Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 15)#Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_Amelia~Brian Datang Ke Indonesia~~Menatap masa depan bukanlah hal yang sulit, namun jika kemarin-kemarin aku melangkah sedemikian jauh denganmu, lalu kini aku harus melangkah tanpa ada yang menuntunku lagi, itulah bagian terberat yang membuatku bertanya, bisakah aku?"~ (Amelia)Ah, terlalu kompleks masalahku. Bisakah aku kuat dan mengurainya semua sendirian tanpa seseorang di sisi yang menguatkan. ada pesan masuk dari seseorang. [Assalamualaikum, Mel. Apa kabar? Aku sedang di Indonesia.]Itu pesan dari Brian. [Wah, alhamdulillah, Bri. Senang mendengarnya. Kapankah landing?][Baru semalam, sudah puas istirahat, jadi sekarang kontak kamu, Mel. Kamu sedang sibukkah?”[Oh, syukurlah sudah hilang lelah jadi, ya. Aku, enggak terlalu sibuk. Ya seperti biasalah rutinitas.]Kucoba menjawab senetral mungkin. Tak enak rasanya langsung terbuka menjawab sapaan pertama seseorang setelah lama tak berkomunikasi. Meski a
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 16)#Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_Amelia~Kusaksikan Ijab Kabul Itu~Hari ini, adalah hari paling kelam dalam hidupku. Aku harus duduk berpakaian kebaya rapi dan senada dengan warna pakaian mempelai keluarga pengantin. Seolah aku adalah bagian dari keluarga pengantin yang ikut berbahagia.Reo tampak tersenyum manis duduk di meja persiapan ijab kabul. Apakah ada hari yang lebih menyakitkan dari pada hari ini? menyaksikan dua orang yang paling kita cintai sekaligus paling melukaiku itu menikah.Raya, tampak cantik sekali memakai kebaya putih dengan jilbab tersemat di kepala.Ia yang meminta semua busana pernikahan dijahit lengkap dengan jilbab.Ah, Raya, kenapa tidak dari dulu kamu mengikuti saranku, memakai hijab, sudah pasti akan menyelamatkanmu dan mungkin kejadian hari ini tidak akan pernah ada. Ah, aku masih saja berangan seandainya semua tidak terjadi. Perlahan Raya berjalan dibimbing adik-adik perempuannya menuju mimbar ijab kabul. Dud
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku (Part 17)#Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_AmeliaTak Sengaja Bertemu Dia“Selamat berbahagia Reo, Semoga Samara. Semoga ini akan menjadi pernikahan terakhirmu dan menjadi akhir petualanganmu. Sekarang tugasku sudah selesai. Tak ada yang perlu di sesali. Tutup lembaran tentang kita. Tugasmu selanjutnya menjaga Raya dan janin dalam kandungan itu sebaik-baiknya. Usai acara ini, kutunggu janjimu. Permisi aku pamit.”Aku pergi meninggalkan Reo dan tempat acara. Aku lega. Satu tugas telah kulaksanakan. Satu beban beratku telah lepas. Aku pulang membawa kelegaan luar biasa.Pintu mobil kubuka. “Antar saya pulang, Pak,” ucapku pada Pak Lody.***Turun dari mobil, diteras sudah tampak Papa dan Mama, mereka menyambutku dengan senyuman hangat. Mama menghampiri dan memelukku.“Sabar, ya, Sayang. Hanya perlu sedikit waktu untuk melupakan. Setelah itu keadaan akan baik-baik saja.” Mama memeluku sekali lagi.“Ada Papa dan Mama yang siap menemani dan mendampingi.”
