Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 56)Seputih Cinta Amelia-Leli, Ibu Kandung Raya-“Terima kasih, Nak. Kamu memang seorang berhati malaikat. Entah kenapa orang sepertimu harus di buat tersiksa dengan orang-orangseperti raya dan Reo.”“Yang sudah terjadi pastilah karena sudah kehendak Allah, Mak. Sekarang Amel sudah ikhlas.”“Maafkan anak saya, juga, ya, Mak. Sudah merusak Raya istri menantu Mamak,” ujar Bu Mahendra terbata. Wanita paruh baya ini nampaknya memiliki hati yang lembut. Dari tutur wicara dan wajahnya menggambarkan ia wanita yang santun.“Nggak apa-apa, Bu. Bukan salah Ibu. Kita sama-sama orang tua yang kadang nggak bisa terlalu jauh ikut campur anak. Hanya saja kalau sudah seperti ini. Baru kita dilibatkan dengan banyak pihak. Kita banyak-banyak istighfar saja, ya, Bu.” Mak Ratna mengelus-elus pundak Bu Mahendra.“Jadi, Bu. Nanti kita saling kabari saja, ya. Saya juga terus berhubungan dengan pihak kepolisian. Berusaha kooperatif untuk kebaikan anak saya. Entah nanti
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 57)Seputih Cinta Amelia-Sebuah Pertemuan-Semoga esok akan ada kejutan indah di hari-hariku yang kemarin-kemarin begitu kelabu. Kutatap suamiku yang sedari tadi standby berdiri di belakangku. Lelaki yang selalu siaga untukku.Mas Brian mengelus-elus pundakku. Kami saling tatap, seakan berkata, ‘Semuanya akan menjadi mudah kedepan, Dek.”***AjtPagi dengan suasana yang berbeda. Seperti ada sebuah harap yang terus memberiku semangat menjalani hari dengan sebaik-baiknya. Satu minggu setelah pertemuan yang mengharu biru, Baby Gana boleh dibawa pulang. Rasa syukur tak terkira dari semua nenek-nenek mereka menyambut kesembuhan cucu mereka.Hari ini semua akan menjenguk Raya di sel tahanan. Pasti dia sudah merindukan Gana dan satu hal yang akan mengejutkan baginya, karena untuk pertama kalinya, setelah puluhan tahun, ia akan berjumpa dengan ibu kandungnya. Ibu kandungnya yang tak pernah ia kenal sejak ia baru lahir beberapa hari.Sesampainya di parkira
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Bab 58)Seputih Cinta Amelia-Buah Cinta Memberi Bahagia, selamanya-“Sekarang saya baru mengerti bahwa setan meletakkan kenikmatan pada kemaksiatan agar kita terus tergelincir dan hancur seperti mereka. Ternyata saya yang bodoh, maafkan saya, Bun, Mak. Saya berjanji Akan berubah, demi anak saya Gana, demi kesempatan hidup yang masih Allah kasih untuk saya.” Tian bersujud di kakiku dan Yu Sopinah.Yu Sopinah menarik bahu pemuda itu.“Kamu sebenarnya pemuda yang baik, Nak Tian. Hanya saja kamu tergelincir pada pergaulan yang salah. Mamak sudah memaafkan kamu. Tapi bener, ya, Nak. Jauhi barang-barang haram itu. Hidup yang bener dan lurus-lurus saja, Nak.” Yu Sopinah mengelus-elus bahu pemuda yang sedang tergugu itu.“Janji, Mak, Tian janji. Tian akan pegang janji ini. Demi Allah, nggak akan lagi menyia-nyiakan kepercayaan Mamak, Bunda, Papa Mama, Kaka Tian semuanya.”Ada getar dalam suaranya, ada tangis dan sesak sesal mendalam dalam dadanya. Suaranya te
Teganya Berzina di dalam Rumahku (1)Semuanya bermula dariku yang terlalu permisif melihat kedekatan anak dan suamiku. Aku pikir semuanya baik-baik saja. Aku pikir karena rasa sayang suamiku yang terlalu dalam padanya, seperti halnya aku yang juga teramat mencintai Raya sehingga membuatku tak menaruh rasa curiga pada apa yang terjadi di antara mereka.Sampai di suatu malam, pukul dua dini hari, aku terbangun dari tidur, hendak ke toilet. Kusisir pandangan ke arah remang ruang keluarga, dimana mereka biasa gunakan untuk menonton film box office berdua hingga larut. Sayangnya malam itu, aku menyaksikan pemandangan yang sangat sulit kuterima sebagai sebuah kenyataan. Mereka berpagut penuh gelora, bercumbu penuh nafsu, layaknya sepasang suami istri mencurahkan cinta dan gairah.Pemandangan itu seperti sebuah belati yang tiba-tiba dilempar dan menancap tepat di dadaku. Aku sakit, namun juga mendidih. Segera kutunjuk-tunjuk wajah mereka berdua penuh murka. Mereka terkejut bukan kepalang, m
Jangan Kembali Reo, Raya?! (2)Maaf, selama ini mungkin aku terlalu lembut dan mengiyakan semua kemauan mereka. Tapi perselingkuhan itu sudah tak bisa aku tolelir dengan cara apapun. Ada saatnya aku lembut, tapi aku juga punya harga diri yang tak bisa ditukar dan dipermainkan. Mungkin aku tak punya anak, mungkin aku mandul, tapi aku tetap berhak bahagia.Aku berlalu dengan anggun meninggalkan mereka. Mengubur secepatnya rasa sakit yang kemarin singgah di hati. Biar kunikmati bahagiaku sendiri tanpa harus memperjuangkan orang-orang yang tak tahu terima kasih.“Bu-bunda, dua orang kumuh ini mana mungkin orang tuaku? Mereka jelek dan kotor, wajahnya nggak mirip denganku. Hizzh.” Si jelita dari tempat sampah itu mengibas-ngibaskan tangannya. Ya Allah mana kesopanan yang aku ajarkan selama ini, itu orang tua, terlebih orang tuanya sendiri.“Pergi kalian berdua! Jangan harap aku mau ikut kalian.” Ia menarik kembali koper-koper itu ke sudut ruangan.Aku tertawa mendengarnya. Anak yang rakus.
