CINTA LELAKI DISABILITAS

CINTA LELAKI DISABILITAS

last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-13
Oleh:  Yulie Nofriani  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
22Bab
2.4KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Jika seseorang mengatakan: "Aku mencintaimu dan menerima setiap kekuranganmu!" apakah kata itu bentuk sebuah ketulusan? Bagaimana jika kekurangan itu dari segi fisik seperti cacat. Apakah dia masih mencintaimu?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Takut Kehilangan

Di sebuah Cafe Ceria duduklah sepasang kekasih. Sekilas lihat mereka seperti pasangan yang bahagia.Makan nasi goreng special rasa sambal ijo. Keduanya makan dengan lahap dan sekali-kali saling menyuapi satu sama lain. Bikin iri siapa saja yang melihat.Cinta tumbuh seiring waktu, sebab dipupuk oleh kasih sayang dan perhatian. Namun cinta tetap akan memudar jika rasa itu telah menjadi hambar.Mungkin sahabat menjadi cinta banyak terjadi. Akan tetapi, cinta menjadi sahabat sulit untuk dijelaskan, sikap posesif akan menghiasi hubungan tersebut.selesai makan dua sejoli itu melanjutkan berbincang-bincang hal ringan selayaknya sepasang kekasih dimabuk cinta hingga ... Sang wanita mulai menyuarakan isi hatinya."Maaf Bang, hubungan kita sebatas sahabat, atau kakak adek saja. Bukan pacar lagi, Adek pengen putus." Ujar Zola to the point dengan wajah men

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
22 Bab

Takut Kehilangan

Di sebuah Cafe Ceria duduklah sepasang kekasih. Sekilas lihat mereka seperti pasangan yang bahagia.  Makan nasi goreng special rasa sambal ijo. Keduanya makan dengan lahap dan sekali-kali saling menyuapi satu sama lain. Bikin iri siapa saja yang melihat.  Cinta tumbuh seiring waktu, sebab dipupuk oleh kasih sayang dan perhatian. Namun cinta tetap akan memudar jika rasa itu telah menjadi hambar.  Mungkin sahabat menjadi cinta banyak terjadi. Akan tetapi, cinta menjadi sahabat sulit untuk dijelaskan, sikap posesif akan menghiasi hubungan tersebut.  selesai makan dua sejoli itu melanjutkan berbincang-bincang hal ringan selayaknya sepasang kekasih dimabuk cinta hingga ... Sang wanita mulai menyuarakan isi hatinya.  "Maaf Bang, hubungan kita sebatas sahabat, atau kakak adek saja. Bukan pacar lagi, Adek pengen putus." Ujar Zola to the point dengan wajah men
Baca selengkapnya

Fikar Kecelakaan

Bu Hasnah tergopoh-gopoh menaiki motor Anton. Baju kaos lebar, kain sarung melingkar rapi dipinggangnya, tidak lupa jilbab kebesaran ala emak-emak Zaman sekarang. Dalam perjalanan Bu Hasnah mencoba menghubungi Pak Harun, suaminya. Menggunakan HP Nokia Senter kesayangannya. Pak Harun bekerja di Pabrik kayu. Suaminya cukup terkenal dan disegani di Kampung sebagai Ninek Mamak. Panggilan tersambung namun tidak diangkat. Hingga beberapa kali tidak ada tanggapan.  Bu Hasnah semakin cemas.Keadaan begitu genting jika harus menunggu kepulangan suaminya. Akhirnya wanita tua itu memutuskan meminta bantuan Anton untuk mengirimkan pesan. Sampai dilokasi kecelakaan. Sudah begitu ramai. Bu Hasnah memberikan ponsel jadulnya kepada Anton dengan tergesa. Ia berlalu merasuki kerumunan dan hilang dari pandangan Anton, tetangganya. [Assalamualaikum ... Datuk, Fikar kecelakaan di depan rumah Zainuddin. Mau diba
Baca selengkapnya