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_AmeliaSemalam Bersama Brian Tapi tunggu, aku sperti melihat tubuh seseorang yang kukenal. Sosok itu berjalan tak jauh dariku, diantara orang-orang yang lalu lalang. Aku menghentikan langkah, meliriknya. Ia berjalan sembari menundukkan pandang. Tapi sedetik kemudian ternyata diapun menghentikan langkah. Ia menengok ke kanan, dan ....“Brian?”“Amel?”Kami saling menyebut nama dalam satu waktu.Sontak kami tertawa berbarengan. Ia datang menghampiriku. Jakarta seluas ini, setelah bertemu di eropa dan kini bisa Allah pertemukan tanpa sengaja di sini, di atap sebuah Mall, di depan sebuah Masjid. Terkadang kejutan Allah itu indah."Kita kok, bisa ketemu gini, sih," ujarnya takjub."iya, bisa banget pas gini." Aku meringis.“Habis dari shalat maghrib, ya?” tanyaku.“Iya, tadi habis anter Ibu ke rumah Fica. Mau nginap katanya.”“Owhh, Ibu, Bapak dan Fica gimana sehat?”“Alhamdulillah. Sehat semuanya.”Tanpa dikomando ka
Cinta Terlarang Anak dan Suamiku #Anakku_Maduku #Ajt#Seputih_Cinta_Amelia~ Dia Pertemukan Kita Tuk Saling Mengobati Luka~ “Ya, Bri. Aku nanti bisa panggil kamu kapan saja untuk minta pendapat atau sekedar teman ngobrol, ‘kan?”“Of course, tentu saja, Mel. Panggil aku kapan saja kamu mau.” Nada suaranya menyiratkan simpati dan menawarkan sebuah ketulusan untukku.Aku tahu sebenarnya Brian juga belum sembuh dari luka. Kehilangan anak dan istrinya secara tiba-tiba. Sumber kekuatan yang ia miliki, kebahagiaannya, tentu tak semudah itu bisa bangkit dari keterpurukan. Kasihan Brian.“Thanks, Bri.” Brian manggut-manggut, lalu mengusap-usap bahuku sekali lagi. Seperti ada energi baru yang menyulut jiwaku mendapat dukungan darinya.“Seandainya saja Reo berselingkuh dengan wanita lain, hamil, lalu menikah. Sudah pasti aku sakit, tapi Ini tak akan seberat ketika yang terjadi Reo dengan anakku. Meski bukan anak kandung. Tapi aku tak pernah merasa dia anak angkat. Belasan tahun, waktu yang san
~Aku Bukan Kakak Madumu~Kulipat mukena yang baru saja melekat di tubuh. Jam pada dinding menunjuk pukul tiga dini hari, berarti satu jam sudah aku bermunajat di hadapan Allah, menguntai doa juga dzikir-dzikir panjang. Kelegaan dan ketenangan mengiring hati saat ini. Apa lagi yang membuatku merasa bahagia selain telah berhasil mengalahkan malas dan kantuk untuk bangun dan mengharap belas kasih dan cinta-Nya kepada umatnya yang lemah ini.Aku merebahkan diri kembali ke atas kasur. Bersyukur atas kekuatan yang Allah beri pada tiga bulan yang luar biasa ini. Dari sebuah rumah tangga yang hangat. Dan sekarang semuanya sudah berbeda. Sudah dua minggu sejak pernikahan. Reo belum menghubungiku sama sekali. Besok adalah mediasi yang ketiga dari pengadilan agama. Setelah banyak terjeda oleh koma dan proses pernikahannya. Rasanya saat ini sudah waktunya aku meminta hak kepada Reo untuk menepati janji. Sepertinya mustahil pihak pengadilan tak mengabulkan gugatan perceraianku. Apa yang lebih m
Permainan Kata Raya dan Reo (21)Kulipat mukena yang baru saja melekat di tubuh. Jam pada dinding menunjuk pukul tiga dini hari, berarti satu jam sudah aku bermunajat di hadapan Allah, menguntai doa juga dzikir-dzikir panjang. Kelegaan dan ketenangan mengiring hati saat ini. Apa lagi yang membuatku merasa bahagia selain telah berhasil mengalahkan malas dan kantuk untuk bangun dan mengharap belas kasih dan cinta-Nya kepada umatnya yang lemah ini.Aku merebahkan diri kembali ke atas kasur. Bersyukur atas kekuatan yang Allah beri pada tiga bulan yang luar biasa ini. Dari sebuah rumah tangga yang hangat. Dan sekarang semuanya sudah berbeda. Sudah dua minggu sejak pernikahan. Reo belum menghubungiku sama sekali. Besok adalah mediasi yang ketiga dari pengadilan agama. Setelah banyak terjeda oleh koma dan proses pernikahannya. Rasanya saat ini sudah waktunya aku meminta hak kepada Reo untuk menepati janji. Sepertinya mustahil pihak pengadilan tak mengabulkan gugatan perceraianku. Apa yang
Cinta Terlarang ~Cinta Samar Brian Akankah Menjadi Terang?~(20)Proses peceraian yang melelahkan. Dua jam aku menanti kehadiran Reo. Aku pikir dia benar-benar tak datang. Ternyata Reo datang meski sangat terlambat. Karena membuat pihak Mediator menunggu lama. "Tolong tepati janjimu. Reo." Aku berbisik dengan intonasi sedikit menekan.Ia hanya hanya mengangguk pelan, kemudian bergegas menuju ruangan.Mediasi kali ini ia lebih kooperatif, memberi informasi tak berbelit. Bahkan ia tak protes ketika mediator bertanya kepadaku apakah tetap memutuskan untuk bercerai atau mempertimbangkannya kembali. Aku menjawab mantab bahwa keputusanku bercerai sudah bulat, tak bisa diganggu gugat oleh hal apapun.Dari seberang kursi aku melihat Reo hanya tertunduk lesu. Sejujurnya ada kasihan dalam diri, terlebih setelah tim penasehat dari mediator memberi gambaran apa yang akan terjadi dan dihadapi pasca perceraian, agar aku dan Reo mempertimbangkannya lebih jauh. Banyak nasihat dan perenungan di be