Jeremy segera mengambil ponselnya dan menemukan jejak orang itu di video kamera CCTV.Pihak lawan tidak tahu bahwa kamera CCTV akan menangkap sosoknya. Dia ingin menghindari sorotan kamera CCTV, jadi dia mengganti pakaiannya di sudut yang tidak ada kamera sebelum berjalan keluar.Butuh beberapa saat untuk menemukan hasilnya.Namun, akhirnya dia menemukannya."Ayo pergi sekarang!"Mereka segera melaju dan mengikuti petunjuk itu untuk mencari Thasia....Thasia merasa sangat lelah dan tubuhnya juga lemas. Dia jelas sedang beristirahat, tapi dia merasa sepertinya terjebak dan tidak bisa bangun.Samar-samar dia mendengar suara, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?""Orangnya sudah kita culik, langsung bunuh saja!""Bunuh? Kamu ingin aku membunuh orang? Dia ini keponakanku. Nggak bisa, aku hanya ingin uang!" Suby merasa sedikit ragu, dia tidak pernah berpikir membunuh Thasia. "Hubungi Jeremy. Kalau dia tahu istrinya diculik, dia pasti akan kasih kita uang!""Jangan, kamu sudah gila!" Meli
"Aku punya uang, jangan sakiti aku!" ujar Thasia.Thasia berkeringat deras, seluruh tubuhnya basah kuyup.Dia ingin mengamankan nyawanya dulu.Tatapannya kembali fokus dan dia melihat lingkungan dirinya berada. Thasia berada di ruangan yang berantakan dengan tangan terikat.Saat dia melihat orang di depannya, wajahnya menjadi pucat. "Paman."Suby memandangnya dengan acuh tak acuh dan berkata, "Kamu baru mau memanggilku paman sekarang?"Thasia tidak menyangka pamannya akan begitu kejam sehingga berpikir menculiknya seperti ini.Thasia juga tidak berharap pamannya ini akan berbelas kasihan padanya, jadi dia bertanya, "Aku harus bagaimana agar kamu mau melepaskanku?""Bukannya kamu tadi baru bilang kamu punya uang?" Suby bertanya, "Apakah uangnya ada di kartu ini?"Suby sedang memegang kartu yang diberikan Jeremy padanya."Ada."Senyuman muncul lagi di wajah Suby, matanya terlihat serakah. "Ada berapa?"Thasia bertanya, "Jika aku memberikannya padamu, apakah kamu akan melepaskanku?"Suby
Setelah mendengar ini, Suby merasa ada benarnya.Dia juga kebetulan bertemu dengan orang itu, wanita itu mendekatinya pasti karena ada maunya.Bagaimanapun, Thasia tetaplah keponakannya.Dia sedang tidak punya pilihan, jadi menggunakan rencana orang lain untuk melawannya.Suby pun melirik ke arah wanita itu.Wanita itu terlihat sedikit cemas dan sangat marah, "Dia berbohong. Kalau bukan aku yang memberimu ide ini, apakah Thasia akan memberimu uangnya? Kita ini harus bekerja sama!"Tidak peduli bagaimanapun, Suby tahu betul tujuannya. Dia memandang Thasia dan berkata, "Thasia, beri tahu aku kata sandinya, maka aku jamin dia nggak akan menyakitimu."Thasia tidak berani memercayainya dengan gegabah.Saat dia ragu-ragu, tiba-tiba terdengar suara mobil di luar.Kali ini Suby merasa panik.Dia meraih Thasia, menaruh pisau di lehernya, berkata dengan gugup, "Ada orang di luar!"Thasia memandangi pisau di depannya, dia tidak berani bernapas kencang-kencang.Wanita itu juga tahu bahwa keadaan m
Benar juga.Pria itu bisa memasukkan 200 miliar ke dalam kartu dan diberikan untuknya.Bagaimana mungkin dia keberatan mengeluarkan uang 100 miliar?Thasia menyipitkan matanya dan merasa sedih. Pria itu baik sekali, sangat baik.Namun, setiap kebaikan yang pria itu lakukan, akan terasa menyakitkan bagi Thasia.Membuatnya tidak mau melepaskan pria itu, tapi dia juga merasa menderita.Suby tertawa dan segera menyebutkan nomor kartu rekeningnya.Jeremy mengeluarkan ponselnya dan menelepon. "Kirimkan 100 miliar ke akun ini!"Ketika wanita yang bersembunyi di belakang melihat ini, dia tiba-tiba merasa panik.Gawat, keadaannya menjadi gawat!Dia harus membunuh Thasia!Ada suara ding.Sebuah pesan masuk ke ponsel Suby.Saat membuka pesannya.Bank mengiriminya pesan.Saat membuka akunnya, dia melihat berapa nominal di sana.100 miliar!Benar-benar dikirim 100 miliar!Dia belum pernah melihat uang sebanyak itu seumur hidupnya.Suby merasa sangat senang dan bahagia, kemudian dia menyimpan ponsel
