil koper besar di sudut kamar. Dirinya memasukan pakaian yang ada dalam lemari berikut barang-barang pribadi lainnya.Setelahnya, Natasya berjalan ke kamar papin
Marsya sontak saja menjadi terkejut mendengarnya. Ia tidak tahu bagaimana dan dari mana Raffael mengetahuinya. “Aku memang melakukan hal itu karena kau dengan diam-diam masih mencari keberadaan Ica! Kalau kau begitu membenciku kenapa setiap malam di tempat tidur kau selalu merayu dan menyentuhku?”Dengan mata menyala karena amarah, Marsya mendorong menjauh tubuh Raffael. Ia benci dirinya diperlakukan dengan begitu rendah. Dirinya manusia yang punya hati, walaupun ia sadar diri kalau sudah melakukan kesalahan dan mendapatkan Raffael dengan cara yang jahat.Raffael menatap Marsya dengan suara mendesis karena emosi, ia berkata, “Karena kau yang menawarkan dirimu! Mengapa aku harus menolaknya apa yang tersedia di depan mata?”Air mata Marsya langsung saja tumpah dengan suara tersendat karena isak tangis ia mengatakan kalau dirinya bukanlah wanita murahan. Ia pantas mendapatkan perlakuan sebagai seorang istri dari Raffael.Raffael membalikan badan dipukulkannya kepalan tangan pada dinding
Natasya langsung berlari memeluk papinya yang terbaring di atas ranjang. “Jangan pernah Papi berkaata seperti itu lagi! Papi akan masih lama hidup di dunia ini.”Papi Natasya mengusap lembut rambut hitam putrinya itu yang tergerai sampai punggung. Sebagai orang tua, ia merasa bersalah karena hanya bisa merepotkan saja.“Kalau kamu sudah lelah merawat Papi, kamu boleh pergi. Papi akan menemukan jalan untuk menghidupi diri sendiri.” Papi Natasya menatap putrinya dengan mata yang berkabut menahan air mata.Natasya menggelengkan kepala suaranya terdengar serak. “Papi bukanlah beban untukku dan aku tidak akan meninggalkan Papi sendirian demi apa pun juga! Kita pasti bisa mengatasi semua ini bersama-sama.”Terdengar suara kursi roda bergerak mendekat ke arah keduanya. “Aku tahu diriku ini sudah tua dan duduk di kursi roda, tetapi bukan berarti kalian harus mengabaikan posisiku sebagai suami dan menantu.”Natasya tertunduk merasa bersalah, ia sadar sudah membuat suaminya sakit hati. Pria itu
“Ra-Raffael! Apa yang kamu lakukan di sini?” Tanya Natasya dengan suara tergagap dan mata membulat menatap tidak percaya kalau pria yang ia cintai berdiri di hadapannya.Sebersit rasa bahagia karena melihat kehadiran pria itu yang ternyata masih peduli kepadanya hinggap di hati Natasya.“Tuan, Raffael! Nyonya Marsya sudah sadar dan ia terus memanggil nama Anda,” seru wanita yang merupakan pelayan di rumahnya dan Marsya.Raffael melirik wanita itu dengan tajam ia mengatakan kalau dirinya akan segera ke ruang rawat Marsya.Tatapan Raffael kembali beralih kepada Natasya, ia dapat melihat cincin polos berwarna keemasan yang melingkar di jari manis mantan tunangannya itu.Melihat arah tatapan Raffael, Natasya mencoba untuk menutupi jarinya. Namun, Pratama justru menangkup tangan wanita itu hingga memperlihatkan cincin yang sama melingkar di jari pria itu.“Perkenalkan, saya Pratama, suami dari Natasya.” Pratama mengulurkan tangan ke arah Raffael.Raffael menatap secara bergantian Pratama d