~Reo Jatuh Sakit~ (3)Biarlah yang kurawat dengan kasih sayang itu pada akhirnya harus kembali ke tempat asalnya. Tuntas sudah tugasku membesarkannya dan membersamainya selama ini. Mungkin memang sudah waktunya dia kembali ke asalnya.Security rumah ini sudah menarik paksa gadis itu masuk ke dalam mobil. Raya berontak, melolong menangis, menjerit tapi tak bisa menolak. Karena memang tak ada tempat lagi di sini untuknya. Mobil itu melaju dengan cepat.Aku menarik napas lega. Satu masalah selesai. Sekarang membereskan satu lagi yang masih bersimpuh di kakiku menangis sejak tadi. Ini yang akan berat, Aku harus tegar ...“Raya sudah pergi Reo, kenapa kamu tidak ikut serta pergi juga meninggalkan rumah ini?” ucapku dingin tanpa menatapnya.“Aku sudah bilang Bun, tidak akan pernah melepasmu. Ingat empat belas tahun kita Bunda. Apakah akhirnya akan berakhir sia-sia seperti ini? Apakah aku tidak ada artinya sedikitpun untukmu sehingga ada kesempatan sekali lagi untuk aku memperbaiki semuanya?
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 4)#Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_Amelia~Bertemu Dengan Mantan Bijak (4)[Sudah biarkan saja, Rany. Sekarang sudah bukan urusanku. Sudah ada keluarganya yang akan mengurusnya,] jawabku. [Tapi keadaannya sangat parah, Bu. KRITIS,] jawab Rany. Reo Kritis? Sakit apa sebenarnya Reo? Apakah aku harus mengontaknya? Tapi aku tak mau membuatnya memiliki harapan lagi padaku.[Sakit apa dia, Ran?][Menurut ibunya Pak Reo, awalnya demam tinggi berhari-hari tak makan tak minum membuatnya komplikasi, Bu. Pak Reo sudah tak sadarkan diri beberapa jam.] jawab Rany.Tak lama ia mengirimkan juga gambar Reo yang sedang terbaring lemah, kurus, tak berdaya.Ya, Rabb. Reo koma, melihat fotonya aku sungguh tak tega. Jujur ini membuatku shock untuk kedua kalinya hari ini. Apakah aku harus mengabaikan Reo yang koma? Apakah benar Reo sudah bukan urusanku, bukankah statusnya masih suamiku bahkan satu bulan lalu hubungan kami masih baik-baik saja. Ah perasaanku mula
Dia Sudah Hamil, Aku Bisa Apa‘Aku sedang belajar ....Bagaimana merelakan sebuah kepergian dengan senyumanBelajar mengikhlaskan tanpa harus menjadi terlukaDan belajar bagaimana seharusnya seorang manusiaMenerima ketetapan-ketetapan yang telah Tuhan gariskan untuk hidupnya.’ (Brian) ****~“Apakah kamu belum tahu, Mel? Mereka sudah pergi. Pergi jauh sekali, dan tak akan mungkin kembali,” ucapnya datar. Namun aku merasakan ada nada kesedihan dari getar suaranya.“Maksud ... kamu, Bri?” Aku bertanya pelan, tak ingin mengintimidasi jawaban kepadanya.“Jika kamu terluka karena tersakiti oleh mereka yang masih hidup. Akupun saat ini terluka, tersakiti karena mereka yang aku jaga hidupnya harus pergi secara tiba-tiba ....”Aku bangkit dari rengkuhan hangatnya. Duduk dan menatapnya. “Ya, Mel. Anakku, juga istriku, meregang nyawa di hadapanku, tanpa aku bisa menyelamatkannya. Mereka pergi cepat sekali, pergi di saat aku memiliki keyakinan akan hidup bahagia sampai tua bersama mereka. Mere