Beranda / Romansa / CINTA COWOK AUTIS / RYAN MULAI LULUH

Share

RYAN MULAI LULUH

Penulis: embart nugroho
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Brenda memperhatikan bunga-bunga segar yang baru saja tiba di toko Maryati. Jenisnya bermacam-macam. Bunga-bunga import pesanan seorang pengusaha. Ini sudah hari kelima. Brenda tidak punya cara menaklukkan kepasifan Ryan. Ia belum punya jurus agar Ryan menerimanya menjadi pengajar.

Di meja kerja Maryati terletak sebuah buku karya Khalil Gibran. Brenda meraih buku itu dan membukanya. Membaca bait-demi bait kata-kata di dalamnya.

“Tante penggemar Khalil Gibran?” tanya Brenda disela kesibukan Maryati.

Maryati menghentikan kegiatannya.

“Itu milik Ryan. Dia sangat mengagumi sosok  Khalil Gibran. Tante disuruh membaca,” Maryati tersenyum sipu. Brenda manggut-manggut.

“Ryan suka membaca buku sastra?” berkerut dahi Brenda.

“Ryan belajar membaca sejak masih kecil, Nda. Walaupun tidak begitu lancar, tapi Ryan gemar membaca buku,”

Brenda manggut-manggut.

“Sebentar, Nak Brenda. Say

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CINTA COWOK AUTIS   BRENDA

    Brenda memerhatikan wajahnya di cermin oval berbingkai kayu. Gadis itu terlihat cantik dengan baju yang dikenakan. Baju model jas dengan celana senada warna biru tua. Ia memiliki pendar mata yang bening dan bulu mata yang lentik.Lesung pipit di pipi kirinya juga terlihat sempurna. Tubuhnya tinggi semampai rambut hitam panjang sebahu. Bibirnya tipis dan selalu memerah.Paduan satin dengan balzer membungkus tubuhnya yang ramping. Ia terlihat modis.Brenda tengah mengalami gejolak hidup yang tak sebanding dengan kenyataan. Kehidupan Brenda kini berbalik seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya. Ia bukan lagi gadis kaya bergelimangan harta. Kini Brenda menjadi gadis miskin yangharus melunasi semua hutang-hutangnya di bank. Melunasi kartu kredit yang jumlahnya cukup besar, hingga ia jumpalitan mencari uang tambahan.“Seratus juta rupiah? Oh my God… Da

  • CINTA COWOK AUTIS   RYAN

    Motoritu meluncur di jalan hitam. Memasuki perumahan mewah Taman Setia Budi Indah. Setelah berbelok ke kanan, motoritu melaju pelan di aspal hitam. Suara mesinnya menderu pelan.Maryati sedang sibuk di kebun bunganya. Ia menyemprot bunga-bunga yang mulai mekar dan mengumpati serangga-serangga kecil yang berpesta pora diantara batang dan daun Mawar. Ia mengganti polybag yang rusak dengan yang baru. Memberi pupuk ke tanaman anggreknya yang beraneka ragam.Deru suara mesin motor mencuri perhatiannya. Motor bebek warna merah berhenti di depan toko dengan posisi sejajar dengan tulisan MARYATI FLORIST. Maryati menghentikan kegiatannya. Ia meletakkan penyemprot di atas meja dan memerhatikan seseorang turundari motor. Seorang gadis dengan setelan yang modis berjalan sambil menyandang tas bermerk Lois Vuiton. Tas peninggalan kesuksesannya dulu. Maryati melirik ja

  • CINTA COWOK AUTIS   COWOK AUTIS

    Maryati terdiam sejenak. Ia berpikir apakah kata-katanya yang membuat Ryan menjadi seperti itu?“Yan.. mama bawa teman untukmu. Ryan mau kan?”Ryan menoleh ke mamanya, namun ekspresi wajahnya tetap sama.“Yuk... dia baik kok. Ryan pasti suka,”Ryan diam saja ketika Maryati mengamit jemari tangannya. Beberapa menit kemudian Maryati keluar bersama Ryan. Brenda sedikit terkejut melihat seorang cowok bersama Maryati dengan wajah polos. Cowok dewasa bercelana jeans dan kaos oblong yang memainkan bola kristal berulang-ulang. Brenda mengerutkan keningnya.‘Oh my God. Apakah aku harus menghadapi cowok idiot itu?’ batinnya.“Hh… Brenda… Kenalkan ini Ryan, putra saya,” ucap Maryati memperkenalkan.

