~Ketuk Palu~ (30)~Aku ingin bersandar pada pohon-pohon di taman yang menyejukkan dan kicau burung-burung di atasnya yang memberi harmoni, lalu biarkan hati kita bernyanyi tentang cinta yang tak lagi mudah.~ (Brian)“Bu, Raya akan di bawa ke ruangan operasi.”Aku menolehkan wajah.“Maaf saya menggangu Ibu. Saya pikir barangkali Ibu ingin mengantarnya sampai pintu ruang operasi?”“Tidak. Biarkan saja. Aku sedang ingin menikmati kesendirianku di sini.”“Baik, Bu. Apa ibu akan pulang? Biar saya hubungi sopir.”“Jangan dulu. Masih ada yang harus aku selesaikan, Ran.”“Baik, bu. Hubungi saya kalau ibu perlu bantuan. Saya ijin pulang ke rumah dulu. Dan siap datang jika ibu memerlukan.”“Oke, pulang dan istirahat, Ran. Terima kasih, ya.”Rany pergi meninggalkanku sendiri di sudut ruang.***“Mel, kamu di sini?”Suara Mama mengagetkan lamunanku.“Duh, Nak, kemana aja, sich, kamu? Mama kangen tauk.”Aku memeluknya. Mama menyentuh dan mengelus satu persatu bagian tubuhku. Mama memperlakukanku b
~How About Dinner With Me? ~[Mel, how about dinner with me, tonite?”]Pesan dari Brian. Baru saja aku memikirkannya, dan dia mengirim pesan untukku. Selalu ada kebetulan yang terjadi antara aku dan Brian. Dari dulu, dari sejak usiaku belasan.[Bri, apa kabar?][Baik. Kamu sehat? Apa ada yang harus saya lakukan untukmu?][Aku sehat. Nggak ada, aku baik-baik saja.][apakah aku masih belum boleh menemuimu?][Belum.] kusematkan emot senyum setelahnya.[Manis senyumnya.][Sudah tahu ‘kan?][Iya, tapi senyum yang kali ini, di ikuti bling-bling di mata. Jadi makin manis aja ngeliatnya][Hmm, bisa lihat?][telepati kita kuat.] ia bubuhkan senyum di akhir kalimat.[Jadi kamu bisa merasakan yang aku rasakan?][karena itulah aku mengontakmu, karena aku tahu kamu sedang rindu.]Aku tergelak membacanya. [kamu rindu?][sangat. So can i?]Brian mengajakku dinner malam ini. Sementara ini sudah pukul empat sore. Aku tadi kepikiran akan menghubunginya dua tiga hari lagi. [Mel ....]Aku membuka lemar
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 30)#Seputih_Cinta_Amelia~ Pendekatan ke Mama ~Tak lama Lelaki itu menaruh bayi yang masih menangis ke dalam strollernya. Lalu pergi ke dalam meninggalkan mereka. Lelaki itu bukan salah satu adik atau kakak Raya. Siapa dia? Bukankah Raya di rumah sendirian? Apakah ada Yu Sopinah di situ? Terlalu lama aku diam, belum juga kudapatkan informasi lainnya. Aku menekan tombol handphone. Menelepon seseorang.“Tolong kabari saya, ya.” Kuakhiri percakapan, lalu melaju pulang.***Mama sudah dirumah ketika aku sampai. “Mel, baru pulang kamu? Tumben agak sorean?”“Iya, Ma, ada beberapa pekerjaan yang harus Amel selesaikan.”“Mama sudah masak sup jamur kesukaanmu, Mel.”“Ya, Allah, Ma. Mama memang datang jam berapa, udah jadi aja, mama masak?”Aku mengelus-elus bahu Mama. Rupanya Mama tidak hanya masak sup jamur. Di meja makan sudah tersaji banyak hidangan.“Ya, Mama lagi semangat. Kalo mood lagi baik gini, bawaanya pengen masak aja.”Aku tergelak. Ka
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_Amelia~Raya Selingkuh dari Reo ~“Iya, Ma. Sedari lulus kuliah S1, dia mengambil S2 di sana lalu bekerja. Dapat jodohnya juga orang blasteran setengah bule setengah kita. Sayangnya jodoh dia nggak lama ....” Aku berbicara seperti ikut membayangkan kembali kondisi Brian. Timbul rasa iba lagi padanya.“Ya, kasihan sekali.”“Lalu apakah hubungan kalian serius?”Aku mematung tak menjawab. Merasa ini bukan saat yang tepat untuk jujur. Karena Brian baru saja sekali mencoba mendekatkan diri pada Mama. Seandainya aku jujur, mungkin Mama akan mejadi antipati pada Brian jiak suatu saat bertemu kembali.“Yah, namanya kami sudah tak lagi muda, Ma. Kami berkomunikasi baik layaknya sahabat.”“Apakah menurutmu fadil tak lebih baik dari Brian, Mel?”Hmm, mulai, nich.“Fadil? Ya, baru saja bertemu satu kali. Nggak bisa bilang siapa yang lebih baik. Amel rasa semuanya baik. Tapi ini bukan masalah siapa yang lebih baik, kan, Ma. Tapi lebih ke siapa yang
