Orang itu berbicara dengan Thasia sebentar.Sepertinya mereka cukup akrab.Jeremy merasa pernah melihat orang itu, seharusnya pria itu adalah pegawainya.Setelah Thasia berjalan pergi, pria itu mencari-cari sesuatu di tong sampah.Tindakannya membuat alis Jeremy berkerut, mungkin orang itu mengetahui kebenarannya!--Xander sedang tergesa-gesa membuat program.Di perusahaan besar seperti PT Okson, terdapat banyak saingan, dulu saat bekerja di perusahaan kecil, dia seorang pemimpin.Namun, setelah sampai di sini, programmer sepertinya ada belasan orang.Jika ingin naik pangkat, dia harus terlihat menonjol.Setelah meninggalkan perusahaan lama, kalau ingin naik pangkat lagi, dia tidak boleh bersantai-santai, dia harus membuat program secepat mungkin.Saat makan dia juga hanya makan beberapa suap roti saja.Saat ini, tangan Xander sedang memegang roti, dia sudah bersiap-siap memakannya, tapi dia merasa ada orang yang berdiri di sampingnya.Begitu menoleh, dia merasa sangat terkejut, roti
Xander merasa bingung, dia kira Jeremy datang untuk mengatakan kesalahannya, tapi ternyata bukan, pria itu malah bertanya Thasia ke rumah sakit untuk apa.Setelahnya Jeremy langsung berjalan pergi.Apa hubungannya kehamilan Thasia dengan pria itu?Xander merasa bingung, tapi selama dirinya tidak dipecat maka tidak masalah.Jeremy naik ke lift, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dengan kesal, lalu berkata dengan nada dingin, "Cari tahu di mana Thasia berada sekarang!"Beraninya wanita itu selingkuh.Meski Thasia berlari ke ujung dunia sekalipun, Jeremy tetap akan menangkapnya!Tony tidak pernah melihat Jeremy semarah ini, seakan-akan pria itu ingin memakan orang.Saat mendengarnya menanyakan keberadaan Thasia, Tony langsung merinding, dia rasa Thasia akan terkena masalah besar!Tony hanya bisa berdoa Thasia baik-baik saja nanti."Hachi!"Thasia bersin sampai air matanya keluar.Dia menyeka air matanya dengan tisu, lalu terus membuat artikel.Entah siapa yang rindu padanya.Mungkin
Dalam keadaan panik, Thasia memukul punggung pihak lawan sambil berteriak dengan kencang, "Siapa kamu? Lepaskan aku, cepat lepaskan aku!"Pria itu tidak mau mendengarkannya, dia membiarkan Thasia memukul punggungnya sambil berjalan ke depan.Thasia merasa sangat panik sehingga tidak sempat berpikir lagi, dia hanya ingin kabur dari orang ini.Thasia baru tinggal di sini selama beberapa hari, dia tidak tahu di lingkungan baru ini ada penjahat atau tidak.Thasia takut dirinya terluka, jadi saat ini dia sangat ingin kabur.Namun, walau Thasia sudah sekuat tenaga memukul pria itu, orang yang menggendongnya ini tidak memukulnya balik.Seharusnya orang ini bukan penjahat.Meski Thasia berteriak dengan kencang, kelihatannya orang ini juga tidak takut, mungkinkah ....Saat Thasia menyadari sesuatu, tubuhnya tiba-tiba diturunkan ke bawah.Setelah melihat wajah orang itu dengan jelas, ekspresi Thasia langsung berubah. "Kamu ...."Saat ingin berbicara, Thasia baru sadar hubungan mereka sudah hancu
"Kalau begitu bagaimana dengan anak dalam perutmu itu?" Tatapan mata Jeremy saat ini terlihat sangat mengerikan, seperti ada api yang membara di sana.Mendengar ini pupil mata Thasia menegang, dia merasa terkejut.Pria itu tiba-tiba tahu dirinya sedang hamil, hal ini membuat Thasia merasa sangat terkejut, dia tidak tahu harus menjelaskannya dengan alasan apa.Jeremy memperhatikan ekspresi terkejut Thasia, dia langsung tahu bahwa semua ini ternyata benar, dia pun tersenyum sinis. "Kenapa diam saja? Seumur hidup aku nggak pernah dikhianati orang lain, kamu adalah orang yang pertama, menurutmu aku harus menghukummu dengan menggunakan cara apa?"Thasia bisa merasakan kedua tangan pria itu yang terasa berbahaya. Pantas saja selama beberapa hari ini Jeremy tidak mencarinya, tapi malah tiba-tiba datang sekarang, ternyata Jeremy sudah tahu dirinya hamil.Thasia menatap tatapan berbahaya milik Jeremy, seakan-akan pria itu ingin menelannya. Thasia merasa takut untuk memberitahunya, jadi dia meng