Raffael menggeram mendengar apa yang dikatakan oleh Marsya. Dihelanya napas dalam-dalam dengan kedua mata terpejam. “Aku baru saja bertemu dengan Natasya dan ia sudah menikah! Jadi berhentilah membawa-bawa namanya ke dalam setiap pertengkaran kita. Aku sudah melihat keadaanmu sekarang aku akan pergi karena semakin lama berada di sini hanya membuatmu marah saja!”Marsya menghapus air matanya dengan lengan baju rumah sakit yang ia pakai. Mulutnya terbuka kemudian ia tutup kembali. Apa yang dikatakan Raffael sangat mengejutkan baginya.“Kau pasti berbohong, bukan? Tidak mungkin Natasya sudah menikah ini pasti hanyalah akal-akalanmu saja biar bisa tetap bersama dengannya,” tuduh Marsya.Tangan Taffael memegang kenop pintu, ia membalikan badan melihat ke arah Marsya dengan tatapan dingin. “Aku tidak butuh kau untuk percaya! Karena hatimu hanya dipenuhi dengan kebencian kepada Natasya, serta rasa percaya kepadaku.”Dibukanya pintu lalu berjalan keluar dari ruang rawat itu. Dengan langkah pa
Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia membalikan badan. Dilayangkannya senyum tipis kepada Ades. “Yang kulakukan sama sekali bukanlah urusanmu! Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau tuduhkan.”Setelah mengatakan hal itu Sasha membalikan badan hendak berlalu pergi dari sana. Karena ia tidak mau berada lebih lama lagi di tempat yang sama dengan kekasih Raffael.Langkah Natasya terhenti ketika ia mendengar nada suara Ades yang terdengar mencemooh, “Tentu saja aku tidak akan mengatakan kepada Raffael kalau bertemu denganmu. Aku bahkan lebih suka kalau kau tidak menampakan dirimu di rumah itu lagi.”Wanita itu kemudian berlalu pergi dari hadapan Natasya. Membuat Natasya memandangi punggungnya dengan kesal.‘Mengapa wanita itu terus saja membuatku marah? Mereka berdua memang pasangan yang serasi,’ batin Natasya.Ia masuk mobil lalu duduk di balik kemudi. Dikemudikannya mobil menuju rumah sakit. Sesampainya di sana ia langsung membereskan administrasi untuk operasi papinya.Keesokan h
Tidak mau terjadi keributan Natasya bangkit dari duduknya. “Maaf, saya akan makan di dapur.”Dengan anggukan kepala ia berjalan keluar dari ruang makan. Saat melewatii Raffael dan kekasihnya, ia mengangkat kepala. Menatap pasangan itu dengan raut datar. “Akhirnya kau sadar diri juga! Semoga kau tidak berpura-pura amnesia dan kembali makan di ruangan ini,” sindir Ades.Natasya menghentikan langkah, ia menatap wanita itu dengan tajam. “Saya memang pengasuh di rumah ini. Sementara Anda adalah kekasih pemilik rumah ini. Akan tetapi, apakah kau yakin Raffael akan menikahimu? Karena kudengar ia pernah bertunangan lama, tetapi ia justru menikahi sahabat tunangannya.”Raffael menggeram marah. ia memberikan pelototan pada Natasya. Dicekalnya lengan wanita itu setengah menyeret ia membawa wanita itu keluar. Didorongnya dengan kasar, hingga punggung Natasya menempel pada dinding.Tangan Raffael berpindah memegang dagu Natasya dengan kasar. Sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk daging, tetapi