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_Amelia~Lagi, Raya Berzina di Depan Mataku~~Hanya sepi, apa-apa yang kulihat sepi, sendiri, jangan kau renggut ramaiku menjadi nestapa tak bertepi.~ (Raya)Keterlaluan Raya. Beraninya berzina di dalam rumahku. Sebegitu liarnya ia. Jadi lelaki bertato itu bernama Tian, dan aku bisa memastikan Tian adalah salah satu kekasih masa lalunya.Ini tak bisa dibiarkan. Aku harus datang kesana dan membereskan semuanya!Selanjutnya percakapan demi percakapan dengan Fadil seperti angin lalu saja bagiku. Konsentrasiku pecah. Ya, karena kemarin aku masih mencoba berpikir positif, bisa saja di rumah itu ada Yu Sopinah. Tapi ternyata aku lagi-lagi salah menilai Raya. Seberani itu dia, membawa masuk pria yang bukan suaminya, bahkan sudah tinggal bersama di rumah yang tercatat masih rumahku.Usai Fadil pulang, kuutarakan kabar ini kepada Mama, jelas Mama sangat geram. “Astaghfirullah ... bocah itu lagi-lagi, ya! Itu beneran, Mel?” Mama terpekik.“Ya, Am
Di Balik Jeruji (Part 35)#Seputih_Cinta_AmeliaSepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis. Kali ini gantian mama yang menyetir dan aku yang menggendong bayi kecil ini. Apapun yang terjadi pada orang tuamu, Nak. Jangan pernah ikuti jejak mereka kelak, bisikku.Tak lama, terdengar ada pesan masuk.[Mel, kamu dimana? Apakah kamu sedang baik-baik saja?]Brian. Kenapa Brian bertanya seperti ini? Bukankah tadi sore kami baru saja bertemu. Apakah dia merasakan kegalauan yang aku rasakan saat ini. Seperti ada telepati di antara kita. Ia bertanya seolah khawatir padaku.[Aku baik-baik saja, Bri.] Lekas kubalas pesan itu, tak ingin membuatnya khawatir apalagi harus datang menemuiku.Kutepuk-tepuk bayi yang terkaget karena bunyi klakson tronton di depan mobil kami. Dia kemudian terlelap kembali. Kelihatannya bayi ini sudah kenyang menyusu sebelum tidur, sehingga begitu mudah nyenyak tak banyak terganggu oleh goncangan mobil. Hanya yang masih aku pertanyakan, kenapa ada dot dalam ranjang bay
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_AmeliaSiapa Wanita Itu, Brian (36)Tetes-tetes keringat mulai membanjiri tubuh. Bahkan setengah dari baju bagian atas sudah penuh oleh air. Aku masih terus berlari mengitari bangunan tinggi Istora Senayan. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang berlari pagi di sini. Bik Darti dan Mbok Sum nampak terengah-engah mengikutiku dari belakang.“Ibuk, hebat, masih banyak energinya. Lari terus, Bu ...!” Mbok Sum menyemangati.“Iya, Ibuk, ya, kayak nggak capek, loch, larinya. Badannya sehat emang, makanya lari juga nggak keabisan napas kaya kita, Mbok,” lanjut Bik Darti terkekeh. “Ayoklah, Bik, Mbok, jangan kalah kaya orang-orang tuh pada lari, baru juga empat putaran,” godaku pada mereka.Mereka justru makin terengah-engah ketika kuajak berlari agak kencang. “Ya, udah, kalo nggak kuat jangan dipaksa. Ayuk istirahat dulu,” aku menghentikan langkah dan menepi.Kami mengambil tempat di salah satu kursi marmer tepian taman.Mereka berdua membuka b
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 35)#Seputih_Cinta_Amelia~Perhatian Brian meluluhkan Hati Mama ~[Mel, angkat teleponku.][Mel, aku mau telepon kamu, tolong diangkat.]Gawai yang kutaruh di atas bantal itu berdering.Berkali-kali. Kali ini aku sedang tak ingin bicara dengan Brian. Aku ingin istirahat.Setelah berkali-kali panggilan itu tak kuhiraukan, akhirnya tak ada lagi dering yang berbunyi. Aku segera mandi, membersihkan diri dengan air hangat. Berganti pakaian lalu turun ke bawah. Menuju kamar Raya yang sduah lama kosong. Mama sedang tertidur, tangannya bertumpu pada bayi yang juga terlelap dalam bedongan itu. Manis, menatap dua orang terlelap beda generasi itu.Kutatap bayi berkulit putih bersih itu. Dot empeng di mulutnya bergerak maju mundur mengikuti hisapan mulutnya. Wajahnya tampak tenang, ia sama sekali tak rewel meski saat ini jauh dari ibunya.Aku coba mengangkat tubuhnya. Lalu menggendongnya. Harum aroma bayi sehabis mandi lengkap dengan aroma minyak telon mem