Halo teman-teman dan pembaca silahkan dibaca ya.
Alinta yang masih dipasang alat medis dan tidur di mobil ambulance hanya bisa menatap wajah wanita yang menyayanginya. Wanita yang menolongnya sungguh baik. Alinta ingin sendiri saat itu. Namun, Alinta tidak bisa membiarkan nenek angkat membawa tukang pijat untuk dijadikan kambing hitam.“Tante, aku sangat berterima kasih. Alinta berharap tante dan Arga tidak terperangkap oleh permainan nenek angkat,” ucap Alinta dengan nada terbata-bata. Auranti tersenyum untuk membuat Alinta tidak cemas. Karena Auranti sudah menjadi ibu pengganti bagi Alinta. Semenjak orang tua Alinta meninggal, Auranti mengurus Alinta dan kakak kandung Alinta dengan bekerja keras.“Alinta, tante sudah menganggap kamu keponakan tante. Kamu istirahat ya. Kita sebentar lagi sampai di rumah sakit,” ucap Auranti. Wanita yang tengah terbaring lemah ini mengerti dan sudah tahu. Pasti ada cara untuk membuat hati nenek angkat yang kejam. Sekejam-kejamnya nenek angkat pasti dia juga mempun
“Tante, kita ke dalam ruangan. Mungkin dia bisa mendengar kita.” Auranti dan Delia masuk, kemudian mereka berdua memakai alat pelindung diri ke ruang ICU. Saat di ruang ICU, Delia yang berwajah cantik itu meneteskan air mata karena melihat sahabatnya terbaring lemah. “Alinta, aku menginginkan kamu hidup bahagia. Kenapa kamu bisa seperti ini,” ucap Delia. Delia lah yang telah menjodohkan Arga dan Alinta. Dia tidak ingin Alinta kesepian dan melihat Alinta yang menyiksa diri dengan kerja keras tanpa istirahat dan mementingkan uang saja. Delia teringat ucapan Alinta saat di kantor. Saat itu Alinta sedang makan dan dia tidak habis. “Al, kamu tidak makan sampai habis?” tanya Delia. Alinta hanya tersenyum ke Delia dan berkata dengan sopan.“Del, aku tidak ingin menikah. Aku hanya ingin fokus menjadi wanita karir yang bisa membuat kakak kandung bahagia dan sehat,” ucap Alinta. Saat ini, Delia sedang menangis di dekat sahabatnya yang terbaring. Alinta yang koma bisa mendengar suara orang
Malam ini, Wanita yang tengah menggenggam tangan seorang wanita muda yang terbaring lemah dengan alat medis dan masih belum bisa diajak bicara mau pun diajak menggerakkan tangan masih menunggu jawaban dari dokter dan sekaligus temannya. “Alinta, tante dapat kabar kalau Arga akan ke sini segera mungkin. Kamu harus kuat menahan sakit jangan seperti tadi siang.”Auranti yang memegang tangan Alinta dan masih mengenakan pakaian alat medis untuk melindungi diri dari bakteri masih menjaga keponakannya. Sore itu, setelah Alinta kejang-kejang karena kritis dan menahan sakit. Namun, saat Alinta kejang-kejang Auranti mendapatkan kabar gembira untuk keponakan yang masih terbaring lemah. “Halo, ini Arga tante. Sudah di Singapore mau ke Jakarta. Secepatnya akan ke rumah sakit jika tidak ada halangan.” Alinta yang kejang-kejang itu ditangani dengan suster. Tumor yang membuat perutnya bengkak akibat tumor rahim yang sangat besar membuat kesulitan bernapas. Bahkan, Alinta saat ini pupil matanya masi
