"Kalian mau menginap beberapa hari atau tinggal di sini?" tanya Tante Reni. Wanita itu menatap tajam beberapa barang yang di bawa oleh Cantika juga Alva. Sebab Tuan Rafa tak ada cerita padanya jika anak satu-satunya akan datang membawa banyak barang. Sebenarnya sudah ia duga jika sang Tante akan bertanya banyak hal. Akan tetapi, ia malas menjawabnya dan memiliki masuk tanpa menjawab. "Heh, kamu itu di tanya bukan jawab sih.""Tan, ini rumah siapa sih?""Papa kamu.""Papa aku kan, mau nginep apa tinggal di sini hak aku. Apa mau aku bilang sama Papa kalau Tante mengusir aku?" Cantika menatap tajam sang Tante. "Sudah, ayo masuk kamar saja. Tan, maklum ibu hamil, sensitif," ujar Alva.Alva pun langsung membawa istrinya masuk ke dalam kamar. Sementara, di luar tante Reni menggerutu sendiri karena Cantika yang membuat dirinya sakit kepala. Vera muncul dari ambang pintu menghampiri sang ibu. Ia tak segan bertanya sedang memikirkan apa ibunya sampai terlihat keriput di wajahnya."Itu, se
Vera kembali muntah-muntah, Cantika kembali memergokilnya saat di kamar mandi. Dia curiga sejak lama, lalu mengikuti Vera saat ke dapur.Vera mengambil air hangat lalu meminumnya, Ia hampir kembali ini memuntahkan isi dalam perutnya, tapi Vera menahan dengan memakan permen. "Benarkah kamu sedang hamil, Katakan padaku Vera!" pinta Cantika. Vera merasa gugup saat dia tahu ada Cantika di dapur. Ia bangkit dan menatap Cantika yang sudah menghampirinya. Ia mencoba mencari alasan agar Cantika tak banyak bicara. "Untuk apa kamu ingin tahu semua urusan aku. Lagi pula jangan kamu samakan aku dengan kamu." "Jangan mengelak, ini kan obat mual untuk ibu hamil dan vitamin juga." Cantika menarik obat yang di pegang Vera. Benar dugaannya Vera memang sedang hamil dan obat itu adalah obat mual untuk ibu hamil yang memang dirinya minum juga.Keributan itu terdengar sampai tante Reni pun muncul. Wanita itu pun menghampiri keduanya, juga Tuan Rafa. Vera semakin panik karena sejak beberapa hari Reymon
Dirinya benar-benar terkejut ternyata anak kesayangannya bisa hamil diluar nikah bagaimana bisa dulu dirinya begitu sangat menghina Cantika Karena wanita itu hamil di luar nikah bahkan dirinya menganggap sang keponakan itu benar-benar sebagai wanita hina karena menurutnya ia sudah berhasil mendidik sang anak juga dia tidak menyangka. Tak bisa menerima hal itu, Tante Reni pun pingsan. Melihat ibunya yang sudah tidak sadarkan diri membuat Vera begitu panik. Ia pun masih diliputi rasa takut karena ia yakin ibunya pasti akan sangat marah besar kepada dirinya apalagi dirinya selalu berkata dengan begitu sombong jika ia adalah wanita baik-baik dan menganggap jika Cantika adalah wanita yang begitu buruk karena pernah hamil di luar nikah, apakah sekarang ia menuai karma yang dahulu sering dikatakan kepada Cantika akhirnya benar-benar merasa begitu takut. "Om, Om tolong!" Vera tidak kuat mengangkat tubuh ibunya, dirinya berteriak dengan begitu histeris meminta bantuan Tuan Rafa untuk segera
Tuan Rafa pun sama pusingnya dengan sang adik, dirinya mencoba bercermin dari pengalamannya yang dulu tentang Cantika dirinya ingin bicara kepada Vera pelan-pelan siapa tahu dengan bicara kepada dirinya wanita itu akan mengatakan siapa orangnya dan mungkin saja akan mau bertanggung jawab."Vera, coba katakan siapa orang yang sudah menghamilimu?" tanya Tuan Rafa. Dirinya memang benar-benar penasaran bagaimana bisa hal yang pernah menimpa anaknya kini menimpa juga keponakannya.Namun, dirinya juga merasa bersyukur karena Cantika lebih beruntung dari Vera dan mendapat Alva sebagai suaminya walau pria yang menghamilinya tak bertanggungjawab.Walaupun yang kini berada di hadapannya adalah Tuan Rafa, tetapi tetap saja tidak membuat Vera mau mengatakan yang sebenarnya tentang siapa yang sudah menghamilinya itu juga masih takut karena Raymond pun mengancam akan meninggalkannya jika berani datang ke rumah dan mengatakan kepada orang tuanya jika sekarang dia tengah hamil anak dari lelaki itu di