  • CINTA COWOK AUTIS   ELA

    Maryati terdiam sejenak. Ia berpikir apakah kata-katanya yang membuat Ryan menjadi seperti itu?“Yan.. mama bawa teman untukmu. Ryan mau kan?”Ryan menoleh ke mamanya, namun ekspresi wajahnya tetap sama.“Yuk... dia baik kok. Ryan pasti suka,”Ryan diam saja ketika Maryati mengamit jemari tangannya. Beberapa menit kemudian Maryati keluar bersama Ryan. Brenda sedikit terkejut melihat seorang cowok bersama Maryati dengan wajah polos. Cowok dewasa bercelana jeans dan kaos oblong yang memainkan bola kristal berulang-ulang. Brenda mengerutkan keningnya.‘Oh my God. Apakah aku harus menghadapi cowok idiot itu?’ batinnya.“Hh… Brenda… Kenalkan ini Ryan, putra saya,” ucap Maryati memperkenalkan.

  • CINTA COWOK AUTIS   BAIM

    Brenda menggigit sandwich-nya. Hmmm… enak sekali buatan Ela kali ini.“Sandwich buatanmu enak, La,” puji Brenda.“Siapa dulu?” Ela menepuk-nepuk dadanya. Dituangkannya susu cair kemasan kotakke gelasnya. Lalu dia juga mencomot sepotong sandwich di atas meja.”Kenapa kamu nggak buka warung aja?” kata Brenda memberi saran.“Enggak ah. Aku nggak ada bakat di kuliner. Aku juga nggak mau bangkrut dan mengalami depresi sepertimu. Kamu kehilangan pekerjaan dan modal yang sangat besar. Sekarang kamu harus melunasi hutang-hutangmu,”“Yah, itu sudah jalan hidupku,”“Sekarang apa rencanamu?”“Aku tetap ingin membantu Ryan. Menurutku Ryan cowok yang cakep,&rdqu

  • CINTA COWOK AUTIS   RYAN MAU CINTA

    Ponsel Brenda berdering sangat keras, ketika ia menguap lebar. Pagi ini ia dikejutkan dengan deringan handpone yang menyentak-nyentak alam mimpinya. Ringtone lagu Krisdayanti yang mengalun merdu membuat ia tak ingin mengangkat nada panggilan itu hingga lagu berakhir. Semalam dia lupa memijit tombol off, sehingga ponselnya menyala terus. Dengan rasa malas diraihnya ponsel di atas meja.‘Huh… dasar pengganggu,’ omelnya dalam hati.“Ya, halo?” sapa Brenda dengan suara serak.“Nda, cepat bangun. Ini ada berita baik!” jawab si penelepon. Suaranya sember. Siapa lagi kalau bukan Ela, sahabat dekatnya.Sedetik kemudian Brenda terlompat bangun dari tempat tidurnya. Refleks. Habis kaget juga Ela meneleponnya pagi-pagi begini. Suaranya menggelegarkan gendang telinga. Sialan tuh anak!

