Di Balik Jeruji (Part 35)#Seputih_Cinta_AmeliaSepanjang perjalanan aku hanya bisa menangis. Kali ini gantian mama yang menyetir dan aku yang menggendong bayi kecil ini. Apapun yang terjadi pada orang tuamu, Nak. Jangan pernah ikuti jejak mereka kelak, bisikku.Tak lama, terdengar ada pesan masuk.[Mel, kamu dimana? Apakah kamu sedang baik-baik saja?]Brian. Kenapa Brian bertanya seperti ini? Bukankah tadi sore kami baru saja bertemu. Apakah dia merasakan kegalauan yang aku rasakan saat ini. Seperti ada telepati di antara kita. Ia bertanya seolah khawatir padaku.[Aku baik-baik saja, Bri.] Lekas kubalas pesan itu, tak ingin membuatnya khawatir apalagi harus datang menemuiku.Kutepuk-tepuk bayi yang terkaget karena bunyi klakson tronton di depan mobil kami. Dia kemudian terlelap kembali. Kelihatannya bayi ini sudah kenyang menyusu sebelum tidur, sehingga begitu mudah nyenyak tak banyak terganggu oleh goncangan mobil. Hanya yang masih aku pertanyakan, kenapa ada dot dalam ranjang bay
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_AmeliaSiapa Wanita Itu, Brian (36)Tetes-tetes keringat mulai membanjiri tubuh. Bahkan setengah dari baju bagian atas sudah penuh oleh air. Aku masih terus berlari mengitari bangunan tinggi Istora Senayan. Ratusan bahkan mungkin ribuan orang berlari pagi di sini. Bik Darti dan Mbok Sum nampak terengah-engah mengikutiku dari belakang.“Ibuk, hebat, masih banyak energinya. Lari terus, Bu ...!” Mbok Sum menyemangati.“Iya, Ibuk, ya, kayak nggak capek, loch, larinya. Badannya sehat emang, makanya lari juga nggak keabisan napas kaya kita, Mbok,” lanjut Bik Darti terkekeh. “Ayoklah, Bik, Mbok, jangan kalah kaya orang-orang tuh pada lari, baru juga empat putaran,” godaku pada mereka.Mereka justru makin terengah-engah ketika kuajak berlari agak kencang. “Ya, udah, kalo nggak kuat jangan dipaksa. Ayuk istirahat dulu,” aku menghentikan langkah dan menepi.Kami mengambil tempat di salah satu kursi marmer tepian taman.Mereka berdua membuka b
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 35)#Seputih_Cinta_Amelia~Perhatian Brian meluluhkan Hati Mama ~[Mel, angkat teleponku.][Mel, aku mau telepon kamu, tolong diangkat.]Gawai yang kutaruh di atas bantal itu berdering.Berkali-kali. Kali ini aku sedang tak ingin bicara dengan Brian. Aku ingin istirahat.Setelah berkali-kali panggilan itu tak kuhiraukan, akhirnya tak ada lagi dering yang berbunyi. Aku segera mandi, membersihkan diri dengan air hangat. Berganti pakaian lalu turun ke bawah. Menuju kamar Raya yang sduah lama kosong. Mama sedang tertidur, tangannya bertumpu pada bayi yang juga terlelap dalam bedongan itu. Manis, menatap dua orang terlelap beda generasi itu.Kutatap bayi berkulit putih bersih itu. Dot empeng di mulutnya bergerak maju mundur mengikuti hisapan mulutnya. Wajahnya tampak tenang, ia sama sekali tak rewel meski saat ini jauh dari ibunya.Aku coba mengangkat tubuhnya. Lalu menggendongnya. Harum aroma bayi sehabis mandi lengkap dengan aroma minyak telon mem
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_Amelia~Kesungguhan Hati Brian ~“Makasih, Bri, kamu baik sekali, mau menyuapiku.”“Ini hal membahagiakan yang aku lakukan, dengan senang hati, tak perlu berterima kasih, Mel.”“Ups, jatuh.”Brian mengambil tisu dan membersihkan sisa makanan yang menempel di sisi bibirku.“Jadi kamu sendiri sudah makan belum, Bri?”“Aku? Em, doakan, ya. Hari ini shaum.”Seketika ada yang lumer dalam dada. Jadi dia shaum. Serajin itu.“Jadi kamu shaum, Bri.”“Ya, sebenarnya sudah lama aku nggak rutin shaum, Mel. Tapi karena kemarin aku tak bisa mengendalikan bimbangku kemarin, jadi dengan shaum, mungkin bisa mentralisir rasa.”Nyess, ada rasa yang tak bisa kuungkap dalam dada. “Kamu bimbang sekali berarti kemarin, Bri? Masak orang setenang kamu bisa bimbang dan galau,” aku tergelak kecil.“Ya,” ia menjawab sembari menyendokkan suapan terakahirku.Brian meletakkan piring ke meja.“Wah, wah, kalau perawatnya Brian, bisa-bisa besok pagi Amel sudah dibolehka