“Kau pengecut! Selalu memilih untuk pergi.” Raffael menatap tajam punggung Natasya.Langkah Natasya terhenti, tetapi ia tidak membalikkan badan untuk melihat Raffael. “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Tuan! Anda sudah mengatakannya dengan begitu jelas.”Dilanjutkannya kembali berjalan memasuki rumah. Sesampai di depan pintu kamar Tiara, ia membukanya pelan. Diliatnya kalau gadis cilik itu tidur dengan nyenyaknya.‘Akh, sebaiknya aku pergi keluar saja untuk mencari makan,’ batin Natasya.Ditutupnya kembali pintu kamar Tiara dan berjalan memasuki kamarnya sendiri. Diambilnya tas tangan berisikan dompet, serta ponsel. Setelahnya, ia keluar kamar menuruni tangga. Di bawah anak tangga ia berpapasan dengan Raffael yang akan naik. Sambil menundukkan kepala ia berjalan melewati pria itu.Tiba-tiba saja lengannya ditarik dengan kasar, hingga ia membentur dada Raffael. Suara kesiap karena terkejut lolos dari bibirnya.“Mau pergi kemana kau?” desis Raffael dengan suara tertahan.“Maaf, Tu
Nadi Natasya berdenyut cepat, ia menundukkan kepala tidak sanggup menatap mata Raffael. Agar pria itu tidak melihat kalau kata-katanya kembali melukai Natasya. “Terima kasih, untuk kesekian kali diingatkan. Maaf, saya yang sudah besar kepala.”Natasya berenang mengabaikan Raffael, ia berenang menuju Tiara yang berada dalam pelampungnya. “Apakah kamu mau turun dari tempatmu itu bermain air dengan Nanny?”Senyum cerah terbit di wajah Tiara, ia tidak mengetahui kalau nannynya sedang sedih. Gadis cilik itu merentangkan kedua tangan meminta diangkat dari pelampungnya.Dengan sigap Natasya melakukannya. Ia sengaja membawa Tiara berenang ke bagian yang terjauh dari Raffael. Suara tawa senang gadis cilik itu mampu menghibur Natasya membuatnya melupakan sejenak kata-kata kasar dari majikannya.“Apakah kau sudah lelah berenang? Kita naik ke atas ya karena hari sudah mulai gelap.” Ajak Natasya kepada Tiara.Anggukkan kepala Tiara berikan kepada Natasya. Selain sudah lelah, ia juga merasa mengant
Raffael terdiam, rahangnya mengetat dengan kedua tangan mengepal di samping tubuh. “Mengapa kau berpikir aku masih mencintai Natasya dan berhubungan kembali dengannya? Hubungan kami sudah lama usai. Kalau kau meragukan diriku silakan pergi dari hubungan ini.”Ades tidak puas dengan jawaban dari Raffal, tetapi rasa takutnya diputuskan pria itu jauh lebih besar. Ia harus mengalah kepada kekasihnya itu. Namun, tidak dengan Natasya. Akan diberikannya peringatan keras.“Maaf, Raff! Aku tidak bermaksud untuk meragukanmu. Hanya saja kehadiran wanita itu di rumah ini membuatku cemburu.” Ades memeluk Raffael erat. Untuk menunjukkan kalau dirinya takut kehilangan pria itu.Perlahan Raffael melepaskan pelukan Ades, ia hanya memberikan anggukan kemudian berjalan meninggalkan wanita itu seorang diri saja. Ades memandangi punggung Raffael sampai pria itu menghilang dari pandangan. Tampangnya terlihat cemberut saat ia dengan terpaksa keluar dari rumah itu. Ia harus bisa meyakinkan dirinya sendiri
“Apakah Nanny tahu siapa Om, itu?” Tanya Tiara dengan mata besarnya menatap penuh harap.Natasya mengalihkan tatapannya kepada Raffael. Ia ingin tahu apakah pria itu akan berkata jujur kepada anak kecil yang berdiri di antara mereka berdua.Raffael menegakkan badan dengan suara dingin, ia berkata, “Nannymu akan mengatakannya kalau ia berani.”Dengan suara pelan yang hanya bisa didengar Raffael, Natasya berkata, “Kenapa kau menjadi pengecut, Raff? Mengakui kalau gadis kecil ini adalah putrimu begitu berat.”Posisi Natasya yang berdiri begitu dekat saat berbicara, hingga dari posisi Ades berdiri. Terlihat seolah keduanya sedang berciuman. Dan hal itu jelas memancing rasa cemburunya.“Apa yang kalian berdua lakukan? Tidakkah kalian menghargai diriku dan juga ada anak kecil yang bisa melihat! Dasar pengasuh tidak tahu malu! Aku tahu kalau kau berusaha untuk menaikkan derajatmu menjadi Nyonya di rumah ini!” bentak Ades emosi.Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia langsung menjauhkan bad
