"Dulu kasihan, kalau sekarang memangnya masih begitu?" Anton berkata, "Itu Jeremy yang dulu, sekarang Jeremy sudah menguasai PT Okson, kita selama ini berada di luar negeri, coba saja kamu lihat orang-orang di ibu kota selalu menghormati Jeremy, saat ini perkataan Vazon saja belum tentu mau didengar olehnya."Yuri merasa terkejut, dia menangis lagi. "Kalau begitu apakah kita harus diam saja melihat Sisilia dipenjara? Lebih baik aku yang menggantikannya dihukum!"Sisilia itu putri mereka, mereka rela menggunakan segala cara untuk menolongnya.Namun, Anton tetap memikirkan PT Sintrom, ada banyak orang yang hidup dengan mengandalkan gaji di perusahaannya, tidak mungkin dia tidak peduli pada mereka.Anton harus membuat rencana jangka panjang.Saat di kantor polisi, Thasia sudah membuat laporannya.Rekamannya juga sudah dipastikan bahwa bukan hasil buatan.Di dunia ini tidak ada kejahatan yang sempurna.Meski Sisilia telah merusak CCTV di sana, selama diselidiki, pasti akan ketemu buktinya.
Saat membahas ini, Thasia bisa mengerti akan perasaan Sisilia, karena mereka sama, Jeremy sempat menolong mereka, sehingga mereka jatuh cinta padanya.Namun, Thasia tidak senekat Sisilia.Kalau waktu itu Jeremy tidak menikah dengannya, Thasia mungkin sudah menyerah, siapa yang sudi mengharapkan cinta bertepuk sebelah tangan.Thasia sekarang berpikir lagi, jika waktu itu mereka tidak menikah, mungkin semua masalah ini tidak akan terjadi."Dulu sudah menjadi kewajibanku menolong orang karena aku ini tentara, hal ini nggak ada hubungannya dengan alasan pribadi, siapa yang rela berkorban demi orang lain, itu semua karena tuntutan tugas saja. Kalau bukan karena waktu itu, aku mungkin nggak akan jadi tentara, juga nggak akan terjadi banyak masalah." Jeremy memikirkan sebuah pengandaian, jika dia dari dulu selalu di Kediaman Keluarga Okson dan tidak pernah pergi, maka dia tidak perlu melakukan hal yang berbahaya seperti itu.Baginya hal itu tidak membanggakan, tapi masa tersuramnya."Aku meng
Saat Jeremy memeluknya, tubuh Thasia membeku, setelah beberapa detik, Thasia menurunkan tangannya yang sedang memasak, dia bertanya, "Kenapa? Sebentar lagi sudah matang."Jeremy malah memeluknya semakin erat, mengubur kepalanya di rambut Thasia, aroma yang familier itu membuat hatinya menjadi lebih tenang. "Nggak apa-apa, aku ingin menemanimu saja, aku baru merasa tenang."Sorot mata Thasia sangat datar, dia masih terus memasak. "Di dapur cukup berminyak, kamu sebaiknya keluar saja."Jeremy malah berkata, "Selama ada kamu, di mana pun nggak masalah."Kalau dulu Thasia mendengar ini, dia mungkin akan merasa tersentuh, hatinya akan berdebar-debar.Sekarang hatinya sudah mati rasa, seakan-akan perkataan manis Jeremy sudah tidak berguna lagi.Mungkin karena Thasia sudah terlalu lama berharap, sekarang hatinya sudah mati.Thasia tidak mendorong Jeremy menjauh, juga tidak menolaknya, hanya diam membiarkan pria itu memeluknya.Thasia juga tahu mereka jarang memiliki kesempatan seperti ini.Ke
Setelah mendengar ini alis Jeremy sedikit berkerut, dia merasa ada yang aneh. Dia menatap Thasia, merasa jarak mereka terlalu jauh. Padahal meja makannya tidak besar, tapi dia merasa jarak mereka sangat jauh, dia pun berkata dengan suara berat, "Thasia, duduk ke sinian."Thasia tidak menolak, dia memindahkan kursinya ke sebelah Jeremy, lalu mengambilkan sayur untuknya. "Kenapa masih belum makan? Makanan buatanku nggak enak?"Jeremy menatap sayur yang diambilkan Thasia untuknya, dia tertegun sejenak, lalu menoleh pada Thasia sambil mengangkat sendoknya. "Bukannya aku sudah pernah bilang, nggak peduli kamu memasak apa, selama masakanmu aku akan memakannya."Dia berkata di depan Thasia, memakan sayur yang tadi diambilkannya, lalu mengangguk. "Hmm, enak. Kamu memang pandai memasak!"Jeremy mengambil sayur yang sama dan memakannya lebih banyak lagi.Thasia melihat Jeremy sepertinya suka masakannya, seketika perasaannya bergejolak, dia tersenyum sambil berkata, "Nggak juga. Biar aku coba, me