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 39)#Seputih_Cinta_Amelia~Bolehkah Aku Melamarmu? ~Tak lama, lelaki di hadapanku ini tertawa terbahak.“Oh, Shena. Oh my God. Kamu ... jadi kamu ... ada di stadion? Atau gimana, sich? Ada yang kirim photo?”Ia kembali terbahak. Tapi kemudian terdiam. Menyadari wajahku masih tertekuk.“Oke, baiklah, Shena adalah anak dari adik Ibuku yang bungsu. Mereka tinggal di Singapur dan Shena dua minggu kemarin datang.”Kemudian ia tertawa geli dan memperhatikanku, mungkin merasa senang menggodaku karena kecurigaanku yang salah.Sejujurnya aku lega. Karena kekhawatiranku berakhir. “Dia minggu kemarin memang ikut ke stadion, aku hampir menghubungimu juga sebenarnya, Mel. Tapi nggak jadi karena nggak dari malamnya menghubungimu, khawatir mendadak buatmu.”Kini ia hanya tersenyum manis, meninggalkan barisan giginya yang rapi dengan sedikit gingsul di tepinya.“Jadi, masih ngambek?”Brian menggodaku karena aku masih diam. Dicondongkannya wajahnya ke arahku, t
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Seputih_Cinta_Amelia~Dia Datang Bersama Keluarganya~“Maksudku kamu ijinkan aku menjadi calon suamimu?”Aku mengangkat alis dan mengulum senyum menatap wajahnya lekat.Wajah yang sangat aku sayangi, mungkin juga kucintai, tidak hanya sejak saat ini, mungkin dari belasan tahun lalu. Wajah yang sempat bersemayam dalam relung jiwa. Mengendap lama, lalu hilang bersama waktu-waktu yang berhasil memanipulasi hati bahwa kamu tidak akan mungkin kembali.Brian mengamatiku dengan wajah lugu, sembari berpikir-pikir.Dia menggaruk kepalanya sesaat. Mirip sekali Chicco Jerikho yang sedang bingung.Aku menghela napas.“Bismillah, ya, Bri. Aku nggak akan jawab saat ini, ya atau tidak. Silahkan persiapkan diri saja, bawa keluarga, mungkin sekarang memang sudah waktunya, Silahkan lamar aku kepada Papa. Mudah-mudahan Allah permudah.”Brian berusaha memahami maksudku. Manggut-manggut, lalu tersenyum. Dari senyumnya tersirat keoptimisan.“Baiklah, Mel. Terima kasih sud
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 41)#Seputih_Cinta_Amelia~Saling Terbuka~ [Thanks, Mel, sekarang aku sudah tahu jawabanmu. Aku lega. Sekali lagi, terima kasih atas kepercayaanmu juga Papamu, untukku.] Brian mengirimi aku pesan dari sudut ruangan di mana ia sedang duduk.Ya, kami memutuskan untuk tak saling berdekatan selama acara. Lebih baik menjaga sikap demi menghormati keluarga besar.[Sama-sama, Bri. Terima kasih juga atas kesungguhanmu juga keluarga besarmu, mau datang melamarku hari ini.][Dengan penuh bahagia dan semangat, Mel. Melamar seorang putri salju, yang lembut, santun, anggun, seperti kata Ibuku. Kalau Ibuku saja suka, bagaimana aku.]Aku tergelak kecil membaca pesannya, mendongakkan wajah, dan ternyata dia sudah lebih dulu memandangiku yang sedang mencari-cari sosoknya, spontan malu sendiri melihatnya yang sudah fokus menatapku. Ada yang berdenyut lebih kencang dalam dada ini dan debarnya sulit aku kendalikan.Aku memilih memalingkan wajah ke arah lain. Berus
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 40)#Seputih_Cinta_AmeliaReo di Depan Pelaminanku dan BrianBrian nampak Gagah menggunakan beskap warna krem keemasan lengkap dengan kopiahnya, sepadan dengan warna kebaya brukat yang kugunakan, lengkap dengan jilbab polos kremnya. Make up flawless terasa ringan di wajah. Segala atribut pernikahan juga aku utamakan bahannya agar tercipta kenyamanan saat mengenakannya.“Kamu sudah cantik dari sananya, Mel. Tanpa make up pun sudah terlihat sangat cantik,” ucap Brian suatu kali.Ijab kabul akan digelar pukul delapan pagi di dalam masjid ini. Para tamu undangan telah hadir dan duduk rapi di tengah ruangan.Alhamdulillah cukup ramai ternyata. Tetangga-tetangga kampung banyak yang hadir ingin ikut menyaksikan moment yang teramat sakral ini bagiku. Entah kebaikan apa yang sudah keluarga besarku lakukan, sehingga penduduk berbondong hadir menyaksikan pernikahan ini. Mereka datang ikut bergembira dan merasa dekat dengan keluarga besar kami, ini sungguh