  • CINTA COWOK AUTIS   JATUH CINTA

    Maryati beranjak dari duduknya. Ia berjalan di koridor menuju Taman. Brenda mengikuti langkah Maryati.“Sejak ia mengenal seorang gadis beberapa tahun lalu. Ryan selalu termenung dan cenderung pendiam. Ia kehilangan seorang sahabat yang menurutnya mampu membuat kehidupannya kembali ceria. Gadis itu meninggal dunia karena penyakit lupus menyerangnya,”“Oh… kasihan sekali,”“Sejak itu Ryan tidak lagi ceria dan tidak lagi memainkan nada-nada indah itu. Ryan selalu mengamuk karena tidak menemukan nada-nada yang pernah ia ciptakan sendiri,”Detak suara tapak sepatu terdengar beriringan. Maryati melangkahkan kakinya denganpelan, sambil bercerita tentang kehidupan Ryan dan tentang gadis itu. Betapa Ryan sangat mencintai gadis itu, hingga ia harus kehilangan dan membuat pikirannya menjadi kac

  • CINTA COWOK AUTIS   COWOK BRENGSEK

    "La, temeni aku ke dokter yuk…” ajak Brenda lewat ponsel. Ela kaget di seberang sana.“Apa? Ke dokter? Kamu hamil?” Mata Ela terbelalak.“Yee… enak aja. Kamu makin ngeres aja pikirannya. Aku mau ketemu dokter Daniel. Kata temenku dia pernah menangani anak-anak autis,”“Kamu mau memeriksakan dirimu? Apakah kamu autis atau tidak?”“Elaaa…! Jangan bercanda ah. Kalau nggak mau ya sudah!” Brenda sewot.“Ok deh nona manis… Gitu aja udah kejang-kejang… Nanti cepat tua loh…”Brenda nyolot. “Biarin!”“Ya udah… tunggu aku.”Brenda membelokkan setir motornya ke kanan menuju rumah s

Bab terbaru

  • CINTA COWOK AUTIS   RYAN MULAI LULUH

    Brenda memperhatikan bunga-bunga segar yang baru saja tiba di toko Maryati. Jenisnya bermacam-macam. Bunga-bunga import pesanan seorang pengusaha. Ini sudah hari kelima. Brenda tidak punya cara menaklukkan kepasifan Ryan. Ia belum punya jurus agar Ryan menerimanya menjadi pengajar.Di meja kerja Maryati terletak sebuah buku karya Khalil Gibran. Brenda meraih buku itu dan membukanya. Membaca bait-demi bait kata-kata di dalamnya.“Tante penggemar Khalil Gibran?” tanya Brenda disela kesibukan Maryati.Maryati menghentikan kegiatannya.“Itu milik Ryan. Dia sangat mengagumi sosok Khalil Gibran. Tante disuruh membaca,” Maryati tersenyum sipu. Brenda manggut-manggut.“Ryan suka membaca buku sastra?” berkerut dahi Brenda.“Ryan belajar membaca sejak masih kecil, Nda. Walaupun tidak begitu lancar, tapi Ryan gemar membaca buku,”Brenda manggut-manggut.“Sebentar, Nak Brenda. Say

  • CINTA COWOK AUTIS   PERTENGKARAN BRENDA DAN BAIM

    Loby hotel terlihat ramai para undangan. Brenda mengenakan gaun coklat tua dengan aksesoris yang menawan. Kelihatan cantik dengan make up yang merata serta pemerah pipih yang lembut. Yuda terlihat di sudut ruangan bersama para tetamunya. Jamuan makan malam yang romantis.Brenda memperhatikan teman-teman Yuda yang semua berstelan tuksedo dan gaun mewah. Sebagai pengusaha muda yang memiliki perusahaan dibidang industri tekstil, Yuda patut diacungi jempol. Ia pengusaha muda yang sukses.Yuda menghampiri Brenda yang duduk sendirian. Senyumnya mengembang seraya mengangkat gelas minumannya. Brenda menatap Yuda dengan lekat. Ah… wajah itu benar-benar membuatnya mabuk kepayang.“Maaf ya, aku mengacuhkanmu…” kata Yuda merasa bersalah.“Nggak apa-apa kok, Yud… Aku maklum…”Yuda duduk di dekat Brenda. Kemudian ia bertanya dengan ragu.“Kamu bisa dansa?”“Hmmm…”