Cantika terus memperhatikan Vera yang begitu cemas dengan berulang kali mencoba menghubungi seseorang dari ponselnya. Ia yakin sekarang sepupunya itu sedang mencoba menghubungi Reymond sama seperti dirinya dulu sebelum putus hubungan dengan pria brengsek itu. Sebenarnya ia merasa iba pada sepupunya itu, akan tetapi dirinya tidak mau ikut campur kembali dengan urusan pria bernama Raymond. Cantika menghampiri Vera dan berniat untuk menguatkan. "kamu mau mentertawakan aku kan?" Cantika bingung kenapa Vera menuduhnya seperti itu. padahal dia datang dengan niat baik dan menguatkan, tapi malah Vera menuduhnya dengan hal lain."Kamu puas kan, ini kan yang kamu mau, Cantika. Semua orang termasuk mama aku tahu tentang kehamilan ini. lalu, kamu kamu menertawakan aku karena ayah bayi ini menghilang, iyakan?""Aku enggak sepeti itu, kamu saja yang terlalu berpikiran jelek. Padahal aku mau mengatakan jika aku peduli sama kamu. Reymond itu bukan pria baik-baik, lebih baik kamu jangan meminta dia
Vera akhirnya mencoba mencari Reymond, dirinya sudah mencoba untuk menghubungi lelaki itu berulang kali, tetapi tetap saja tidak ada jawaban bahkan pesan-pesan yang dia kirimkan pun tidak dibuka oleh Reymond dirinya benar-benar merasa takut."Aku akan langsung mencoba untuk mendatanginya saja lah," ungkap Vera. Dirinya sudah menemukan alamat lelaki itu dan ia berniat untuk mendatanginya langsung.Vera semalam di minta pulang karena bagaimanapun juga sekarang dirinya Tengah berbadan dua, maka dari itu dia juga harus bisa menjaga kesehatannya dan yang menjaga di rumah sakit adalah tuan Rafa sebagai kakaknya.Setelah bersiap dirinya langsung saja mengambil tas dan keluar dari kamar ia ingin langsung mendatangi lelaki itu untuk meminta pertanggungjawaban karena dirinya sudah benar-benar sangat takut jika sampai dibiarkan terus-terusan Reymond tidak akan mau bertanggung jawab tentang anak yang tengah dirinya kandung itu.Dirinya tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun juga karena jika d
"Alva ada menghubungi kamu tidak Lian?" tanya Bu Shafira.Lian yang sedang membawa mangkuk di piring duduk lalu menghampiri ibunya. "Alva tidak ada menelepon, memang kenapa?" tanyanya."Alva sepertinya marah sama Mama, dia dan Cantika sementara waktu pindah ke rumah ayahnya Cantika itu pun tanpa berdiskusi dengan Mama."Bu Safira mendesah pelan, sudah 3 hari Alva tidak menghubunginya. Dia pun gengsi untuk tidak menghubungi sang anak karena takut malah dia merasa di butuhkan. "Memang kenapa dia tidak mengabari mama, apa di masih marah masalah kemarin?" "Bisa jadi, Mama hanya mau yang terbaik buat dia. Kenapa malah dia seperti itu. Salah kalau Mama marah dengan kebohongan istrinya?" "Ma, Cantika tidak berbohong. Bukanya dia mengatakan jika akan membatalkan dan Alva tidak mau. Lagi pula, Alva sudah tahu sejak awal, hanya saya mereka berdua yang tahu. Ma, sudahlah. Rumah tangga mereka sedang baik-baik saja."Bu Shafira menatap Berlian, kali ini sang anak membela Alva. Ia kembali berpik
Permasalahan rumah tangga yang semakin pelik saja membuat Arnold benar-benar tidak bisa berpikir, apalagi melihat keadaan sang istri yang terlihat begitu saat melihatnya benar-benar membuat dia setengah frustasi untuk menghadapi permasalahan ini. Tadi ayahnya menelpon meminta ia agar segera datang ke ruangan dari Pak Ferdinand.Biasanya permasalahan rumah tangganya itu tidak pernah sampai di telinga ayahnya karena ia bisa menghandle, tetapi permasalahan ini mengenai Rania sudah tidak bisa lagi ditutup-tutupi.Arnold melangkah menuju ruangan ayahnya itu dengan wajah yang benar-benar tidak terurus serta kantong mata yang menghitam pertanda jika dirinya sudah beberapa hari ini tidak bisa tertidur dan lelap.Pak Ferdinand menatap Sang putra yang baru saja duduk di seberang dirinya, wajah putranya itu benar-benar terlihat begitu banyak beban yang tengah dirinya pikirkan. Apalagi sang istri sudah memberitahu tentang masalah yang pernah menggelayuti putrinya yaitu anaknya terlibat sebuah ska