Fikar Kritis

Perjalanan terasa jauh dan lama, tidak seperti biasanya. Jarak antara Kampung ke Kota sekitar sejam. Hujan mulai berhenti ketika memasuki perbatasan. "Alhamdulillah hujan berhenti. Semoga Fikar mampu bertahan hingga ke Rumah Sakit." lirih Bu Hasnah pelan. Meskipun samar hanya diterangi lampu jalan. Fikar terlihat tidur lelap dipangkuan Sang Ibu. Saking sakitnya hanya bisa berpasrah diri. Dia kedinginan. Badannya menggigil, bibir pucat. Sebisa mungkin Bu Hasnah melindungi tubuh Anaknya dengan selendang.  Ketakutan itu begitu nyata.  Isak tangis tak bisa dibendung. Saat sampai di Rumah Sakit Fikar dalam keadaan kritis. Dua perawat datang membawa Brankar dorong untuk memindahkan pasien dari mobil.  Fikar semakin lemah bibir membiru. Perawat membawanya ke ruang rawat sementara, UGD Rumah Sakit. Lukanya dibersihkan dengan alkohol, setelah steril Lalu dibalut dengan Kasa
Baca selengkapnya

Tindakan Operasi Kedua

Dua hari berlalu pasca operasi. Pagi ini perban dikaki Fikar harus dibersihkan, dibuka lalu diganti yang baru. Akan tetapi, bau amis memenuhi Kaki yang terluka. Dokter memeriksa dengan seksama, alhasil harus mengambil keputusan yang berat.  Dokter yang memiliki name tag Azizah dibajunya mengajak Pak Harun ke ruangannya.  "Maaf Pak, di kaki Fikar terjadi pembusukan. Harus segera diambil tindakan operasi untuk amputasi untuk menghentikan penyebaran pembusukan ke daerah lain. Jika Bapak bersedia, silahkan tanda tangani perjanjian dulu. Secepatnya!" Jelas Dokter Azizah dwngan tegas. Menyodorkan berkas yang sudah dipersiapkan oleh asistennya.  "Baik Dok, saya bicarakan dulu dengan keluarga." Jawab Pak Harun, mengundurkan diri dari hadapan Dokter. Kebetulan ada tamu di ruangan. Mulailah mereka berdiskusi bersama mengenai permasalahan operasi Fikar. P
Baca selengkapnya

Kedatangan Zola

Hari mendekati Sore, sebentar lagi mulai gelap dan Jam kunjung pasien habis. Tiba-tiba sosok yang dinantikan oleh Fikar kehadirannya muncul juga.  Ya ... Dia kekasih Fikar, Zola Septia.  Awalnya gadis itu tidak ingin datang sebab takut kena prank. Saat mendapat kabar dari Jeri, Abangnya Fikar dua hari yang lalu. "Assalamualaikum Dek, Fikar kecelakaan. Datanglah ke sini, Rumah Sakit S Ruang ICU. Jam kunjung sore dari jam 16:00-18:00. Cepat ya! Fikar yang nyuruh." Ucap Bang Jeri dengan nada datar.  Zola tersenyum. "Bisa-bisanya kak Fikar nyuruh Abangnya untuk ngerjain aku. No, ketahuan!" gumam Zola. Menggeleng pelan sambil senyum simpul.  "Abang nggak usah bercandalah, mau ngerjain Adek ya?" Sahut Zola. Sebab sudah seharian kemarin Fikar tidak memberikan kabar.  Jeri mulai sewot hatinya. "Ya Allah Dek, seterahla
Baca selengkapnya

POV Fikar

POV Fikar"Bang, Kampung sebelah lagi ada turnamen volly, kita ikut daftar yuk!" seruku. Beberapa saat setelah membaca status teman yang bertempat tinggal di kampung sebelah.  "Ayo, jam berapa mulai? Langsung daftar nih!" tanya Bang Jeri. Menatapku dengan tajam.  "Seperti Biasa." singkatku.  "Ayolah, OTW." sahutnya. Kami bersiap-siap menggunakan pakaian olahraga dan sepatu, lalu berangkat. Tak lupa pamitan dengan Ibu.  Umur kami kakak beradik berjarak 2 tahun lebih tapi jangan salah. Justru badanku lebih tinggi dan besar hingga seringkali disangka kakaknya abangku.  Nah bingungkan! Bang Jeri orangnya cuek, walaupun berbadan besar dan kurang tinggi (biar agak sopan) ia tetap percaya diri. Meskipun sering dibully beda fisik.  -------------Setelah turnamen Volly, meskipun kami kalah dan tidak
Baca selengkapnya