  • CINTA COWOK AUTIS   ADA GETAR DI HATI RYAN

    Brenda duduk di beranda sambil menikmati kicauan burung. Maryati masih di kamarnya. Diam-diam ia melirik jendela kamar Ryan di lantai dua. Ia melihat sosok bayangan di sana. Ryan mengintainya. Brenda tersenyum tipis ketika Ryan memalingkan wajahnya.“Kamu sudah datang, Nda?” tegur Maryati dari dalam rumah, lalu berlajan melewati koridor.“Selamat pagi, Tante…” sapa Brenda lembut.“Pagi, Nda… Maaf, tadi saya masih merapikan diri. Nggak enak kalau terkesan nggak rapi,” ujar Maryati.“Ah tante… biasa aja kok,”Maryati tersenyum tipis.“Apa rencanamu hari ini?”“Hmm…” Brenda berpikir sejenak.“Bagaimana kalau kita keluar?” usul Maryati.“Maksud, Tante?”“Kita jalan-jalan. Yah, sebagai relaksasi untuk Ryan. Kita bisa keliling kota Medan atau ke taman hiburan? Atau kita ke Brastagi…?&r

  • CINTA COWOK AUTIS   KASMARAN

    Brenda membuka sepatunya dan meletakkannya begitu saja. Reuni yang sangat membosankan. Terlebih saat Ela membohonginya dengan berpura-pura hadir ke acara itu. Nyatanya mereka senang-senang sendiri.“Huh, dasar Ela! Aku akan balas kelakuanmu...” Brenda mengumpat kesal.Ia membaringkan tubuhnya. Mengingat wajah Yuda yang bermain-main sekejab saja. Kenapa Yuda belum punya pasangan? Padahal dia cowok tampan dan dulu dikejar-kejar banyak cewek di sekolahnya.Brenda bangkit dari rebahannya. Mengambil ponsel di atas meja.“Kamu dimana, La?” tanyanya ke Ela.“Aku lagi di Solaria ma Renold. Biasalah, kencan with love,”“Huh, Ela. Kamu membohongiku. Kamu bilang di rumah sakit?”“Iya… tadi dari rumah sakit langsung ke Solaria,”“Kamu bilang mama Renold di ruang ICU? Kok kalian seneng-seneng makan di Solaria?”“Itu taktik aja, Nda. Udah ah&

  • CINTA COWOK AUTIS   YUDA COWOK IDAMAN

    Minggu pagi yang tak menyenangkan. Brenda duduk di teras depan sambil membaca beberapa surat kabar. Di meja kecil tersedia susu hangat buatan pembantunya dan sedikit cemilan. Beberapa menit yang lalu seorang debt collector menelponnya. Tagihan bulan ini sudah melewati batas pembayaran. Brenda pusing. Sementara ia harus menutupi hutang bank lainnya.Handphonenya berdering tak karuan. Suaranya memadati ruang tamu.“Bik… ambilkan hape saya,” Brenda menyuruh pembantunya. Malas juga ia bergerak kalau sudah PeWe. Posisi Wenak.“Ini, Bu…” sang pembantu memberikan hp ke Brenda. Ia memperhatikan layar di ponselnya. Harap-harap cemas. Kostumer atau dari pihak bank?“Ya halo…” sapanya lembut.“Selamat pagi, Bu. Dengan bu Brenda?”Deg… Jantung Brenda berdebug kencang. Ini pasti dari Bank.“Ya, saya sendiri,” sahutnya.“Kami dari bank X, Bu. Tagiha

