Mobil yang ditumpangi Suby tiba-tiba meledak.Api menyebar ke seluruh langit, mobilnya langsung meledak.Thasia berdiri di sana, wajahnya yang cantik terpantul cahaya api, matanya melebar.Bagaimana bisa?Bagaimana bisa mobil itu meledak?Meskipun dia tidak dekat dengan pamannya, tetap saja orang itu paman kandungnya.Bahkan jika orang lain yang mati di depannya pun, dia tetap merasa ketakutan!Pikiran Thasia menjadi kosong, tapi air matanya tanpa sadar mengalir.Thasia berdiri beberapa saat, tubuhnya seperti zombi, tanpa sadar dia berjalan menuju tempat ledakan tadi terjadi."Thasia!"Jeremy sudah sadar kembali saat melihat pemandangan ini.Saat melihat Thasia bergerak, dia langsung memikirkan keselamatannya, memegang pergelangan tangannya, lalu memeluk wanita itu.Matanya menatap dengan serius dan dia berkata, "Di sana berbahaya, jangan pergi ke sana!""Tony, suruh seseorang untuk padamkan apinya dulu!"Mata Thasia memerah, Jeremy menutupi tubuhnya, lalu berkata dengan sangat tenang,
Jeremy mengerutkan kening. "Kamu jelas-jelas pingsan tadi baru, lebih aman untuk diperiksa dulu."Thasia mengencangkan pakaiannya dan melihat darah di tangan Jeremy. "Aku rasa kamu yang lebih perlu diperiksa."Thasia segera bangkit dari tempat tidur dan berkata, "Aku hanya memiliki luka kecil di leher saja, perban sedikit juga sudah baik-baik saja!""Dokter, tolong periksa Pak Jeremy dulu."Jeremy menatap Thasia dengan mata menyipit.Dia merasa ada yang tidak beres dengan Thasia.Thasia bersikap sedikit tidak normal.Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya.Wanita ini bilang tidak ingin melakukan pemeriksaan fisik, tapi diam-diam pergi ke rumah sakit swasta.Apa yang ingin dia lakukannya?Ketika dokter melihat bahwa mereka adu mulut, dia berkata, "Pak Jeremy, sebaiknya biarkan seseorang membalut luka kalian dulu."Jeremy tidak langsung menjawab dokter, tapi malah bertanya kepada Thasia, "Kalau kamu nggak mau memeriksa tubuhmu, lalu kenapa kamu diam-diam pergi ke rumah sakit swasta
Thasia tidak berpikir begitu.Dia mengucapkan kata-kata menghina seperti itu karena Lisa.Untuk melindungi dirinya sendiri."Bukannya kamu tahu aku menyukai seseorang?" kata Thasia.Satu kalimat itu langsung membuat Jeremy terdiam.Thasia menyukai seseorang.Namun, dia belum pernah melihat pria itu sebelumnya!Hal ini menjadi teka-teki di antara mereka.Wajah tampan Jeremy menjadi dingin, tapi dia berkata, "Kamu nggak perlu menyebut masalah pria itu. Ketika masa kontraknya habis, aku akan melepaskanmu. Walau kamu nggak memberiku surat cerai itu, aku tetap akan memberikannya padamu!"Setelah masa surat kontrak habis, barulah Jeremy bisa mendapatkan sahamnya.Thasia tahu akan hal ini.Dia pun hanya diam dan mengikuti alur pria itu.Anggap saja sebagai balas budinya untuk Jeremy."Oke." Thasia mengeluarkan ponselnya dan melihat kalender. "Tinggal beberapa hari lagi. Aku harap Pak Jeremy punya waktu saat itu."Jeremy tidak menjawab.Luka kedua orang itu dibalut oleh dokter.Luka Thasia tid
Thasia memegang susu yang masih hangat, dia meminumnya. Rasanya manis, ada aroma susu yang samar-samar tercium.Hal itu menenangkan rasa takutnya, tapi juga memberinya sedikit perasaan sedih."Istirahatlah." Luka Jeremy telah dibalut. Dia berkata lagi, "Aku akan mengurus masalah di polisi."Jeremy tidak ingin Thasia terlalu lelah.Dia akan menyelidiki kasus penculikan ni.Jeremy bahkan tidak berpikir untuk beristirahat.Thasia sedang berbaring di ranjang rumah sakit, tidak lama kemudian ada orang datang."Thasia.""Ibu," teriak Thasia.Bianca datang ke rumah sakit dan melihat Thasia terbaring di tempat tidur dengan luka di lehernya, dia seketika merasa sedih dan langsung menangis. Wanita tua itu berjalan menghampiri Thasia untuk memeluknya. "Bagaimana bisa Suby begitu kejam, dia menculikmu dan mengancammu? Dasar bajingan, dia pasti akan menerima akibatnya! Keluarga kita akan putus hubungan dengan mereka di masa depan! Aku juga memberi tahu ayahmu, inilah akibatnya dia terlalu memanjaka