Thasia menampar wajah Jeremy.Jeremy tidak menghindari, dia menerima tamparan itu.Di wajahnya terdapat bekas tamparan berwarna merah.Wajah Jeremy terdorong ke samping, lalu dia menoleh, menatap Thasia dengan dingin.Thasia juga merasa terkejut, dia menatap tangannya, dia menampar pria itu dengan kuat tadi, tangannya bahkan terasa sakit.Thasia sendiri juga terkejut dirinya bisa bereaksi seperti ini.Selama tujuh tahun mereka berhubungan, meski mereka pernah bertengkar, Thasia tidak pernah menamparnya.Jangankan Thasia, Jeremy dari kecil sampai sekarang mungkin tidak pernah ditampar."Thasia ..." kata Jeremy dengan nada mengerikan.Thasia menarik kembali tangannya yang kesemutan, lalu menjelaskan, "Aku nggak sengaja ... kalau kamu tadi nggak macam-macam, aku juga nggak akan menamparmu!"Jeremy merasa sangat marah, Thasia sekarang sudah berani meninggalkannya, juga berani memukulnya, tangan Jeremy yang terkepal sampai mengeluarkan bunyi.Melihatnya begitu marah Thasia merasa sangat tak
Thasia bahkan tega memberinya obat.Sedangkan Jeremy hanya memiliki satu permintaan, yaitu menggugurkan anak itu, tapi Thasia tidak bersedia!Thasia ingin melahirkan anaknya dengan pria lain.Beraninya dia!Beraninya Thasia berkata seperti ini padanya!Jeremy pada akhirnya melepas tangan Thasia, dia tidak memaksanya lagi, tapi tatapannya tetap dingin, terlihat jelas dia sangat kecewa pada Thasia. "Thasia, kamu pasti akan menyesal!"Kata-katanya terdengar tegas.Setelahnya Jeremy tidak memedulikan tatapan kecewa Thasia.Mata Thasia yang berkaca-kaca mengeluarkan air mata, dia merasa tertekan, tapi tidak ingin terlihat lemah di depan Jeremy.Jeremy pada akhirnya berjalan pergi dengan cepat tanpa menoleh lagi, pria itu menghilang dari tatapan Thasia.Thasia dengan perlahan menjongkok, melihat tangannya yang memerah, dia memegangnya dengan erat. Matanya menatap ke bawah, terlihat sangat menyedihkan.Thasia merasa sendirian.Namun, perasaan sendirian ini bukan perasaan yang dia miliki dari
Setelah terdiam beberapa detik, Thasia menoleh pada Dhita. "Kamu menyuruhku mewawancarai CEO-nya PT Okson?"Dhita menarik kedua tangannya, dia berdiri sambil berkata, "Benar, apakah ada masalah? Bukan sembarangan orang yang bisa mewawancarai Jeremy, kamu orang yang paling cocok."Thasia menutup dokumen itu, lalu berkata lagi, "Di CV-ku sudah tertulis bahwa aku bekas pegawai PT Okson, kalau begini bukannya kamu menyuruhku kembali ke sana?"Thasia bekerja di stasiun TV ini bisa dibilang dia sudah berpisah dengan PT Okson.Dirinya bahkan bertengkar dengan Jeremy, kalau Thasia kembali lagi, bukankah akan sangat memalukan?Hal ini sama saja dengan dia mengakui perkataan Jeremy bahwa dirinya akan menyesal.Dhita tidak berpikir begitu, dia tidak tahu masalah antara mereka, jadi dia berkata, "Justru karena kamu pegawai dari PT Okson, jadi kamu sedikit memahami tentang mereka, tugas ini paling cocok diserahkan padamu."Thasia meletakkan dokumen itu ke meja. "Bu Dhita, maaf, aku menolak tugas in
Thasia baru bekerja di sini selama beberapa hari, dia saja belum ingat semua nama rekan kerjanya, jadi dia belum pernah berbicara dengan semua orang.Contohnya Diana, dia belum pernah berbicara dengan wanita ini."Ya." Thasia mengambil dokumen itu.Diana malah terlihat tidak senang. "Kenapa Bu Dhita menyerahkan tugas seperti ini padamu? Kamu baru saja bekerja di sini, kenapa dia merasa kamu bisa melakukannya?"Thasia merasa perkataan Diana terdengar sedikit menyindir. "Aku juga merasa sepertinya aku nggak mampu." Thasia sudah sering melihat kejadian seperti ini, mungkin tugas ini sangat diinginkan oleh orang-orang, jadi Thasia menatap Diana. "Kamu mau melakukannya?"Diana tidak menjawabnya.Dia hanya mendengus, seakan-akan berbicara dengan Thasia akan menurunkan martabatnya, wanita itu segera berbalik dan berjalan masuk ke kantor Dhita.Thasia tidak peduli pada sikap sombongnya Diana, jika wanita itu mau mengambil tugas ini dan Dhita setuju, maka akan sangat bagus.Meskipun persaingan