Romantisme Dua Sejoli

Gadis Muda itu bangun subuh, ingin memasak sesuatu untuk dibawa ke Rumah Sakit. Ia kebingungan menu apa yang boleh dimakan oleh Bang Fikar.  "Daripada bingung, lebih baik aku tanyain Ibu Bang Fikar." gumamnya. Lalu mencari kontak Ibu dan mulai menekan panggilan. Dua kali dering langsung diangkat.  "Assalamualaikum, bagaimana kabar Ibu? Ini Zola mau tanya. Apa jenis makanan yang boleh dimakan Bang Fikar?" Ujar Zola to the point. Takut mengganggu istrahat Ibu.  "Waalaikumussalam, Alhamdulillah Baik. Ikan Gabus. Diolah jadi apa gitu, biar nggak ketahuan Fikar, soalnya dia nggak suka." Jawab Ibu pelan.  "Oh, baiklah Bu! Aku cari dulu ikannya." Zola mematikan sambungan telpon.  Lalu melangkah ke dapur. Zola kebingungan. Dia juga nggak suka Ikan Gabus apalagi megangnya, geli jijik.  "Ih ... Coba cek kulkas dulu, semoga nggak ada!" liri
Baca selengkapnya

Kenangan Itu

Tiga Bulan berlalu. Fikar melamun mengingat kenangan manis bersama Zola beberapa bulan lalu. Gadis itu mampu membuatnya tersenyum tanpa alasan yang pasti.  Sejak kepulangan Fikar ke Rumah. Belum ada kunjungan dari Zola. Padahal sebulan di Rumah Sakit, hampir setiap hari gadis itu tanpa Absen mengunjunginya.  Ketika ditanya Zola selalu beralasan motor nggak ada, lagi sakit, Rumah nggak ada yang jaga dan bla ... Bla ... Entah cuma sebagai alasan atau benaran, Fikar tidak tahu. Fikar berusaha berpositif thinking. Walaupun sejujurnya hati itu sangat resah dan gelisah.  ----------------- Dua minggu setelah pulang dari Rumah Sakit, Fikar hanya terbaring di atas kasur busa di tumpukkan bantal tinggi penyangga kepalanya.  Tidak banyak yang bisa dilakukan Fikar. Geraknya sungguh terbatas. Makan diambilin dan disuapi, Buang Air
Baca selengkapnya

POV Pak Harun

Sejak Kejadian yang dialami Fikar, tubuhku terasa kehilangan semangat untuk menjalani hidup. Kabar kecelakaan itu sangat mengejutkan.   Tepat waktu sore itu, aku bersiap hendak pulang ke rumah. Bekerja sebagai pengawas di Pabrik kayu menyita sebagian besar tenaga dan waktu untuk keluarga, terkadang lembur hingga tengah malam, atau masuk hutan belantara mencari kayu berkualitas tinggi yang harga jualnya pun sangat tinggi. Semua lelah terbayar oleh gaji atau upah keringat yang bisa dikategorikan cukup besar untuk menafkahi istri dan ketiga putraku. Ditambah pula sebagian besar dari hasil kebun karet dan sawit warisan orang tua kami, maksudnya Hasnah dan diriku.    Tidak lupa kadang diri ini berbagi rezeki dengan saudara dan sanak family agar dilancarkan dalam bekerja dan berusaha.    ----------------   Hari ini tidak ada lembur, sedari pagi entah kenapa perasaanku tidak enak? Pikiranku melaya
Baca selengkapnya

Hadiah Sepasang Tongkat

Fikar duduk dilantai sembari menompang dagu ditepi jendela, ia menikmati kesendirian di rumah. Bangunan milik orang tuanya memiliki jendela model slim dengan posisi setinggi duduk orang dewasa.  Mata lelaki itu menatap lurus ke depan, dia tidak sedang melihat apa-apa, namun pikirannya yang berkelana, memikirkan masa depan yang akan dilaluinya nanti. Buliran bening menetes membasahi pipi, segera diusap Fikar dengan ujung jari telunjuk.  "Aduh!" pekiknya.  Saat menyadari kaki yang diamputasi mengeluarkan air bercampur nanah dari bolongan disekitarnya sebab terbentur dinding tanpa disengaja ketika menggeser posisi duduknya. Terdengar ringisan dari bibir Fikar saat mengusap pelan air berbau menyengat itu dengan kain yang sudah tersedia, bau itu membuatnya kehilangan napsu makan. Akan tetapi, siapa yang dapat menolak takdir? Sejenak ia melupakan kesakitan yang barusan t
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status