Dia tidak akan membiarkan Thasia pergi, dia ingin menangkapnya lalu membunuhnya."Dasar pembawa sial. Tanpamu kami semua pasti akan baik-baik saja. Kak Santo pasti akan membantuku dan keluarga kita bisa hidup bahagia. Kamulah yang menghalangi kebahagiaan kami, membuat Kak Santo membuang kami. Dasar wanita sialan, aku hajar kamu sampai mati!"Rambut Thasia dijambak olehnya.Dia secara refleks ingin menghindari dan mendorongnya menjauh.Kuku Evelyn cukup panjang, dia bahkan mencakar pipi Thasia, meninggalkan beberapa bekas luka."Bu, kalian sedang di kantor polisi. Dengan tindakanmu ini, kami bisa saja menangkapmu!"Evelyn merasa sangat marah sehingga dia hampir pingsan. "Tangkap saja, tapi aku akan memukulnya sampai mati dulu! Lalu menyeretnya ke neraka juga kalau aku mati!"Evelyn terlihat sangat galak, polisi tidak punya pilihan selain menangkap dan menekannya ke lantai.Wanita itu masih ingin melawan, dia menatap Thasia dengan tatapan marah.Wajah Feni menjadi pucat dan dia menangis.
Yasmin berkata dengan cepat, "Jadi sudah pernah bertemu, baguslah kalau begitu. Lisa, gadis ini adalah Ella.""Dia adalah Lisa."Ella memandang Lisa dengan saksama dan tiba-tiba mengerti, wajahnya pun terlihat tidak senang. "Bibi, mungkinkah dia ini ... pujaan hati Kak Jeremy?"Ella awalnya berpikir jika Yasmin menerima anaknya, pasti dirinya juga diterima.Tanpa diduga, ternyata dirinya yang terlalu berlebihan.Lisa merasa senang mendengar gelar ini, dia pun berkata dengan santai, "Halo, Bibi sudah memberitahuku tentang ceritamu, katanya kamu sedang mengandung anaknya Jeremy, rawatlah bayi itu dengan baik."Ella merasa khawatir, tanpa sadar dia memegangi perutnya, takut mereka akan menyakiti anaknya.Lisa juga menyadari isi pikir gadis itu, dia pun berkata, "Kamu nggak perlu takut. Karena anak itu adalah anak Kak Jeremy, tentu saja aku akan memperlakukannya dengan baik. Kamu nggak perlu khawatir, saat kamu melahirkan nanti, hidupmu pasti akan menjadi lebih baik."Ella merasa tidak yak
Jika Lisa tidak menerimanya, Bibi tetap akan menerimanya.Lisa tidak bisa melawan keinginannya.Lisa juga tidak ingin menjadi orang jahat di mata orang lain.Setelah beberapa saat.Ada suara ketukan di pintu.Ella ada di dalam kamar. Ketika mendengar suara itu, dia bertanya, "Siapa?""Ini aku, Lisa."Ella ragu-ragu sejenak, tapi dia tetap pergi membukakan pintu.Lisa berdiri di depan pintu, memegang semangkuk sup di tangannya, lalu tersenyum padanya. "Kamu nggak turun, jadi aku membawakanmu sup buatan Bibi, supnya wangi sekali."Ella berkata, "Aku nggak nafsu makan."Lisa meletakkan mangkuk sup di atas meja, menatapnya dan bertanya, "Kamu nggak nafsu makan karena melihatku datang?"Ella berkata dengan cepat, "Bukan begitu, jangan berpikir sembarangan.""Baguslah kalau bukan." Lisa memegang tangan Ella dengan erat. "Kamu masih muda, jadi kamu bisa memanggilku Kak Lisa mulai sekarang. Kalau kamu butuh bantuan, katakan saja padaku. Selama aku bisa membantu, aku akan membantumu."Sikap ram
Hal ini terlintas di hati Ella.Thasia menyukai Jeremy, bagaimana mungkin wanita itu ingin bercerai?Dulu Thasia sempat menasihatinya untuk tidak menyukai Jeremy, tapi pada akhirnya wanita itu juga menyukai Jeremy.Ella sedang mengandung seorang anak, Thasia mungkin akan mencelakainya suatu saat nanti.Ella memegangi perutnya, dia merasa waspada. Dia tidak boleh membiarkan Thasia menyakiti anaknyaLisa mengamati ekspresinya Ella, dia pun berhenti membahas hal ini. "Kamu harus istirahat dan ingat makan supnya, aku akan keluar dulu."Setelah itu, Lisa keluar dengan mencibir.Kalimat Lisa tadi membuat Ella gelisah.Dia harus melakukan sesuatu.Ella tiba-tiba teringat pada bibi dan sepupunya Thasia, entah apa yang terjadi pada mereka....Thasia baru saja keluar dari kantor polisi setelah memberikan pengakuannya."Thasia!"Suara Suby terdengar di depan pintu.Pria itu sama sekali tidak mirip dengan Santo. Usianya hampir lima puluh tahun, dengan kulit pucat dan sedikit keriput. Pria itu mem