Jika keinginan Thasia selamanya menjadi sekretaris pria itu, dia akan betah.Namun, Thasia mulai serakah, dia ingin mendapatkan cintanya.Kalau keadaan dibiarkan seperti ini terus, mereka akan ribut, sehingga semua kenangan indah itu pun akan sirna."Thasia ...." Perasaan Jeremy bergejolak, efek obatnya semakin cepat bekerja, sepasang matanya menatap Thasia dengan lekat. "Kamu meninggalkanku ... untuk bersama Leo, bukan?"Thasia tidak menjawab, dia memberanikan dirinya, di bawah tatapan tajam Jeremy, Thasia menyentuh wajah tampan pria itu.Thasia menatapnya, mencari jejak bayangan Leo dari tubuh Jeremy.Namun, pria di depannya ini Jeremy, sudah bukan lagi pemuda penuh semangat seperti dulu.Thasia masih mengingat semangat juang pria ini yang telah menyelamatkannya dari penculik, bahkan sampai terluka.Thasia sempat berutang nyawa padanya, pria ini pernah berdarah karenanya, tapi setelahnya mereka sudah impas, karena Thasia juga pernah menyelamatkannya.Thasia selalu mengingat setiap ha
Thasia meminum jusnya, sebelum meminumnya dia bersulang dulu dengan gelas bir milik Jeremy tadi.Anggap saja mereka melakukan perpisahan dengan baik-baik.Sebelum berpisah, mereka sempat makan bersama dengan senang.Sebelum Thasia pergi, dia meletakkan surat cerainya di atas meja.Lalu meletakkan dua tiket pesawat ke Negara Firlanda.Namun, tiket itu bukan atas nama dirinya dan Jeremy, tapi atas nama pria itu dan Lisa.Thasia ingin memberitahunya bahwa dirinya merestui mereka berdua.Negara Firlanda adalah negara yang romantis, paling cocok untuk membawa orang yang dicintainya ke sana.Setelah melakukan semua itu, Thasia membawa kopernya meninggalkan rumah itu.Malam itu tidak ada yang berjaga.Dia pergi dengan lancar.--Keesokan harinya."Pak Jeremy!""Pak Jeremy, bangunlah!"Jeremy perlahan-lahan terbangun, kepalanya terasa berat, seakan-akan ada batu yang menimpanya.Dia memegang keningnya, mengingat kembali semalam Thasia memasak untuknya.Jeremy segera berdiri, tatapannya yang di
Mendengar ini Jeremy tertegun sejenak, dia menyipitkan matanya dengan makna berbahaya. "Rahasia apa?"Saat orang itu melihat Jeremy mulai tertarik dia berkata dengan jujur, "Nona Thasia sempat ke rumah sakit beberapa kali, awalnya dokter dan suster di sana nggak mau bilang dia ke sana untuk apa, mungkin Nona Thasia yang menyuruh mereka untuk tutup mulut. Lalu kami berusaha untuk mencari rekaman CCTV yang menunjukkan Nona Thasia untuk apa ke rumah sakit, kami melihat Nona Thasia pergi ke bagian dokter persalinan."Mendengar ini Jeremy merasa sangat terkejut, dia masih tidak bisa mencerna informasi ini.Jeremy sempat bertemu Thasia di rumah sakit, sepertinya beberapa kali, kata wanita itu menstruasinya kurang lancar, jadi dia pergi ke dokter untuk memeriksanya.Jeremy awalnya ingin menemani Thasia ke dokter, tapi selalu ditolak olehnya.Seharusnya Thasia sengaja ingin merahasiakan hal ini.Sedangkan Jeremy menghargai privasinya Thasia, jadi dia tidak membahas hal ini lagi.Dia tidak pern
Yasmin sadar bahwa Thasia tidak pulang bersama Jeremy.Yasmin juga tahu Jeremy tidak ingin dirinya bertemu Thasia, tidak ingin Yasmin menyulitkan wanita itu, jadi Jeremy menempatkannya di vila lain, pria ini juga sempat tinggal di sana.Namun, dalam beberapa hari ini Jeremy selalu pulang ke sini, Thasia juga tidak terlihat, Yasmin jadi merasa heran.Yasmin juga tidak mendengar Jeremy membahas tentang wanita itu, jadi dia tidak terlalu memikirkannya.Yasmin tahu kalau Thasia sudah beberapa hari ini tidak berangkat kerja.Mungkinkah mereka sudah berpisah?Dia ingin mencari informasi mengenai hal ini, tapi Jeremy tidak akan mengizinkannya, misalkan masalah di Vila Anggrek, Yasmin tidak bisa mengorek informasi dari sana.Bagaimanapun dia ini ibunya Jeremy, nyonya dari keluarga ini, orang-orang di Vila Anggrek juga harus menghormatinya, tapi mereka malah tidak mau mendengarkan perintahnya.Mereka hanya bersedia mendengarkan kata-katanya Jeremy.Hal ini membuat Yasmin kesal saja.Tidak pedul