“Tante tinggal dulu ya, mau ke ruang kerja.”Auranti meninggalkan Alinta sendirian, saat di kamar ruangannya tidak terlalu sejuk karena Air Conditioner sudah diatur suhu kelembapannya. Jadi, Alinta tidak merasa dingin dan menggigil. Alinta kemudian mengambil ponsel, ia kemudian membuka. Namun, Arga datang tepat pada waktunya dan berhasil mencegah Alinta untuk berkativitas.“Kamu tidur saja, Alinta. Aku tidak mau membuat kamu sakit lagi. Aku hanya ingin kamu memperhatikan kesehatanmu,” ucap Arga. Arga di ruang ICU sedang membawa baskom yang berisi air yang tidak terlalu panas. Kemudian, Arga menaruh baskom.“Mas, lebih baik kita cerai. Karena aku tidak mau kamu dan tante jadi ikut dalam masalah ku dan mantan suamiku.” Alinta yang masih memakai tabung oksigen dan memejamkan matanya karena sakit tiba-tiba meneteskan air mata. Saat ini, Arga sedang menuju ke Alinta dan menenangkan istrinya yang menangis. Arga yang merasa tertekan karena setiap kali dia tidak bisa menemani sang isrti, nen
Lelaki itu kemudian mengangguk dan pergi untuk menenangkan pikiran yang kusut di rumahnya. “Tante, Arga pulang dulu. Kalau Alinta sudah membaik. Hubungi aku.”Rasa sayang yang sangat mendalam dan perhatian itu tidak bisa dilupakan. Cintanya dengan Alinta benar-benar tulus, namun Arga harus pulang ke rumah untuk kerja karena pekerjaan di kantor terlalu banyak dan isinya mengenai proyek baru. “Alinta, kamu harus kuat sayang. Tante akan menemani kamu di ruang perawatan intensif sampai kamu sadar. Kamu harus kuat, tante rindu sama kamu.” Auranti masih berada di dalam ruangan, setelah menenangkan Arga supaya pulang tanpa memikirkan kondisi Alinta. Namun, lelaki yang masih memakai baju kerja itu berjalan dan menangis di jalan. Alinta, aku berharap kamu sembuh dan seperti dulu. Kita bisa kerja berdua atau pun bertiga dengan sahabatmu. Pikiran Arga masih banyak, ia berjalan perlahan-lahan. Jalannya tidak terlalu cepat, Arga masih tidak bisa pergi menjauh dari Alinta demi kesalamatan wanita
“Dok, bolehkah hari ini saya pulang?” tanya Alinta yang menggunakan alat bicara lewat komputer. Ruang ICU khusus itu, wanita yang tidur dengan keadaan sakit dan tumor rahim yang besar itu meneteskan air mata. Seorang berpakaian medis masuk.“Nona boleh pulang. Tapi ingat, jangan banyak bergerak.” Tante Auranti masuk menemani Alinta, ia dengan berpakaian seragam rumah sakit datang dan menemui wanita yang telah dianggapnya sebagai anak kandung.“Alinta, hari ini Arga akan datang menjemput kamu. Nanti tante akan meneleponnya.” Auranti tersenyum, namun wanita yang terbaring di atas kasur itu meneteskan air mata. Saat ini, Alinta sedang mengingat masa lalu bersama Arga saat belum menikah.“Alinta, kamu tidak apa-apa?” tanya Arga. Lelaki yang memakai pakaian rapi, kemudian ia menggendong Alinta, Alinta dibawa ke ruang istirahat di kantor. Ditaruhlah Alinta di kursi, kemudian Alinta memegang meja. “Suami kamu tidak menyuruh untuk istirahat?” tanya Arga lagi.“Saya berniat menceraikannya. Tet
Arga memasak makanan sehat, semenjak Alinta tidak boleh jajan dan makan sembarang.Arga yang selalu memperhatikan Alinta, karena dokter jantung bilang kondisi jantung Alinta sangat lemah. Arga tidak ingin cinta Alinta dan dirinya menjadi dusta, meski pun istrinya memiliki mantan suami. Namun, seorang wanita harus diperlakukan dengan baik dan selembut sutra. Istri itu bagaikan tulang punggung suami, jika dipaksa terlalu keras maka akan patah.Alinta adalah wanita yang tangguh dalam menghadapi penyakit, makanya Arga membuatkan telur dadar dengan irisan wortel, cumi, bayam, dan tambahan lada. Dan masakannya adalah nasi goreng menggunakan minyak zaitun, cabe besar diiris tipis-tipis, kemudian gulanya ditambahkan madu sedikitnya. Karena nasinya terbuat dari beras merah dan hitam.Arga kemudian membawakan nasi goreng dengan telur dadar dan segelas susu yang dicampur kunyit dan jahe, “Selamat pagi istriku. Sayang, sarapan sudah tiba.”Arga kemudian memijat kaki Alinta, wanita itu membuka ma