“Tante tinggal dulu ya, mau ke ruang kerja.”Auranti meninggalkan Alinta sendirian, saat di kamar ruangannya tidak terlalu sejuk karena Air Conditioner sudah diatur suhu kelembapannya. Jadi, Alinta tidak merasa dingin dan menggigil. Alinta kemudian mengambil ponsel, ia kemudian membuka. Namun, Arga datang tepat pada waktunya dan berhasil mencegah Alinta untuk berkativitas.“Kamu tidur saja, Alinta. Aku tidak mau membuat kamu sakit lagi. Aku hanya ingin kamu memperhatikan kesehatanmu,” ucap Arga. Arga di ruang ICU sedang membawa baskom yang berisi air yang tidak terlalu panas. Kemudian, Arga menaruh baskom.“Mas, lebih baik kita cerai. Karena aku tidak mau kamu dan tante jadi ikut dalam masalah ku dan mantan suamiku.” Alinta yang masih memakai tabung oksigen dan memejamkan matanya karena sakit tiba-tiba meneteskan air mata. Saat ini, Arga sedang menuju ke Alinta dan menenangkan istrinya yang menangis. Arga yang merasa tertekan karena setiap kali dia tidak bisa menemani sang isrti, nen
Lelaki itu kemudian mengangguk dan pergi untuk menenangkan pikiran yang kusut di rumahnya. “Tante, Arga pulang dulu. Kalau Alinta sudah membaik. Hubungi aku.”Rasa sayang yang sangat mendalam dan perhatian itu tidak bisa dilupakan. Cintanya dengan Alinta benar-benar tulus, namun Arga harus pulang ke rumah untuk kerja karena pekerjaan di kantor terlalu banyak dan isinya mengenai proyek baru. “Alinta, kamu harus kuat sayang. Tante akan menemani kamu di ruang perawatan intensif sampai kamu sadar. Kamu harus kuat, tante rindu sama kamu.” Auranti masih berada di dalam ruangan, setelah menenangkan Arga supaya pulang tanpa memikirkan kondisi Alinta. Namun, lelaki yang masih memakai baju kerja itu berjalan dan menangis di jalan. Alinta, aku berharap kamu sembuh dan seperti dulu. Kita bisa kerja berdua atau pun bertiga dengan sahabatmu. Pikiran Arga masih banyak, ia berjalan perlahan-lahan. Jalannya tidak terlalu cepat, Arga masih tidak bisa pergi menjauh dari Alinta demi kesalamatan wanita
“Dok, bolehkah hari ini saya pulang?” tanya Alinta yang menggunakan alat bicara lewat komputer. Ruang ICU khusus itu, wanita yang tidur dengan keadaan sakit dan tumor rahim yang besar itu meneteskan air mata. Seorang berpakaian medis masuk.“Nona boleh pulang. Tapi ingat, jangan banyak bergerak.” Tante Auranti masuk menemani Alinta, ia dengan berpakaian seragam rumah sakit datang dan menemui wanita yang telah dianggapnya sebagai anak kandung.“Alinta, hari ini Arga akan datang menjemput kamu. Nanti tante akan meneleponnya.” Auranti tersenyum, namun wanita yang terbaring di atas kasur itu meneteskan air mata. Saat ini, Alinta sedang mengingat masa lalu bersama Arga saat belum menikah.“Alinta, kamu tidak apa-apa?” tanya Arga. Lelaki yang memakai pakaian rapi, kemudian ia menggendong Alinta, Alinta dibawa ke ruang istirahat di kantor. Ditaruhlah Alinta di kursi, kemudian Alinta memegang meja. “Suami kamu tidak menyuruh untuk istirahat?” tanya Arga lagi.“Saya berniat menceraikannya. Tet
Arga memasak makanan sehat, semenjak Alinta tidak boleh jajan dan makan sembarang.Arga yang selalu memperhatikan Alinta, karena dokter jantung bilang kondisi jantung Alinta sangat lemah. Arga tidak ingin cinta Alinta dan dirinya menjadi dusta, meski pun istrinya memiliki mantan suami. Namun, seorang wanita harus diperlakukan dengan baik dan selembut sutra. Istri itu bagaikan tulang punggung suami, jika dipaksa terlalu keras maka akan patah.Alinta adalah wanita yang tangguh dalam menghadapi penyakit, makanya Arga membuatkan telur dadar dengan irisan wortel, cumi, bayam, dan tambahan lada. Dan masakannya adalah nasi goreng menggunakan minyak zaitun, cabe besar diiris tipis-tipis, kemudian gulanya ditambahkan madu sedikitnya. Karena nasinya terbuat dari beras merah dan hitam.Arga kemudian membawakan nasi goreng dengan telur dadar dan segelas susu yang dicampur kunyit dan jahe, “Selamat pagi istriku. Sayang, sarapan sudah tiba.”Arga kemudian memijat kaki Alinta, wanita itu membuka ma
