Saran Arnold membuat Jonathan berpikir untuk setia. Ia baru saja akan memulai hubungan Berlian. Jadinya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk bersama wanita itu lagi, bertahun-tahun lamanya mereka berpisah itu sangat menyiksanya. Kini sekarang mereka sudah mendapat kesempatan untuk bersama, begitu banyak rintangan di hadapannya yang harus dihadapi untuk mendapat status suami istri. Pernikahannya itu akan berlangsung, Untung saja sang kakak mengingatkan dirinya. Dirinya merasa bersyukur karena memiliki seorang kakak yang begitu peduli kepadanya, walaupun Arnold terlihat cuek, tetapi lelaki itu selalu memperdulikan dirinya."Terima kasih Kak atas sarannya, kau bertugas menjadi seorang kakak yang sangat baik untukku," ungkap Jonathan.Arnold tertawa mendengar ucapan itu dari adiknya. Dirinya hanya tidak ingin apabila Jonathan menjadi seperti kemarin-kemarin yang tidak fokus dalam bekerja selalu memikirkan perihal berlian yang justru akan membuat dirinya semakin sibuk yang harus meng
"Kenapa memaksa?" Jonathan tidak tahu harus mengatakan apa. Padahal seharusnya ia jujur karena akan menikah dengan Berlian. "Bukannya dulu kamu selalu menuruti apa yang aku mau." Anggun tersenyum, gigi putihnya terlihat sangat rapi. "Tapi kamu selalu menolakku bukan?" Kini Jonathan yang tersenyum tipis. Nasihat Arnold terngiang di pikirannya. Mendapatkan Berlian begitu sulit, apalagi restu dari sang ayah. Tidak mungkin dirinya menghancurkan semuanya dengan kehadiran Anggun. Wanita itu memang pernah menjadi bagian yang tak terlupakan. "Kamu mau balas dendam?" "Untuk apa?" "Ya, karena kamu selalu aku tolak. Jo, sejak dulu memang aku selalu menolak kamu karena aku tidak mau merusak hubungan pertemanan kita," papar Anggun lagi. Jonathan menarik napas panjang, Anggun selalu bisa merangkak kata. Apalagi saat ia sedang membutuhkan sesuatu atau bantuan darinya sejak dulu saat mereka berkuliah bersama. "Geri, dia yang menjadi alasan kamu selalu menolak aku. Bukan karena pertemanan, tap
"Iya, aku dan Berlian akan menikah." Anggun tak bisa berkata apa pun. Makan malam romantis yang dibayangkan olehnya kini sirna dan hancur karena Jonathan membawa Berlian bersamanya. Senyum penuh kemenangan membaut Berlian percaya diri. Ia yakin calon suaminya sengaja mengajaknya untuk makan malam bersama teman lamanya. "Duduk," ujar Anggun. Anggun berusaha bersikap ramah, hanya saja hatinya merasa sangat dongkol. Apalagi saat ia melihat perhatian Jonathan pada Berlian. Rasanya ia ingin menangis di pojokan bangku. Suasana makan malam terasa hambar, tapi tidak bagi Berlian. Dia sangat menikmati apalagi saat melihat wajah Anggun yang masam. Berlian yakin ada sesuatu sebelumnya antara Jonathan dengan Anggun sampai wanita itu terlihat tidak rela. ***Cantika awalnya mulai gelisah karena Alva beberapa hari tak ada kabar. Dirinya takut jika Alphard tiba-tiba melarikan diri dan meninggalkannya. Bisa-bisa dirinya dijodohkan di dan dinikahkan dengan laki-laki tua pilihan ayahnya itu. Memi
"Tidak usah mengancam aku, aku sudah bersama dengan Alva. Jadi Papa tidak usah cemas," ucap Cantika. Cantika mematikan ponselnya, wajahnya masam dan kembali tak bernapsu makan. Tapi jika dirinya tak malna, anak dalam kandungannya tidak masuk nutrisi banyak. "Di makan, jangan di liatin saja. Kasian bayi dalam kandungan kamu kalau mamanya malas makan," ucap Alva. Pria itu memerhatikan Cantika sejak tadi, mulia dari menerima telepon sampai marah-marah dan menutup ponselnya."Aku enggak mood. Papa kamu menanyakan kamu, dia pikir kamu mau lepas tanggung jawab.""Aku memang berniat sepeti itu karena memang bukan aku yang harus bertanggung jawab atas anak itu bukan?" Cantika bergeming, ia hanya memainkan sedotan di milk shake strawberry miliknya. dirinya tak berani menatap mata Alva. Cantika sadar kalau tak seharusnya Alva yang menikahinya. Namun, ia tak mau menikah dengan pria yang di jodohkan ayahnya itu maupun ayah kandung bayi dalam kandungan miliknya."Benarkan yang aku katakan?" ta