Mobil yang ditumpangi Suby tiba-tiba meledak.Api menyebar ke seluruh langit, mobilnya langsung meledak.Thasia berdiri di sana, wajahnya yang cantik terpantul cahaya api, matanya melebar.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa mobil itu meledak?Meskipun dia tidak dekat dengan pamannya, tetap saja orang itu paman kandungnya.Bahkan jika orang lain yang mati di depannya pun, dia tetap merasa ketakutan!Pikiran Thasia menjadi kosong, tapi air matanya tanpa sadar mengalir.Thasia berdiri beberapa saat, tubuhnya seperti zombi, tanpa sadar dia berjalan menuju tempat ledakan tadi terjadi."Thasia!"Jeremy sudah sadar kembali saat melihat pemandangan ini.Saat melihat Thasia bergerak, dia langsung memikirkan keselamatannya, memegang pergelangan tangannya, lalu memeluk wanita itu.Matanya menatap dengan serius dan dia berkata, "Di sana berbahaya, jangan pergi ke sana!""Tony, suruh seseorang untuk padamkan apinya dulu!"Mata Thasia memerah, Jeremy menutupi tubuhnya, lalu berkata dengan sangat tenang,
Jeremy mengerutkan kening. "Kamu jelas-jelas pingsan tadi baru, lebih aman untuk diperiksa dulu."Thasia mengencangkan pakaiannya dan melihat darah di tangan Jeremy. "Aku rasa kamu yang lebih perlu diperiksa."Thasia segera bangkit dari tempat tidur dan berkata, "Aku hanya memiliki luka kecil di leher saja, perban sedikit juga sudah baik-baik saja!""Dokter, tolong periksa Pak Jeremy dulu."Jeremy menatap Thasia dengan mata menyipit.Dia merasa ada yang tidak beres dengan Thasia.Thasia bersikap sedikit tidak normal.Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya.Wanita ini bilang tidak ingin melakukan pemeriksaan fisik, tapi diam-diam pergi ke rumah sakit swasta.Apa yang ingin dia lakukannya?Ketika dokter melihat bahwa mereka adu mulut, dia berkata, "Pak Jeremy, sebaiknya biarkan seseorang membalut luka kalian dulu."Jeremy tidak langsung menjawab dokter, tapi malah bertanya kepada Thasia, "Kalau kamu nggak mau memeriksa tubuhmu, lalu kenapa kamu diam-diam pergi ke rumah sakit swasta
Thasia tidak berpikir begitu.Dia mengucapkan kata-kata menghina seperti itu karena Lisa.Untuk melindungi dirinya sendiri."Bukannya kamu tahu aku menyukai seseorang?" kata Thasia.Satu kalimat itu langsung membuat Jeremy terdiam.Thasia menyukai seseorang.Namun, dia belum pernah melihat pria itu sebelumnya!Hal ini menjadi teka-teki di antara mereka.Wajah tampan Jeremy menjadi dingin, tapi dia berkata, "Kamu nggak perlu menyebut masalah pria itu. Ketika masa kontraknya habis, aku akan melepaskanmu. Walau kamu nggak memberiku surat cerai itu, aku tetap akan memberikannya padamu!"Setelah masa surat kontrak habis, barulah Jeremy bisa mendapatkan sahamnya.Thasia tahu akan hal ini.Dia pun hanya diam dan mengikuti alur pria itu.Anggap saja sebagai balas budinya untuk Jeremy."Oke." Thasia mengeluarkan ponselnya dan melihat kalender. "Tinggal beberapa hari lagi. Aku harap Pak Jeremy punya waktu saat itu."Jeremy tidak menjawab.Luka kedua orang itu dibalut oleh dokter.Luka Thasia tid
Thasia memegang susu yang masih hangat, dia meminumnya. Rasanya manis, ada aroma susu yang samar-samar tercium.Hal itu menenangkan rasa takutnya, tapi juga memberinya sedikit perasaan sedih."Istirahatlah." Luka Jeremy telah dibalut. Dia berkata lagi, "Aku akan mengurus masalah di polisi."Jeremy tidak ingin Thasia terlalu lelah.Dia akan menyelidiki kasus penculikan ni.Jeremy bahkan tidak berpikir untuk beristirahat.Thasia sedang berbaring di ranjang rumah sakit, tidak lama kemudian ada orang datang."Thasia.""Ibu," teriak Thasia.Bianca datang ke rumah sakit dan melihat Thasia terbaring di tempat tidur dengan luka di lehernya, dia seketika merasa sedih dan langsung menangis. Wanita tua itu berjalan menghampiri Thasia untuk memeluknya. "Bagaimana bisa Suby begitu kejam, dia menculikmu dan mengancammu? Dasar bajingan, dia pasti akan menerima akibatnya! Keluarga kita akan putus hubungan dengan mereka di masa depan! Aku juga memberi tahu ayahmu, inilah akibatnya dia terlalu memanjaka