Anton segera berkata setelah mendengar permintaan putrinya, "Pak Polisi, kita bicara di luar saja. Nona Thasia, silakan kamu keluar, kami di sini nggak menyambutmu!"Thasia melirik Sisilia, gadis itu sedang berpura-pura, dia tidak terlihat segalak saat di dermaga.Thasia tahu Sisilia sengaja terlihat lemah dan menyedihkan, membuat semua orang berpikir bahwa dia adalah korban, Thasia tersenyum sinis. "Kamu takut padaku atau takut tindakanmu ketahuan? Kamu takut aku akan membongkar perbuatanmu, kamu kira dengan berbaring di ranjang dan berpura-pura menjadi korban, aku nggak akan bisa mengungkapkan semua tindakanmu?!"Sisilia merasa sedikit beruntung, bagaimanapun tidak ada bukti dalam kejadian ini, kondisinya juga lebih parah daripada Thasia, jadi dia bisa berpura-pura menjadi korban.Namun, Sisilia takut jika dirinya terlalu banyak bicara, dia akan ketahuan.Bagaimanapun dia juga baru pertama kali bertindak seperti ini.Dia ingin masalah ini segera lewat, kalau bisa Thasia dipenjara, di
Jeremy hanya diam saja menatap Thasia, awalnya dia takut wanita ini akan ditekan.Tidak peduli Thasia mendorong Sisilia atau tidak, Jeremy tetap akan membelanya.Jika Keluarga Sintrom memasukkan Thasia ke penjara, Jeremy akan mencari cara untuk mengancam mereka dan membuat Thasia dibebaskan.Thasia menyuruhnya diam, jadi selama ini dia hanya diam.Setelah melihat Thasia berhasil mengatasi semua ini, Jeremy baru merasa lega.Polisi menerima rekaman itu, lalu mereka melirik Yuri dan Sisilia. "Kalau rekaman ini benar, maka kamu akan dituntut dengan tuduhan mencoba pembunuhan, meski orangnya nggak kenapa-napa, tetap saja dia harus dituntut nanti!"Setelah mendengar perkataan ini, Yuri kira polisi membela Thasia. "Pak Polisi, masalah ini masih belum jelas. Dia yang bermasalah, putriku nggak ada hubungannya dengan masalah ini, kalian memihak padanya apakah karena kami orang asing jadi berpikir kami bisa dianiaya? Kalian keterlaluan sekali!"Perkataan Yuri cukup keterlaluan, ekspresi polisi j
"Nona Sisilia, ayo pergi."Polisi juga sadar sepertinya Sisilia tidak ingin bertanggung jawab, jadi dia bersikap seperti itu.Mereka bertindak sesuai prosedur, tidak memihak pada orang tertentu.Sisilia masih tidak mau, jadi polisi hanya bisa menyuruh orang menangkap Sisilia.Dua orang polwan mendekat, mereka segera menangkap Sisilia.Sisilia merasa lebih takut lagi, dia berkata sambil menangis, "Aku nggak mau ikut ke kantor polisi. Ibu, cepat tolong aku, aku nggak mau ke sana!""Lepaskan putriku, jangan sentuh dia!" Yuri masih berusaha melindungi putrinya.Polisi satunya lagi segera menahan Yuri.Sisilia segera dibawa oleh polwan, dia masih menangis dan membuat keributan, melihat ibunya tidak bisa diharapkan, dia menatap ayahnya. "Ayah, tolong aku, aku nggak mau masuk penjara, cepat tolong aku!"Dia sudah dibawa pergi oleh polisi.Anton tidak tega melihatnya, tapi polisi tetap harus melaksanakan tugasnya, Thasia juga tidak mau mengalah, membuatnya merasa pusing. Saat ini ekspresinya m
"Dulu kasihan, kalau sekarang memangnya masih begitu?" Anton berkata, "Itu Jeremy yang dulu, sekarang Jeremy sudah menguasai PT Okson, kita selama ini berada di luar negeri, coba saja kamu lihat orang-orang di ibu kota selalu menghormati Jeremy, saat ini perkataan Vazon saja belum tentu mau didengar olehnya."Yuri merasa terkejut, dia menangis lagi. "Kalau begitu apakah kita harus diam saja melihat Sisilia dipenjara? Lebih baik aku yang menggantikannya dihukum!"Sisilia itu putri mereka, mereka rela menggunakan segala cara untuk menolongnya.Namun, Anton tetap memikirkan PT Sintrom, ada banyak orang yang hidup dengan mengandalkan gaji di perusahaannya, tidak mungkin dia tidak peduli pada mereka.Anton harus membuat rencana jangka panjang.Saat di kantor polisi, Thasia sudah membuat laporannya.Rekamannya juga sudah dipastikan bahwa bukan hasil buatan.Di dunia ini tidak ada kejahatan yang sempurna.Meski Sisilia telah merusak CCTV di sana, selama diselidiki, pasti akan ketemu buktinya.
