Dirinya benar-benar terkejut ternyata anak kesayangannya bisa hamil diluar nikah bagaimana bisa dulu dirinya begitu sangat menghina Cantika Karena wanita itu hamil di luar nikah bahkan dirinya menganggap sang keponakan itu benar-benar sebagai wanita hina karena menurutnya ia sudah berhasil mendidik sang anak juga dia tidak menyangka. Tak bisa menerima hal itu, Tante Reni pun pingsan. Melihat ibunya yang sudah tidak sadarkan diri membuat Vera begitu panik. Ia pun masih diliputi rasa takut karena ia yakin ibunya pasti akan sangat marah besar kepada dirinya apalagi dirinya selalu berkata dengan begitu sombong jika ia adalah wanita baik-baik dan menganggap jika Cantika adalah wanita yang begitu buruk karena pernah hamil di luar nikah, apakah sekarang ia menuai karma yang dahulu sering dikatakan kepada Cantika akhirnya benar-benar merasa begitu takut. "Om, Om tolong!" Vera tidak kuat mengangkat tubuh ibunya, dirinya berteriak dengan begitu histeris meminta bantuan Tuan Rafa untuk segera
Tuan Rafa pun sama pusingnya dengan sang adik, dirinya mencoba bercermin dari pengalamannya yang dulu tentang Cantika dirinya ingin bicara kepada Vera pelan-pelan siapa tahu dengan bicara kepada dirinya wanita itu akan mengatakan siapa orangnya dan mungkin saja akan mau bertanggung jawab."Vera, coba katakan siapa orang yang sudah menghamilimu?" tanya Tuan Rafa. Dirinya memang benar-benar penasaran bagaimana bisa hal yang pernah menimpa anaknya kini menimpa juga keponakannya.Namun, dirinya juga merasa bersyukur karena Cantika lebih beruntung dari Vera dan mendapat Alva sebagai suaminya walau pria yang menghamilinya tak bertanggungjawab.Walaupun yang kini berada di hadapannya adalah Tuan Rafa, tetapi tetap saja tidak membuat Vera mau mengatakan yang sebenarnya tentang siapa yang sudah menghamilinya itu juga masih takut karena Raymond pun mengancam akan meninggalkannya jika berani datang ke rumah dan mengatakan kepada orang tuanya jika sekarang dia tengah hamil anak dari lelaki itu di
Cantika terus memperhatikan Vera yang begitu cemas dengan berulang kali mencoba menghubungi seseorang dari ponselnya. Ia yakin sekarang sepupunya itu sedang mencoba menghubungi Reymond sama seperti dirinya dulu sebelum putus hubungan dengan pria brengsek itu. Sebenarnya ia merasa iba pada sepupunya itu, akan tetapi dirinya tidak mau ikut campur kembali dengan urusan pria bernama Raymond. Cantika menghampiri Vera dan berniat untuk menguatkan. "kamu mau mentertawakan aku kan?" Cantika bingung kenapa Vera menuduhnya seperti itu. padahal dia datang dengan niat baik dan menguatkan, tapi malah Vera menuduhnya dengan hal lain."Kamu puas kan, ini kan yang kamu mau, Cantika. Semua orang termasuk mama aku tahu tentang kehamilan ini. lalu, kamu kamu menertawakan aku karena ayah bayi ini menghilang, iyakan?""Aku enggak sepeti itu, kamu saja yang terlalu berpikiran jelek. Padahal aku mau mengatakan jika aku peduli sama kamu. Reymond itu bukan pria baik-baik, lebih baik kamu jangan meminta dia
Vera akhirnya mencoba mencari Reymond, dirinya sudah mencoba untuk menghubungi lelaki itu berulang kali, tetapi tetap saja tidak ada jawaban bahkan pesan-pesan yang dia kirimkan pun tidak dibuka oleh Reymond dirinya benar-benar merasa takut."Aku akan langsung mencoba untuk mendatanginya saja lah," ungkap Vera. Dirinya sudah menemukan alamat lelaki itu dan ia berniat untuk mendatanginya langsung.Vera semalam di minta pulang karena bagaimanapun juga sekarang dirinya Tengah berbadan dua, maka dari itu dia juga harus bisa menjaga kesehatannya dan yang menjaga di rumah sakit adalah tuan Rafa sebagai kakaknya.Setelah bersiap dirinya langsung saja mengambil tas dan keluar dari kamar ia ingin langsung mendatangi lelaki itu untuk meminta pertanggungjawaban karena dirinya sudah benar-benar sangat takut jika sampai dibiarkan terus-terusan Reymond tidak akan mau bertanggung jawab tentang anak yang tengah dirinya kandung itu.Dirinya tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun juga karena jika d