Suby mengerutkan kening dan terus merokok. "Jangan berlebihan, kalau aku bisa membayarnya, mana mungkin aku nggak mau bayar? Aku akan membayarnya nanti saat punya uang, pinjamkan aku dulu.""Aku nggak punya uang." Thasia berkata, "Aku masih ada urusan, jadi nggak bisa mengobrol denganmu."Melihat Thasia hendak pergi tanpa menoleh ke belakang, Suby merasa tidak dihormati, dia pun melemparkan rokoknya ke tanah dan berkata dengan keras, "Thasia, jangan paksa aku berbuat keterlaluan, nanti yang ada kamu yang susah!"Thasia langsung melaju pergi.Dia tahu persis apa yang diinginkan pamannya.Keluarga mereka itu seperti parasit. Jika Thasia memberikannya kali ini, maka pihak lawan pasti akan meminta uang terus padanya.Secara kebetulan, kejadian ini dilihat oleh Ella yang bersembunyi di pojokan.Dia melihat Suby terlihat kesal, sepertinya pria itu menyimpan dendam terhadap Thasia, Ella pun seketika punya ide.Kali ini, jika Thasia menghilang dari dunia ini, tidak ada yang bisa mengancam diri
Tony pun menutup teleponnya.Saat dia menutup telepon, panggilan itu masuk lagi."Pak Jeremy, mungkin benar-benar terjadi sesuatu," kata Tony.Jeremy sedang membaca koran hari ini, ketika dia mengangkat tatapan matanya, telepon berdering lagi.Biasanya wanita itu tidak akan meneleponnya.Kalau begitu pasti terjadi sesuatu pada Thasia.Jeremy menutup korannya. "Berikan padaku."Tony menyerahkan ponsel kepada Jeremy. Begitu panggilan tersambung, orang di ujung telepon berkata dengan cemas, "Jeremy, apa maksudmu nggak mau angkat telepon? Kamu sudah nggak peduli pada nasib Thasia lagi?"Mendengar ini Jeremy merapatkan bibirnya. "Ada apa?""Nomor Thasia nggak bisa dihubungi!" Sabrina berkata, "Dia berjanji akan menemuiku satu jam lagi, tapi dia sampai sekarang belum datang, dia juga nggak menjawab panggilanku. Biasanya dia selalu tepat waktu, nggak pernah menghilang tanpa alasan. Aku curiga terjadi sesuatu padanya!"Hati Jeremy menegang, semua rasa kesalnya lenyap saat ini. Dia terduduk dan
Jeremy segera mengambil ponselnya dan menemukan jejak orang itu di video kamera CCTV.Pihak lawan tidak tahu bahwa kamera CCTV akan menangkap sosoknya. Dia ingin menghindari sorotan kamera CCTV, jadi dia mengganti pakaiannya di sudut yang tidak ada kamera sebelum berjalan keluar.Butuh beberapa saat untuk menemukan hasilnya.Namun, akhirnya dia menemukannya."Ayo pergi sekarang!"Mereka segera melaju dan mengikuti petunjuk itu untuk mencari Thasia....Thasia merasa sangat lelah dan tubuhnya juga lemas. Dia jelas sedang beristirahat, tapi dia merasa sepertinya terjebak dan tidak bisa bangun.Samar-samar dia mendengar suara, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?""Orangnya sudah kita culik, langsung bunuh saja!""Bunuh? Kamu ingin aku membunuh orang? Dia ini keponakanku. Nggak bisa, aku hanya ingin uang!" Suby merasa sedikit ragu, dia tidak pernah berpikir membunuh Thasia. "Hubungi Jeremy. Kalau dia tahu istrinya diculik, dia pasti akan kasih kita uang!""Jangan, kamu sudah gila!" Meli
"Aku punya uang, jangan sakiti aku!" ujar Thasia.Thasia berkeringat deras, seluruh tubuhnya basah kuyup.Dia ingin mengamankan nyawanya dulu.Tatapannya kembali fokus dan dia melihat lingkungan dirinya berada. Thasia berada di ruangan yang berantakan dengan tangan terikat.Saat dia melihat orang di depannya, wajahnya menjadi pucat. "Paman."Suby memandangnya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Kamu baru mau memanggilku paman sekarang?"Thasia tidak menyangka pamannya akan begitu kejam sehingga berpikir menculiknya seperti ini.Thasia juga tidak berharap pamannya ini akan berbelas kasihan padanya, jadi dia bertanya, "Aku harus bagaimana agar kamu mau melepaskanku?""Bukannya kamu tadi baru bilang kamu punya uang?" Suby bertanya, "Apakah uangnya ada di kartu ini?"Suby sedang memegang kartu yang diberikan Jeremy padanya."Ada."Senyuman muncul lagi di wajah Suby, matanya terlihat serakah. "Ada berapa?"Thasia bertanya, "Jika aku memberikannya padamu, apakah kamu akan melepaskanku?"Suby