Hal ini terlintas di hati Ella.Thasia menyukai Jeremy, bagaimana mungkin wanita itu ingin bercerai?Dulu Thasia sempat menasihatinya untuk tidak menyukai Jeremy, tapi pada akhirnya wanita itu juga menyukai Jeremy.Ella sedang mengandung seorang anak, Thasia mungkin akan mencelakainya suatu saat nanti.Ella memegangi perutnya, dia merasa waspada. Dia tidak boleh membiarkan Thasia menyakiti anaknyaLisa mengamati ekspresinya Ella, dia pun berhenti membahas hal ini. "Kamu harus istirahat dan ingat makan supnya, aku akan keluar dulu."Setelah itu, Lisa keluar dengan mencibir.Kalimat Lisa tadi membuat Ella gelisah.Dia harus melakukan sesuatu.Ella tiba-tiba teringat pada bibi dan sepupunya Thasia, entah apa yang terjadi pada mereka....Thasia baru saja keluar dari kantor polisi setelah memberikan pengakuannya."Thasia!"Suara Suby terdengar di depan pintu.Pria itu sama sekali tidak mirip dengan Santo. Usianya hampir lima puluh tahun, dengan kulit pucat dan sedikit keriput. Pria itu mem
Suby mengerutkan kening dan terus merokok. "Jangan berlebihan, kalau aku bisa membayarnya, mana mungkin aku nggak mau bayar? Aku akan membayarnya nanti saat punya uang, pinjamkan aku dulu.""Aku nggak punya uang." Thasia berkata, "Aku masih ada urusan, jadi nggak bisa mengobrol denganmu."Melihat Thasia hendak pergi tanpa menoleh ke belakang, Suby merasa tidak dihormati, dia pun melemparkan rokoknya ke tanah dan berkata dengan keras, "Thasia, jangan paksa aku berbuat keterlaluan, nanti yang ada kamu yang susah!"Thasia langsung melaju pergi.Dia tahu persis apa yang diinginkan pamannya.Keluarga mereka itu seperti parasit. Jika Thasia memberikannya kali ini, maka pihak lawan pasti akan meminta uang terus padanya.Secara kebetulan, kejadian ini dilihat oleh Ella yang bersembunyi di pojokan.Dia melihat Suby terlihat kesal, sepertinya pria itu menyimpan dendam terhadap Thasia, Ella pun seketika punya ide.Kali ini, jika Thasia menghilang dari dunia ini, tidak ada yang bisa mengancam diri
Tony pun menutup teleponnya.Saat dia menutup telepon, panggilan itu masuk lagi."Pak Jeremy, mungkin benar-benar terjadi sesuatu," kata Tony.Jeremy sedang membaca koran hari ini, ketika dia mengangkat tatapan matanya, telepon berdering lagi.Biasanya wanita itu tidak akan meneleponnya.Kalau begitu pasti terjadi sesuatu pada Thasia.Jeremy menutup korannya. "Berikan padaku."Tony menyerahkan ponsel kepada Jeremy. Begitu panggilan tersambung, orang di ujung telepon berkata dengan cemas, "Jeremy, apa maksudmu nggak mau angkat telepon? Kamu sudah nggak peduli pada nasib Thasia lagi?"Mendengar ini Jeremy merapatkan bibirnya. "Ada apa?""Nomor Thasia nggak bisa dihubungi!" Sabrina berkata, "Dia berjanji akan menemuiku satu jam lagi, tapi dia sampai sekarang belum datang, dia juga nggak menjawab panggilanku. Biasanya dia selalu tepat waktu, nggak pernah menghilang tanpa alasan. Aku curiga terjadi sesuatu padanya!"Hati Jeremy menegang, semua rasa kesalnya lenyap saat ini. Dia terduduk dan
Jeremy segera mengambil ponselnya dan menemukan jejak orang itu di video kamera CCTV.Pihak lawan tidak tahu bahwa kamera CCTV akan menangkap sosoknya. Dia ingin menghindari sorotan kamera CCTV, jadi dia mengganti pakaiannya di sudut yang tidak ada kamera sebelum berjalan keluar.Butuh beberapa saat untuk menemukan hasilnya.Namun, akhirnya dia menemukannya."Ayo pergi sekarang!"Mereka segera melaju dan mengikuti petunjuk itu untuk mencari Thasia....Thasia merasa sangat lelah dan tubuhnya juga lemas. Dia jelas sedang beristirahat, tapi dia merasa sepertinya terjebak dan tidak bisa bangun.Samar-samar dia mendengar suara, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?""Orangnya sudah kita culik, langsung bunuh saja!""Bunuh? Kamu ingin aku membunuh orang? Dia ini keponakanku. Nggak bisa, aku hanya ingin uang!" Suby merasa sedikit ragu, dia tidak pernah berpikir membunuh Thasia. "Hubungi Jeremy. Kalau dia tahu istrinya diculik, dia pasti akan kasih kita uang!""Jangan, kamu sudah gila!" Meli