Saat membahas ini, Thasia bisa mengerti akan perasaan Sisilia, karena mereka sama, Jeremy sempat menolong mereka, sehingga mereka jatuh cinta padanya.Namun, Thasia tidak senekat Sisilia.Kalau waktu itu Jeremy tidak menikah dengannya, Thasia mungkin sudah menyerah, siapa yang sudi mengharapkan cinta bertepuk sebelah tangan.Thasia sekarang berpikir lagi, jika waktu itu mereka tidak menikah, mungkin semua masalah ini tidak akan terjadi."Dulu sudah menjadi kewajibanku menolong orang karena aku ini tentara, hal ini nggak ada hubungannya dengan alasan pribadi, siapa yang rela berkorban demi orang lain, itu semua karena tuntutan tugas saja. Kalau bukan karena waktu itu, aku mungkin nggak akan jadi tentara, juga nggak akan terjadi banyak masalah." Jeremy memikirkan sebuah pengandaian, jika dia dari dulu selalu di Kediaman Keluarga Okson dan tidak pernah pergi, maka dia tidak perlu melakukan hal yang berbahaya seperti itu.Baginya hal itu tidak membanggakan, tapi masa tersuramnya."Aku meng
Saat Jeremy memeluknya, tubuh Thasia membeku, setelah beberapa detik, Thasia menurunkan tangannya yang sedang memasak, dia bertanya, "Kenapa? Sebentar lagi sudah matang."Jeremy malah memeluknya semakin erat, mengubur kepalanya di rambut Thasia, aroma yang familier itu membuat hatinya menjadi lebih tenang. "Nggak apa-apa, aku ingin menemanimu saja, aku baru merasa tenang."Sorot mata Thasia sangat datar, dia masih terus memasak. "Di dapur cukup berminyak, kamu sebaiknya keluar saja."Jeremy malah berkata, "Selama ada kamu, di mana pun nggak masalah."Kalau dulu Thasia mendengar ini, dia mungkin akan merasa tersentuh, hatinya akan berdebar-debar.Sekarang hatinya sudah mati rasa, seakan-akan perkataan manis Jeremy sudah tidak berguna lagi.Mungkin karena Thasia sudah terlalu lama berharap, sekarang hatinya sudah mati.Thasia tidak mendorong Jeremy menjauh, juga tidak menolaknya, hanya diam membiarkan pria itu memeluknya.Thasia juga tahu mereka jarang memiliki kesempatan seperti ini.Ke
Setelah mendengar ini alis Jeremy sedikit berkerut, dia merasa ada yang aneh. Dia menatap Thasia, merasa jarak mereka terlalu jauh. Padahal meja makannya tidak besar, tapi dia merasa jarak mereka sangat jauh, dia pun berkata dengan suara berat, "Thasia, duduk ke sinian."Thasia tidak menolak, dia memindahkan kursinya ke sebelah Jeremy, lalu mengambilkan sayur untuknya. "Kenapa masih belum makan? Makanan buatanku nggak enak?"Jeremy menatap sayur yang diambilkan Thasia untuknya, dia tertegun sejenak, lalu menoleh pada Thasia sambil mengangkat sendoknya. "Bukannya aku sudah pernah bilang, nggak peduli kamu memasak apa, selama masakanmu aku akan memakannya."Dia berkata di depan Thasia, memakan sayur yang tadi diambilkannya, lalu mengangguk. "Hmm, enak. Kamu memang pandai memasak!"Jeremy mengambil sayur yang sama dan memakannya lebih banyak lagi.Thasia melihat Jeremy sepertinya suka masakannya, seketika perasaannya bergejolak, dia tersenyum sambil berkata, "Nggak juga. Biar aku coba, me
Jika keinginan Thasia selamanya menjadi sekretaris pria itu, dia akan betah.Namun, Thasia mulai serakah, dia ingin mendapatkan cintanya.Kalau keadaan dibiarkan seperti ini terus, mereka akan ribut, sehingga semua kenangan indah itu pun akan sirna."Thasia ...." Perasaan Jeremy bergejolak, efek obatnya semakin cepat bekerja, sepasang matanya menatap Thasia dengan lekat. "Kamu meninggalkanku ... untuk bersama Leo, bukan?"Thasia tidak menjawab, dia memberanikan dirinya, di bawah tatapan tajam Jeremy, Thasia menyentuh wajah tampan pria itu.Thasia menatapnya, mencari jejak bayangan Leo dari tubuh Jeremy.Namun, pria di depannya ini Jeremy, sudah bukan lagi pemuda penuh semangat seperti dulu.Thasia masih mengingat semangat juang pria ini yang telah menyelamatkannya dari penculik, bahkan sampai terluka.Thasia sempat berutang nyawa padanya, pria ini pernah berdarah karenanya, tapi setelahnya mereka sudah impas, karena Thasia juga pernah menyelamatkannya.Thasia selalu mengingat setiap ha