"Benarkah? Ternyata dia orang yang jahat. Suby meninggal secara tragis. Dia dibunuh oleh keponakannya sendiri. Nggak ada penjelasan akan hal ini. Sungguh menyedihkan.""Apa kata polisi? Mana bisa mereka membiarkan orang mati begitu saja.""Kasusnya dibiarkan begitu saja, pria itu hanya akan dikubur, seakan-akan nggak terjadi apa-apa.""Sungguh nggak adil. Nyawanya telah dicabut oleh Thasia!"Perkataan ini membuat Bianca terlihat tidak senang. "Mereka berbicara sembarangan. Bagaimanapun, kita ini masih saudara, tapi mereka malah bergosip seperti ini!"Keluarga Thasia jarang berhubungan dengan para kerabat ini, pada dasarnya mereka hanya menyapa para kerabat ini untuk basa-basi saja. Bianca memandang Thasia dan berkata, "Thasia, jangan dengarkan omong kosong mereka. Kita hanya masuk untuk mendoakan pamanmu saja."Bianca tidak ingin menimbulkan masalah, mereka juga tidak akan mau datang jika bukan Thasia yang mau datang.Thasia merasa biasa saja, dia sudah sering dibicarakan orang.Bebera
Kejadian ini memiliki arti lain dalam perkataan mereka.Daripada menyalahkannya, mereka lebih seperti melampiaskan rasa iri mereka.Di antara keluarganya, yang paling benar adalah keluarga Thasia.Mereka semua menikah dengan keluarga biasa, jadi tidak ada yang menikah dengan keluarga kaya.Mereka bahkan belum pernah melihat keluarga kaya.Menurut mereka hal ini terasa tidak adil.Kenapa harus Thasia yang mendapatkannya? Sehingga identitas mereka berbeda."Keluarga Siris nggak bisa menampung orang kaya seperti kalian!"Santo sudah terbiasa mendengarkan perkataan mereka selama bertahun-tahun ini, tapi dia ingin mengantarkan kepergian Suby dengan tenang. "Kami nggak pernah memiliki pemikiran seperti itu, kalian jangan berbicara sembarangan tanpa mengetahui seluk beluk masalah ini! Aku nggak ingin berdebat denganmu. Hari ini aku datang untuk mengantarkan kepergian adikku, jadi berhentilah bergosip!""Pergi kalian semua, pergi. Kami nggak menyambut kalian di sini, kami nggak butuh doa dari
Semua orang terdiam.Kemudian perlahan-lahan melihat ke arah sumber suara itu.Mereka melihat beberapa mobil terparkir di belakang, sesosok tubuh yang tinggi dan menarik perhatian berjalan mendekat.Pria itu mengenakan setelan jas hitam abu-abu, berwajah tegas. Dia memiliki sepasang mata yang indah, tatapan matanya tajam dan serius, serta mengeluarkan aura yang membuat orang takut untuk mendekatinya, tapi juga membuat orang kagum padanya.Mereka membuka jalan.Thasia berbalik, dia sedikit terkejut melihat orang itu datang.Tangannya yang terkepal itu mengendur dan dia membuang pipa di tangannya.Suasana hening selama beberapa detik, tiba-tiba seseorang berkata dengan marah, "Siapa kamu! Beraninya kamu ikut campur dalam urusan Keluarga Siris?"Jeremy memandang orang itu dengan tatapan tajam.Orang yang berkata dengan sombong itu seketika terdiam, tiba-tiba dia merasakan aura dingin di punggungnya.Jeremy berkata dengan nada dingin, "Aku ini suami Thasia, menurut kalian apakah aku berhak
Mereka sudah lama tidak menginap di sini, tapi tempat ini sering dibersihkan.Santo dan Bianca juga orang yang tahu diri. Meski mereka tahu pernikahan putrinya sudah tidak akan bertahan lama lagi, mereka tetap menyuruh Thasia berterima kasih pada Jeremy.Jeremy sedang duduk di ruang tamu.Thasia menuangkan segelas air untuknya. "Orang tuaku mengucapkan terima kasih padamu.""Sama-sama."Thasia duduk di sebelahnya dan berkata lagi, "Aku sudah berkata panjang lebar tapi nggak ada yang mau mendengarkanku, begitu kamu yang buka suara, mereka langsung percaya. Apakah diriku terlalu lemah? Kenapa mereka nggak memercayaiku?"Thasia tidak mengerti.Jelas Thasia ingin menyelesaikan masalah ini sendiri, tapi pada akhirnya Jeremy yang membantunya menyelesaikannya.Jeremy meminum air hangatnya dan mendengarkan kata-kata Thasia, ekspresinya tidak terlalu banyak, dia tidak terkejut dengan hal semacam ini. "Kamu harus memahami satu kebenaran, sifat manusia itu jelek. Terutama kerabatmu ini, mereka ng