“Mas… aku… ingin… kamu… Jika… aku…,” ucap Alinta. Wanita ini menahan sakit karena tumor rahim yang diderita, karena kesulitan bernapas. Sehingga setiap ia bicara terputus atau terbata-bata. Arga memegang tangan istrinya, ia kemudian memberikan minyak angin untuk menghangatkan Alinta. “Sayang, ingat pernikahan kita kan. Bahwa kita selalu Bersama meski badai menerpa.” Arga merasa sesak, batinnya berkata bahwa wanita yang telah dinikahi dengan susah payah tiba-tiba berkata yang tidak-tidak. Apakah ini efek dari obat penghilang rasa sakit, obat ini membuat dia berbicara yang tidak-tidak. Arga melihat obat yang ada di kemasan, tertera obat ini penenang Alinta.Saat Arga sedang melihat obat kemesan, sebuah panggilan dari ponsel berdering. “Mas, ada… panggilan… ponsel… kamu bunyi…,” ucap Alinta. Ia memberi tahu Arga, lelaki yang disayangi dengan penuh cinta. Alinta tertidur dengan pakaian daster untuk wanita hamil karena tumornya yang membesar. Arga kemudian berhenti, ia meletakkan obat d
“Halo cucu nenek, ayo jalan-jalannya.” Baru saja Alinta dan Arga ke teras, nenek angkatnya datang memakai baju kebaya yang rapi dan anting-anting emas. Alinta meneteskan air mata, dari mana nenek angkatnya mendapat uang sebanyak itu. Padahal dia tidak memberi gaji yang banyak. “Nenek ke sini dengan siapa? Oh, iya. Nenek beli pakai uang siapa?” tanya Alinta. Wanita yang duduk di kursi roda itu memakai baju biasa, namun dia merasa malu di depan Arga karena nenek angkatnya datang dengan pakaian mahal dan barang mahal. Apa kata tetangga, kalau lihat nenek angkatnya berdandan menor dan menunjukkan gelang emas yang mahal. “Oh, tentu ini dari akta rumah punyamu. Aku menyuruh abangmu menandatangani ini. Mau lihat vidionya.”Saat diputar, Alinta tidak menyangka bahwa abangya sedang di rumah sakit di ruang ICU. Namun, nenek angkat memaksa abang kandung Alinta menandatangani kontrak rumah dan membuat menjadi kritis kembali. Alinta duduk di kursi roda dan kemudian berkata dengan suara yang lant
Saat di luar, Arga kemudian mendapat sebuah panggilan asistennya.“Halo, ada apa pak? Apakah terjadi sesuatu?” tanya Arga. Lelaki itu kemudia menepi, ia tidak ingin ada orang yang mendengar percakapan pribadi antara asisten dan dirinya. Kemudian Arga menemukan sebuah tempat di sebelah rumah yang tidak ramai. “Pak, maaf saya tadi menepi tidak memberi tahu bapak. Karena di rumah banyak orang.”“Laba perusahaan kita sedang menurun. Bahan pakaian juga berkurang. Konsumen juga ada yang telat membayar pakaian jadi.”“Kalau begitu bapak catat berapa kerugiannya, terus nanti kirimkan saya laporan berapa kerugian dan kain yang belum sampai ke perusahaan.”“Baik pak, saya tutup dulu.”Sang Maha Pencipta, lancarkanlah pekerjaanku. Aku butuh banyak modal untuk mengembangkan bisni. Sedangkan istriku juga butuh biaya untuk berobat. Arga berbicara di dalam hati. Bagaimana tidak sedih,Alinta masih belum bisa beraktivitas dan membutuhkan banyak obat. Sementara, kondisi ekonomi sedang menurun.Di kama
Aku tidak mau Arga cemas, keuangannya sedang menurun di perusahaan. Aku hanya bisa membantunya dengan otak ku yang masih bisa dipakai. Meski pun, tubuh dan kesehatanku sering menurun. Alinta kemudian mencabut oksigen, wanita ini tidak mau melihat suaminya sedih karena tidak bisa berobat. Alinta kemudian mencri ponsel, setelah menemukan ia kemudian mengambil. Dengan tangan yang lemas, ia mengirim pesan ke sahabatnya.Alinta kemudian mencoba untuk duduk dengan menyeret kaki, ia melihat sekeliling kamar. Namun, tidak ada pegangan untuk berdiri. Napasnya berbunyi, sehingga Arga yang sedang mengetik menoleh ke belakang.“Alinta, kamu sedang apa? Jangan bergerak sayang. Ini sudah larut malam. Kamu tidur ya, aku kalau melihat kamu kesakitan bisa sedih.”“Izinkan aku untuk membantu kamu. Aku tidak mau kamu depresi karena masalah ekonomi.”“Sayang, aku sudah mengirimkan gaji ke karyawan yang belum dibayar. In Syaa Allah cukup kok, jadi kamu harus istirahat ya.”Setiap hari Arga dan Alinta sela