“Mas… aku… ingin… kamu… Jika… aku…,” ucap Alinta. Wanita ini menahan sakit karena tumor rahim yang diderita, karena kesulitan bernapas. Sehingga setiap ia bicara terputus atau terbata-bata. Arga memegang tangan istrinya, ia kemudian memberikan minyak angin untuk menghangatkan Alinta. “Sayang, ingat pernikahan kita kan. Bahwa kita selalu Bersama meski badai menerpa.” Arga merasa sesak, batinnya berkata bahwa wanita yang telah dinikahi dengan susah payah tiba-tiba berkata yang tidak-tidak. Apakah ini efek dari obat penghilang rasa sakit, obat ini membuat dia berbicara yang tidak-tidak. Arga melihat obat yang ada di kemasan, tertera obat ini penenang Alinta.Saat Arga sedang melihat obat kemesan, sebuah panggilan dari ponsel berdering. “Mas, ada… panggilan… ponsel… kamu bunyi…,” ucap Alinta. Ia memberi tahu Arga, lelaki yang disayangi dengan penuh cinta. Alinta tertidur dengan pakaian daster untuk wanita hamil karena tumornya yang membesar. Arga kemudian berhenti, ia meletakkan obat d
Lutut Alinta masih kaku, karena kejang-kejang. Auranti mengobati Alinta, ini hari ke tiga Alinta kejang dan harus disuntikkan obat. Arga berniat mengajak Alinta rekreasi ke taman sakura, pariwisata di Jepang sungguh berbagai macam. Arga dan Alinta sudah imigrasi lama sekali demi membuat hidup baru.“Tante sudah mendapatkan tiket pesawat untuk pulang?” tanya Arga. Auranti menggeleng, dia masih sibuk memeriksa denyut nadi Alinta karena belum stabil. Bagaimana bisa Auranti tenang, sementara Alinta masih belum berhenti kejang-kejang. Penyakit Alinta sebelumnya tidak parah, sekarang Alinta tidak bisa berhenti.Auranti sudah mengelola keuangan, jadi dia tinggal ambil di bank. Dia sudah mendaftarkan bank yang terletak di Jepang. Dosis obat yang diberikan Alinta tidak ada perubahan, Auranti harus segera membeli obat di apotek. Kepala Arga pusing, memikirkan polemik yang terjadi. Di media masa, dia dituduh membawa kabur Alinta, tulisan yang ditulis tidak sesuai dengan fakta. Arga tahu, pelak
“Alinta, aku akan pergi memancing. Karena hari ini, aku akan memasakkan makanan sehat buat kamu,” ucap Arga. Dia melihat Alinta di kamar, sambil duduk Arga kemudian memijit tangan istri yang dia cintai.“Mas ... tidak ... kerja ... masih ada tante ...,” ucap Alinta. Dia berkata tidak jelas, Auranti berjalan ke kamar Arga dan menemui ke dua keponakan yang dia cintai. “Hari ini, kamu dan tante di rumah. Karena tiket belum bisa tante dapat, mungkin masih lama.”Kehidupan nenek angkat Alinta semakin kacau balau, ketika dia mendapat surat dari kantor pajak. Arga yang mengetahui berita tersebut, berniat memancing karena dia telah berhasil membuat nenek tua itu menderita dan merasakan pahitnya hidup.Setelah pergi ke sungai dan laut, Arga ingin menghias rumah dengan pernak pernik. Lalu memasak makanan sehat yang di dapat dari sungai dan laut, supaya Alinta bisa makan dengan puas. Belakangan Alinta selalu tidak mau makan, Arga sampai menangis dan dia konsul ke tante Auranti.Auranti menyaran