"A--aku lebih baik di luar. Aku janji enggak akan seperti tadi." Cantika pun langsung ke luar dari ruangan. Alva merasa keheranan, ia pun mengikuti Cantika. Beberapa karyawan memperhatikan sang bos yang sedang sibuk dengan wanita yang lebih muda darinya. Cantika kembali duduk di meja tepatnya tadi. Alva pun duduk berhadapan dengannya dan kembali meminta penjelasan. Ada apa dengan wanita itu hingga berteriak ketakutan."Aku meminta maaf, maaf ya, Al. Aku janji tidak akan menyusahkan kamu. Lebih baik aku pergi dari sini." Gadis itu mengambil tas di meja dan langsung keluar restoran. Melihat gelagat aneh Cantika, Alva pun mengejarnya. Dia merasa kepusingan dengan sikap gadis itu. Cantika pun langsung masuk kesebuah angkot yang ia sama sekali tak tahu. "Cantika!" Alva berteriak memanggilnya. "Al, kamu sedang apa?" tanya Bu Shafira. Wanita itu baru saja tiba dan melihat Alva sedang berada di luar. Alva tidak menjawab, ia hanya melirik ke arah angkot pergi. Bu Shafira ikut memperhati
"Baiklah, Papa menghargai keputusan kamu."Alva pun setuju dengan apa yang di katakan oleh pak Hardian. Memang seharusnya seperti itu yaitu pernikahan Berlian dilaksanakan dahulu keluarganya memikirkan tentang pernikahannya.Pak Hardian tak menyangka jika Alva akan menikah dirinya kira putranya itu masih akan lama untuk mendapatkan calon istri karena dekat dengan wanita, yang dirinya tahu jika fotonya itu dulu menyukai Berlian. "Baiklah jika kamu hanya menginginkan pernikahan biasa saja," ungkap Pak Hardian.Pak Hardian meminta Alva membawa Cantika. Sebelum menikah, dirinya juga ingin melihat calon menantunya itu."Mungkin besok waktu kosong Papa."Alva tersenyum, lalu mengangguk karena memang wanita itu sudah berada di Jakarta jadi dirinya tidak perlu repot-repot untuk menjemputnya lagi. Dirinya hanya perlu mengatur jadwal saja untuk mempertemukan cantiknya dan juga keluarganya."Kapan kau bisa membawanya?" tanya Pak Hardian."Secepatnya," jawab Alva.Pak Hardian mengangguk. Lalu di
Cantika kembali merajuk untuk bertemu dengan orang tua Alva. Hanya saja Alva tak mau membiarkan jika gadis itu belum makan. Alva merasa jika Cantika pingsan, itu sangat merepotkan dirinya. Akhirnya ia memutuskan untuk membatalkan bertemu dengan Pak Hardian. "Kamu takut aku pingsan lagi?" tanya Cantika."Iyalah. Kamu itu harusnya sadar, sekarang ada dua orang. Kamu dan bayi kamu."Cantika berhenti merajuk, bahkan dia saja tak begitu memperhatikan kandungannya yang kini masuk usia dua bulan. Mual muntah sudah biasa baginya, tapi pingsan baru pertama kali baginya. "Kamu belum menjadi suami aku saja sudah perhatian, bagaimana jika sudah menikah. Wah padahal kita hanya kontrak loh, kok kamu mendalami sekali." Cantika menggoda Alva. Pria berlesung pipi itu menoleh, lalu hanya menggeleng. Pesanan makan kedua sudah datang, Alva pun mengambilnya dan meminta Cantika untuk makan. "Ayah kamu galak, kalau terjadi sesuatu dengan kamu bisa habis aku," oceh Alva. Alva tak bisa membayangkan saat
Berlian mencoba untuk memahami setiap kata-kata yang neneknya berikan.Tidak lama Jonathan datang, pria itu bersama Cinta sehabis pergi ke sebuah tempat bermain. Namun, Berlian tak ikut karena sedang kurang enak badan. Jadi wanita itu memilih untuk tinggal di rumah dan membiarkan Jonathan bersama putrinya.Cinta terus merajuk karena Jonathan akhir-akhir ini terlalu sibuk dengan pekerjaan serta mengurus pernikahan mereka. Maka dari itu hari ini Jonathan menyempatkan waktu untuk bersama sang Putri, menemaninya bermain dan bermain bersama."Mama!"Berlian menoleh melihat kehadiran putrinya dan juga calon suaminya itu tengah melangkah ke arahnya.Jonathan menghampiri mereka berdua."Sepertinya serius sekali apa yang sedang dibicarakan ini?" tanya Jonathan."Hanya mengobrol ringan saja Jo tidak ada hal penting lainnya. Nenek tadi hanya membuatkan Berlian teh madu agar tubuhnya cepat pulih," papar Nenek Lastri.Berlian masih terdiam, nenek Lastri paham jika cucunya itu masih memikirkan tent
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi