Malam itu, Valerie tampaknya tiba di rumah lebih dulu dibanding Sean. Ketika dia memarkirkan mobilnya tadi, dia memang tidak menemukan mobil yang Sean kendarai tadi, mengingat bahwa dia pergi bersama dengan Putra pagi tadi. Karena itulah Valerie langsung berjalan masuk tanpa perlu menunggu lagi. Mungkin saja Sean masih sibuk dengan semua pekerjaannya yang menumpuk hari ini. Begitu Valerie masuk, para pelayan kembali menyapa dirinya. Mereka juga sudah menyiapkan hidangan makan malam. Melihat hal itu, Valerie menjadi tidak enak sendiri, karena dirinya juga sudah makan malam lebih dulu. “Apa nyonya akan makan malam sekarang?” tanya Bi Tina. Valerie tersenyum perlahan meski merasa tidak nyaman karena akan menolak. “Saya sudah makan malam tadi sebelum pulang,” kata Valerie. “Kalau Sean, belum pulang yah Bi?” tanya Valerie yang menyoba untuk mencairkan suasana. Sebenarnya Bi Tina juga tidak merasa keberatan jika tuan rumahnya tidak ingin menyantap makan malam yang telah disiapkan. Dia
Siang harinya ketika Valerie sedang berada di kantor, dia mendapatkan sebuah panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal.“Nomor siapa ini?” ujar Valerie.Tetapi belum sempat dia menjawabnya, panggilan itu sudah lebih dulu berakhir. Valerie mulai berpikir bahwa itu hanya salah sambung.Setelah itu, Valerie tidak lagi memikirkannya. Bertepatan dengan itu, asistennya masuk dan mengingatkan bahwa mereka akan melakukan rapat sebentar lagi.“Apa semuanya sudah siap?” tanya Valerie memastikan.“Sudah, bu,” jawab asistennya.Tanpa menunggu lebih lama lagi, Valerie langsung beranjak dan berjalan bersama dengan Nana ke arah ruang meeting. Saat itu, dia juga meninggalkan ponselnya di sana.Ketika jam menunjukkan pukul tiga sore, saat itu Valerie baru kembali ke ruangannya. Setelah melakukan meeting tadi, dia juga harus pergi untuk melakukan tugas yang lain. Bahkan sebelum kem
Malam harinya, Valerie dan Clara berjalan bersama setelah pulang dari kantor. Mereka sudah berencana untuk makan di luar malam ini.“Makan di mana yah yang enak?” tanya Clara.Valerie yang sedang mengeluarkan mobilnya dari tempat parkir itu lantas menatap Clara seraya tertawa pelan.“Ini tempatnya memang belum ada?” tanya Valerie.“Belum,” balas Clara sembari menunjukkan deretan gigi rapihnya.Dia memang mengajak untuk berbincang tanpa menentukan tempatnya lebih dulu. Itu karena hal yang akan dia ceritakan jauh lebih penting sehingga membuatnya melupakan tempat mereka berbincang nanti.“Yaudah, pilih-pilih dulu,” kata Valerie.Mereka berdua berkendara dan membahas tempat yang akan mereka datangi untuk makan malam. Clara bahkan belum ingin membicarakan hal yang dia sebut penting itu sejak tadi.Setelah mereka berkendara setelah beberapa saat, akhirny
Setelah kejadian siang itu ketika Valerie dan Sean bertengkar di telepon, sejak itupula Valerie seperti menjaga jarak dari Sean. Dia tidak lagi berhenti ketika mendapati pria itu di tangga, tidak lagi menanyakan apakah pria itu sudah tiba di rumah, dan tidak lagi meminta bibi menyiapkan makan malam untuknya.Selama itu pula, tidak ada yang saling berbicara satu sama lain. Kini, rumah itu seperti kembali pada keadaan semula, ketika Valerie belum datang ke sana.Sebenarnya semua itu terjadi bukan karena Sean yang tidak ingin menyapa lebih dulu. Dia selalu mencoba untuk bertemu dengan Valerie, tetapi Istrinya itu selalu saja menghindar.Seperti pagi ini, Sean kembali menunggu Valerie di tangga. Dia berniat menahan wanita itu agar mereka bisa berbicara. Jujur saja, Sean tidak tahan dengan semua keadaan ini, terutama saat dia tidak lagi mendengar suara Valerie.Sean menunggu sejenak, hingga beberapa saat kemudian terdengar bunyi hills yang bera
Putra yang sedang duduk di kursi kerjanya saat itu, hanya bisa menatap semua jadwal yang Sean miliki tetapi tidak melakukan apapun terhadap semua itu. Dia merasa bahwa ada sesuatu yang salah di sana.“Tapi apa yang salah?” ucap Putra.Putra sudah memeriksa semua jadwal itu sejak tadi, tetapi tidak menemukan kesalahan apapun seperti yang dia pikirkan. Semua jadwal Sean sudah dia atur dengan baik, dan sejauh ini tidak ada masalah sama sekali.Jika bukan jadwal Sean yang bermasalah, apakah itu berarti dirinya sendiri yang bermasalah? “Ah tentu saja tidak. Tidak ada yang salah denganku,” ucap Putra lagi.Putra bahkan tidak henti-hentinya memikirkan semua itu sejak tadi. “Itu berarti, memang dia yang bermasalah,” kata Putra setelah menyadari semuanya.Itu benar. Semua hal sudah diatur dengan baik dan rapi, tetapi Sean selalu saja bersikap seolah mereka melakukan banyak kesalahan. Dia juga tidak per
Ketika akhir pekan, Sean mulai mengambil inisiatif untuk mendekati Valerie lebih dulu. Jika dirinya terus berdiam diri dan menunggu Valerie yang memulai lebih dulu, mungkin saja itu akan membutuhkan waktu sangat lama.Dalam sekejap saja, dua minggu sudah berlalu. Jadi jika terus menunggu, maka bisa saja Sean akan menyesali hal itu nanti.Sean kini berdiri di depan pintu kamar Valerie, dan berniat untuk mengetuk. Tetapi dia masih belum yakin apa yang akan dia katakan.“Mari makan siang bersama,” ucap Sean pelan seraya menyiapkan kalimat yang bagus.Tetapi setelahnya, dia malah menggeleng. “Itu terlalu biasa,” ujar Sean lagi.Dia masih mencari kalimat yang tepat dan tidak kunjung mengetuk pintu. Di saat dia sudah merasa yakin dan akan mengetuk, pintu itu malah terbuka dengan sendirinya.Di sana, ada Valerie yang berdiri di hadapannya dengan mengenakan setelan berbentuk crop top dan celana pendek
Karena Sean yang tidak kunjung melepaskan pelukannya pada Valerie sejak tadi, itu membuat Valerie menjadi kesal dengan tingkahnya. Ketika memikirkan tentang cara melarikan diri, Valerie lantas menyadari sesuatu.Dia tersenyum simpul dan berencana untuk menjalankan rencananya. Jika sedari tadi Valerie memberikan jawaban yang bertentangan dengan Sean, maka kali ini berbeda. Valerie menaikkan lengannya dan meletakkannya di leher Sean.Sean yang menyadari bahwa Valerie melingkarkan tangannya itupun, mulai merasakan sensasi berbeda. Dia menjauhkan wajahnya yang sejak tadi bersandar di bahu Valerie dan mencoba memastikan bahwa dugaannya tidak salah.Karena Sean menjauhkan wajahnya, maka kini dia dan Valerie bisa saling menatap satu sama lain. Benar saja dugaannya tadi, karena kini Valerie masih melingkarkan kedua tangannya di leher Sean, dengan posisi lengan Sean yang memeluk pinggang Valerie dengan erat.Tentu saja saat itu Sean bisa merasakan
Setelah kejadian siang itu, Valerie dan Sean menyantap makan malam dengan jarak yang cukup jauh. Meski kenyataannya, mereka memang duduk seperti itu sejak awal pernikahan mereka. Tetapi kali ini, melihat Valerie yang mengambil tempat duduk di hadapannya membuat Sean tidak bisa berbuat banyak. Jika awalnya Valerie menggerai rambutnya sebelum makan, maka entah sejak kapan dia sudah mengikat rambutnya. Padahal Valerie sama sekali tidak membawa ikat rambut bersamanya tadi. Mereka berdua makan dengan tenang, meskipun pandangan Sean terpusat pada Valerie sejak tadi. Dia tersenyum ketika memikirkan adegan ciuman mereka beberapa saat yang lalu. “Ternyata dia menjadi agresif karena berniat menghentikannya,” batin Sean. Ketika Valerie menghentikan adegan mereka dan mengatakan bahwa ada yang datang, itu memang benar. Karena setelah itu Bi Tina muncul dan mengatakan bahwa makan siang sudah disajikan. Jika saja Sean melakukan adegan itu di kamar, maka sudah bisa dipastikan tidak ada yang bisa