"Aku punya uang, jangan sakiti aku!" ujar Thasia.Thasia berkeringat deras, seluruh tubuhnya basah kuyup.Dia ingin mengamankan nyawanya dulu.Tatapannya kembali fokus dan dia melihat lingkungan dirinya berada. Thasia berada di ruangan yang berantakan dengan tangan terikat.Saat dia melihat orang di depannya, wajahnya menjadi pucat. "Paman."Suby memandangnya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Kamu baru mau memanggilku paman sekarang?"Thasia tidak menyangka pamannya akan begitu kejam sehingga berpikir menculiknya seperti ini.Thasia juga tidak berharap pamannya ini akan berbelas kasihan padanya, jadi dia bertanya, "Aku harus bagaimana agar kamu mau melepaskanku?""Bukannya kamu tadi baru bilang kamu punya uang?" Suby bertanya, "Apakah uangnya ada di kartu ini?"Suby sedang memegang kartu yang diberikan Jeremy padanya."Ada."Senyuman muncul lagi di wajah Suby, matanya terlihat serakah. "Ada berapa?"Thasia bertanya, "Jika aku memberikannya padamu, apakah kamu akan melepaskanku?"Suby
Setelah mendengar ini, Suby merasa ada benarnya.Dia juga kebetulan bertemu dengan orang itu, wanita itu mendekatinya pasti karena ada maunya.Bagaimanapun, Thasia tetaplah keponakannya.Dia sedang tidak punya pilihan, jadi menggunakan rencana orang lain untuk melawannya.Suby pun melirik ke arah wanita itu.Wanita itu terlihat sedikit cemas dan sangat marah, "Dia berbohong. Kalau bukan aku yang memberimu ide ini, apakah Thasia akan memberimu uangnya? Kita ini harus bekerja sama!"Tidak peduli bagaimanapun, Suby tahu betul tujuannya. Dia memandang Thasia dan berkata, "Thasia, beri tahu aku kata sandinya, maka aku jamin dia nggak akan menyakitimu."Thasia tidak berani memercayainya dengan gegabah.Saat dia ragu-ragu, tiba-tiba terdengar suara mobil di luar.Kali ini Suby merasa panik.Dia meraih Thasia, menaruh pisau di lehernya, berkata dengan gugup, "Ada orang di luar!"Thasia memandangi pisau di depannya, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Wanita itu juga tahu bahwa keadaan m
Benar juga.Pria itu bisa memasukkan 200 miliar ke dalam kartu dan diberikan untuknya.Bagaimana mungkin dia keberatan mengeluarkan uang 100 miliar?Thasia menyipitkan matanya dan merasa sedih. Pria itu baik sekali, sangat baik.Namun, setiap kebaikan yang pria itu lakukan, akan terasa menyakitkan bagi Thasia.Membuatnya tidak mau melepaskan pria itu, tapi dia juga merasa menderita.Suby tertawa dan segera menyebutkan nomor kartu rekeningnya.Jeremy mengeluarkan ponselnya dan menelepon. "Kirimkan 100 miliar ke akun ini!"Ketika wanita yang bersembunyi di belakang melihat ini, dia tiba-tiba merasa panik.Gawat, keadaannya menjadi gawat!Dia harus membunuh Thasia!Ada suara ding.Sebuah pesan masuk ke ponsel Suby.Saat membuka pesannya.Bank mengiriminya pesan.Saat membuka akunnya, dia melihat berapa nominal di sana.100 miliar!Benar-benar dikirim 100 miliar!Dia belum pernah melihat uang sebanyak itu seumur hidupnya.Suby merasa sangat senang dan bahagia, kemudian dia menyimpan ponsel
Mobil yang ditumpangi Suby tiba-tiba meledak.Api menyebar ke seluruh langit, mobilnya langsung meledak.Thasia berdiri di sana, wajahnya yang cantik terpantul cahaya api, matanya melebar.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa mobil itu meledak?Meskipun dia tidak dekat dengan pamannya, tetap saja orang itu paman kandungnya.Bahkan jika orang lain yang mati di depannya pun, dia tetap merasa ketakutan!Pikiran Thasia menjadi kosong, tapi air matanya tanpa sadar mengalir.Thasia berdiri beberapa saat, tubuhnya seperti zombi, tanpa sadar dia berjalan menuju tempat ledakan tadi terjadi."Thasia!"Jeremy sudah sadar kembali saat melihat pemandangan ini.Saat melihat Thasia bergerak, dia langsung memikirkan keselamatannya, memegang pergelangan tangannya, lalu memeluk wanita itu.Matanya menatap dengan serius dan dia berkata, "Di sana berbahaya, jangan pergi ke sana!""Tony, suruh seseorang untuk padamkan apinya dulu!"Mata Thasia memerah, Jeremy menutupi tubuhnya, lalu berkata dengan sangat tenang,