“Hahaha! Kau sungguh menggelikan sekali. Mana mungkin kekasihku akan cemburu kepada pengasuh sepertimu. Ia tahu kalau kau bukanlah wanita yang akan menjadi pilihanku. Aku memintamu ke sini untuk mengingatkan agar kau tidak boleh menampakkan dirimu di hadapanku!” tegas Raffael.Hati Natasya terasa sakit mendengar ucapan kasar Raffael. Dirinya tidak dianggap sama sekali, padahal mereka pernah bertunangan. Sebegitu rendahnyakah status sebagai seorang pengasuh putrinya di mata Raffael?“Baik, Tuan! Saya mengerti. Saya akan berusaha agar kita tidak perlu bertemu. Karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakan saya permisi.” Natasya bangkit dari duduk berjalan menuju pintu.Raffael juga bangkit dari duduknya, ia meletakkan tangan di atas tangan Natasya mencegah wanita itu membuka pintu. “Siapa yang mengatakan aku sudah selesai berbicara denganmu?”Natasya membalikkan badan hingga berhadapan dengan Raffael. Dan itu merupakan suatu kesalahan karena keduanya berada begitu dekat. Dia melangkah m
Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya terasa kering. Diambilnya gelas berisi air yang langsung ia minum. Setelahnya ia letakkan kembali gelas itu di atas meja.“Saya tidak ingin bertengkar di meja makan dan saya bekerja untuk Nona Tiara anak dari pemilik rumah ini. Yang kehadirannya belum diketahui oleh anak asuh saya.” Natasya melihat ke arah Tiara yang balas menatapnya.“Nanny, kita pergi saja dari sini. Kita makan di luar saja aku takut.” Tiara bangkit dari duduk. Ia menarik tangan Natasya menjauh dari tempat tersebut.Dengan senang hati Natasya memenuhi permintaan anak asuhnya itu. Sebelum keluar ia memberikan anggukan kepala kepada Raffael. Karena biar bagaimanapun juga pria itu adalah majikan yang selama ini tidak dilihatnya.“Siapa yang mengijinkan kalian keluar! Kembali ke tempat kalian kita makan bersama dan tidak ada perdebatan!” seru Raffael dengan nada suara dingin.Natasya menghentikan langkah diikuti oleh Tiara. Melalui genggaman tangan gadis cilik itu terlih
Sontak saja Ades menjadi terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Raffael. “Kau tidak becanda, bukan? Tentu saja aku bersedia.”Mata Ades berbinar senang, ia tidak menghiraukan fakta di depan matanya kalau Raffael tidak terlihat sama antusiasnya. Atau pun senang mendengar ia menyetujui apa yang dikatakan oleh pria itu.Dipeluknya pundak pria itu sambil mengecup pipinya sekilas. “Kuharap kau tidak menyesal dengan apa yang barusan kau katakan, Raff!”Raffael mengambil cawan berisi anggur disesapnya isinya sampai tandas dalam sekali tegug. Kalau berkata jujur kepada Ades tentu saja dirinya akan mengatakan menyesal. Ia tidak terlalu menyukai wanita itu karena bukanlah Natasya.“Bagaimana mungkin aku akan menyesal? Sementara kau adalah wanita cantik, serta mandiri sepertimu. Tentu saja kita berdua akan menjadi pasangan yang berbahagia dan membuat iri orang lain,” ucap Raffael dengan nada datar.Raffael bangkit dari duduknya mengulurkan tangan kepada Ades. Yang langsung disambut oleh wani