Di apartemen, Arga sedang menyuapi Alinta bubur. Bubur itu dimasukkan ke slang yang terpasang dari trakea, karena tidak bisa menggerakkan bibir dan mulut akibat saraf yang sudah rusak. Wanita yang sedang duduk di kursi roda, perlahan-lahan menggerakkan tangan. Dia seperti ingin bergerak, namun raganya seperti terkunci karena penyakit saraf di otak yang membuat dia lumpuh.“Arga, tante sudah mendapat kabar. Yang mencelakai Alinta, seorang wanita yang muda.” Wanita muda yang memegang telepon genggam, berusaha mengepalkan tangan untuk mengendalikan amarah. Dia tidak bisa menunjukkan sifat brutal pada keponakan laki-laki, Auranti memang tidak bisa mengendalikan emosi tetapi dia berusaha membuat Arga dan Alinta menikmati ketenangan di apartemen. Empat hari, Alinta di rumah sakit. Saat Arga dan Auranti ke rumah sakit.“Alinta, kepokanakan tante. Kamu harus bisa mengedipkan mata, jangan mau kalah dengan penyakit.” Arga baru menyadari, bahwa wanita yang merawat Alinta di apartemen begitu k
Arga mendusin dari kasur, mengambil beberapa pakaian untuk diganti. Alinta yang di kasur, kini masih tidak sadarkan diri dan tidak mampu memberi reaksi terhadap suatu rangsangan dan terbaring di rumah sakit. Saat Arga mau membuat jasmani kembali segar, terdengar sebuah ketukan pintu dari apartemen.Arga melangkahkan kaki, sehingga terdengar suara sandal di apartemen. Dia menuju pintu yang terdapat gantungan kunci. Waktu di buka, dia melihat seorang wanita yang Arga kenal dan disayangi di depan pintu.“Tante, aku menghubungi setiap detik tetapi tidak ada jawaban. Sampai aku terpaksa pulang, karena melihat Alinta yang masih belum bangun.”“Arga, maaf karena ibadah sangat lama. Tante harus mematikan ponsel, ini tante bawakan oleh-oleh untuk kamu. Mungkin dengan memakan kurma yang masih hijau, kamu akan tenang. Bisa juga sebagai herbal untuk Alinta.”Kultur di Kota Jepang membuat Alinta tersenyum, saat pertama kali datang ke Jepang di Bandara udara di Ota. Dia sangat memperhatikan dengan
Arga mengetahui siapa dalang sebenarnya, sehingga Alinta kembali mengalami koma. Penyakit Alinta yang sudah membaik, kini kambuh dan bahkan penyebabnya adalah makanan. Mereka berdua sudah pindah, namun seseorang berani mengganggu rumah tangga yang sudah harmonis. Kepala Arga sudah pusing, memikirkan beberapa proyek yang belum selesai.“Apakah efek dari kokaina, aku jadi setiap hari melantur?” tanya lelaki yang sedang terbaring lemah. Lelaki itu hanya bisa bicara terputus-putus, karena pengucapannya mulai berkurang akibat sakit saraf yang dialami sejak lahir. Saat lahir kesehatannya baik-baik saja, namun kini dia seperti diikat dan tidak bisa bergerak. Harkat seorang CEO batik menjadi turun, akibat ditipu oleh mantan suami Alinta. Kini Alinta sudah menikah dengan CEO yang baik hati, dia adalah kenalan dari kakak kandungnya. Kakak kandung Alinta yang sakit pernah bertemu dengan kenalan ibu kandungnya. Suami Alinta yang ke dua, perhatian bahkan dia menyewa detektif dan membayar pengacar
Auranti berputar mengelilingi Ka’bah, sambil mengucapkan doa saat mengelilingi Ka’bah dalam hati wanita yang berpakaian ihram itu berkata. Sang Pencipta, tolong beri keringanan untuk Alinta dan kakak kandungnya. Wanita yang berpakaian ihram itu tidak bisa menahan air mata. Saat berputar mengelilingi Ka’bah, terasa semangat ingin berdoa dan mengucap Syukur karena telah berhasil menolong beberapa nyawa berkat izin Sang Penyelamat. Dia tidak menggadaikan perhiasannya, melainkan menjual dan memperoleh hasil yang cukup untuk membelikan obat-obatan keponakan angkatnya. “Maaf, istri Anda dalam masa kritis. Dia masih kejang-kejang dan kaku. Sebaiknya Anda tunggu di luar tuan,” ucap dokter jaga. Wanita itu hanya bisa menahan pusing yang dialami karena gangguan saraf otak.Arga sudah menghubungi bibinya. Namun belum juga dibalas, dia berharap bibinya menjawab pesan yang dikirim.Klien dari perusahaan besar untungnya sudah memilih hari dan tanggal yang kosong. Arga juga bisa tenang, meski dia