  • CINTA COWOK AUTIS   BAIM, COWOK BRENGSEK

    Pusat perbelanjaan itu dipadati pengunjung. Brenda dan Ela berjalan lenggak-lenggok seperti selebritis yang dikerubuti para fans. Sesekali mata Ela melirik ke etalase. Gaun yang dipajang membuat mata Ela mendelik. Tas sandang yang bentuknya elegan dan Highthills keluaran terbaru. Ia terhenti. Tangannya menarik lengan Brenda.“Apaan sih?” Brenda melenguh sambil terhenti.“Tuh…” bibir Ela dimonyongin. Mata Brenda mengikuti bibir Ela yang seperti bibir kuda. Sepatu hak tinggi bermerk.“Bagus ya, Nda...” puji Ela. Mata Brenda beralih ke bandrol yang melekat di sol. Tiga juta rupiah? Behh..“Gila...! Nggak ah…” ujarnya. “Aku lagi kere,”“Duitkan nggak bisa ngomong, Nda...”“A

  • CINTA COWOK AUTIS   PENDEKATAN

    Brenda terbangun ketika jam weker di atas meja kerjanya berdering kuat. Sudah jam tujuh dan ini saatnya Brenda memulai aktifitasnya. Semalaman ia disibukkan dengan rutinitas kerja yang berat. Menghadapi cowok ambisius seperti Baim membuat pikirannya kacau.Brenda bangkit dari tempat tidurnya menghampiri daun jendela. Ia membuka gorden coklat muda, lalu membuka daun jendela. Udara pagi masuk mengisi ruang kamar. Kemudian Brenda berjalan menghampiri meja kecil dan menuang air putihke dalam gelas. Tenggorokannya terasa kering karena berdebat dengan Baim.Mata Brenda mengedar ke halaman depan. Ia terbayang lagi dengan wajah Ryan. Wajah itu mulai memenuhi benaknya. Ia membayangkan bagaimana kelanjutan hidup cowok itu. Bagaimana masa depannya.Ponsel Brenda berdering. Ia tersentak, lalu mengambil ponselnya. Dari Baim. ‘Ughh… mau apa lagi sih?’ d

  • CINTA COWOK AUTIS   COWOK BRENGSEK

    "La, temeni aku ke dokter yuk…” ajak Brenda lewat ponsel. Ela kaget di seberang sana.“Apa? Ke dokter? Kamu hamil?” Mata Ela terbelalak.“Yee… enak aja. Kamu makin ngeres aja pikirannya. Aku mau ketemu dokter Daniel. Kata temenku dia pernah menangani anak-anak autis,”“Kamu mau memeriksakan dirimu? Apakah kamu autis atau tidak?”“Elaaa…! Jangan bercanda ah. Kalau nggak mau ya sudah!” Brenda sewot.“Ok deh nona manis… Gitu aja udah kejang-kejang… Nanti cepat tua loh…”Brenda nyolot. “Biarin!”“Ya udah… tunggu aku.”Brenda membelokkan setir motornya ke kanan menuju rumah s

  • CINTA COWOK AUTIS   JATUH CINTA

    Maryati beranjak dari duduknya. Ia berjalan di koridor menuju Taman. Brenda mengikuti langkah Maryati.“Sejak ia mengenal seorang gadis beberapa tahun lalu. Ryan selalu termenung dan cenderung pendiam. Ia kehilangan seorang sahabat yang menurutnya mampu membuat kehidupannya kembali ceria. Gadis itu meninggal dunia karena penyakit lupus menyerangnya,”“Oh… kasihan sekali,”“Sejak itu Ryan tidak lagi ceria dan tidak lagi memainkan nada-nada indah itu. Ryan selalu mengamuk karena tidak menemukan nada-nada yang pernah ia ciptakan sendiri,”Detak suara tapak sepatu terdengar beriringan. Maryati melangkahkan kakinya denganpelan, sambil bercerita tentang kehidupan Ryan dan tentang gadis itu. Betapa Ryan sangat mencintai gadis itu, hingga ia harus kehilangan dan membuat pikirannya menjadi kac

DMCA.com Protection Status