Seorang wanita sedang berjalan memakai walker. Suster memegang tangan wanita itu dengan hati-hati namun terjatuh.“Nona, kalau tidak kuat kita istirahat saja.”“Aku tidak boleh istirahat sus, besok aku akan ikut pertunjukkan museum.”Alinta berjalan perlahan-lahan, dengan kakinya yang mengecil karena penyakit kelemahan otot di bagian pinggul dan lengan. Penyakit ini adalah penyakit langka, wanita yang sedang terapi berputar melawan arah tidak mau istirahat.Dia tidak berkedip sekalipun, Alinta pantang menyerah. Kesembuhan adalah nomor satu, buat dia yang paling berharga adalah suami yang tulus merawat dia. Suami barunya, kemarin pagi dan siang bercerita saat mereka belum sah menjadi suami istri.“Masih lama ya sus, belum ada yang menginformasikan kapan saya bisa operasi jantung.”“Kami sedang mencari pendonor jantung yang cocok, kak. Soalnya kalau beda golongan darah, bisa membuat Anda mengalami gagal jantung.”Arga yang berada di ruang tamu, sedang membaca koran. Hari ini dia tidak k
Lelaki itu setelah sampai di kantor, akhirnya bisa bertemu dengan klient. Dia adalah orang yang suka mengoleksi barang-barang kuna yang bersejarah. Meski barang kuna namun langka, karena demi membuat Alinta merasa bahagia Arga kerja keras menemui klient supaya memercayai perusahaannya. Baru kali ini, seorang klient mempunyai barang antik keroncong yang dia beli di Indonesia. Orang luar negeri memang sungguh unik, membeli alat musik keroncong.“Saya setuju dengan kerja sama Anda, saya akan mempromosikan alat music tradisional dari negara saya.”Arga mengebut jadwal pertemuan dengan klient, seharusnya masih empat hari. Namun, beberapa orang telah mengantre untuk bertemu lelaki yang suka mengoleksi barang antik. Lelaki yang menikahi Alinta tidak perlu ke pegadaian untuk menggadaikan emas kawin. Dia berpikir untuk menggadaikan emas kawin demi menyelamatkan sang istri. Kegagalan yang dialami lelaki yang menjabat sebagai CEO, membuat dirinya tidak bisa menahan rasa sakit. Arga telah menahan
Arga mengantre transportasi umum, dia menunggu shinkansen supaya lebih cepat ke kantor. Karena kemarin malam, dia sempat telat pulang dan sampai jam 12 malam. Saat mengendarai mobil yang mewah. Sampai di rumah sakit, dia tidak sempat lagi untuk ke kantor saat itu pada jam 2 siang, dikarenakan menemani Alinta yang tidur di rumah sakit dan harus berlatih berjalan.“Halo, tidak ada kabar dari Perusahaan A untuk ikut berbisnis?” tanya Arga di ponsel. Dia sedang menunggu di kursi tempat duduk di stasiun, dan menelepon asisten yang berada di Indonesia. “Tuan, kita sudah menanyakan pihak A. Mereka meminta kita waktu, karena mereka belum berminat bergabung ke bisnis kita.”Melepas sebuah head set yang dipasang di telinga, lelaki yang bekerja di Perusahaan kecil di Jepang sangat antusias untuk menunggu kereta menuju ke kantor. Dia menghitung berapa rekening yang terdapat di bank milik Jepang. Susah payah dia menabung, Arga masih belum memperoleh hasil yang memuaskan. Dia tidak perlu meminjam