"Alva ada menghubungi kamu tidak Lian?" tanya Bu Shafira.Lian yang sedang membawa mangkuk di piring duduk lalu menghampiri ibunya. "Alva tidak ada menelepon, memang kenapa?" tanyanya."Alva sepertinya marah sama Mama, dia dan Cantika sementara waktu pindah ke rumah ayahnya Cantika itu pun tanpa berdiskusi dengan Mama."Bu Safira mendesah pelan, sudah 3 hari Alva tidak menghubunginya. Dia pun gengsi untuk tidak menghubungi sang anak karena takut malah dia merasa di butuhkan. "Memang kenapa dia tidak mengabari mama, apa di masih marah masalah kemarin?" "Bisa jadi, Mama hanya mau yang terbaik buat dia. Kenapa malah dia seperti itu. Salah kalau Mama marah dengan kebohongan istrinya?" "Ma, Cantika tidak berbohong. Bukanya dia mengatakan jika akan membatalkan dan Alva tidak mau. Lagi pula, Alva sudah tahu sejak awal, hanya saya mereka berdua yang tahu. Ma, sudahlah. Rumah tangga mereka sedang baik-baik saja."Bu Shafira menatap Berlian, kali ini sang anak membela Alva. Ia kembali berpik
Permasalahan rumah tangga yang semakin pelik saja membuat Arnold benar-benar tidak bisa berpikir, apalagi melihat keadaan sang istri yang terlihat begitu saat melihatnya benar-benar membuat dia setengah frustasi untuk menghadapi permasalahan ini. Tadi ayahnya menelpon meminta ia agar segera datang ke ruangan dari Pak Ferdinand.Biasanya permasalahan rumah tangganya itu tidak pernah sampai di telinga ayahnya karena ia bisa menghandle, tetapi permasalahan ini mengenai Rania sudah tidak bisa lagi ditutup-tutupi.Arnold melangkah menuju ruangan ayahnya itu dengan wajah yang benar-benar tidak terurus serta kantong mata yang menghitam pertanda jika dirinya sudah beberapa hari ini tidak bisa tertidur dan lelap.Pak Ferdinand menatap Sang putra yang baru saja duduk di seberang dirinya, wajah putranya itu benar-benar terlihat begitu banyak beban yang tengah dirinya pikirkan. Apalagi sang istri sudah memberitahu tentang masalah yang pernah menggelayuti putrinya yaitu anaknya terlibat sebuah ska
Jonathan menunggu Berlian di rumah, ia cemas dengan kondisi sang istri yang bisa saja down jika terlalu banyak aktivitas. Jonathan pun langsung menghampiri saat Berlian masuk di antar sang ibu. "Kenapa baru pulang?" tanya Jonathatha."Iya, tadi mampir ke toko kosmetik sebentar," jawab Berlian. Bu Shafira yang tadi tidak bersama Berlian masuk, kini muncul di ambang pintu. Ia sengaja pamit pada Jonatan dan Berlian karena ada banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. "Enggak besok saja Ma, aku antar pagi-pagi," tawar Jonathan."Beberapa data ada di file, kebetulan enggak pernah bawa. Mama pamit ya, Jo.""Iya, Ma. Aku terima kasih sudah dianter dan ditemani Berlian."Jonathan berterima kasih sama Bu Sahfira, lalu mertuanya pun pamit. Berlian pamit mandi dulu karena ia tak betah dengan aroma keringat yang sejak tadi membanjiri tubuhnya. Sementara, Jonathatha duduk menunggu sang istri sembari memeriksa beberapa berkas yang tidak selesai di kerjakannya. Beberapa waktu, ia pun sempat berbi
Bu Safira menelpon Alva, ada beberapa hari ini sang anak tidak mengabarinya entah sibuk atau memang Alva sengaja menghindari ibunya. Merasa tidak enak Bu Safira mencoba menghubungi sang anak.Namun beberapa lama Alva tidak mengangkat panggilan masuk darinya. Di kepalanya banyak pemikiran tentang sang anak, apa Alva marah padanya atau memang sedang sibuk."Ada apa Ma?" tanya Alva dari sebrang telepon sana."Al, kamu baik-baik saja?" "Mama hanya bertanya tentang aku saja?" Bu Shafira membisu, ia paham yang di maksud oleh sang anak adalah bagaimana dengan kondisi Cantika. Kenapa ia tak bertanya padahal istrinya sedang hamil. Bu Shafira tak kuat berlama-lama berjauhan atau tidak mendengar kabar Alva, tapi dirinya tak mau memaafkan Cantika yang sudah jelas seperti memanfaatkan sang anak. "Ma, kok diam?" "Oh, iya. Bagaimana dengan Cantika? Kandungannya baik-baik saja kan?" Walau Alva tahu sang ibu Sepertinya terpaksa bertanya tentang Cantika, tapi setidaknya ibunya mau peduli dengan is
6Hari ini adalah hari ulang tahun Al Bara, ya hari ulang tahunnya adalah hari di mana anak kandung Jonathan lahir. Tak mungkin Jonathan akan membedakan hari ulang tahun tersebut karena bagaimanapun juga anak lelaki itu adalah pengganti anak kandungnya. Pengganti kebahagiaan keluarganya, dan ia juga benar-benar menyayangi Al Bara seperti putranya sendiri.Apalagi juga dirinya benar-benar sangat menyayangi anak tersebut, kecerdasannya, serta kepiawaiannya membuat ia benar-benar merasakan kasih sayangnya. Entahlah mungkin itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya saat itu lebih memilih albara untuk menjadi anaknya, padahal di panti asuhan sangat sekali bayi-bayi lain. Namun, ia tetap saja memilih Al Bara untuk menjadi putranyaMereka semua sibuk menata ruangan. Dengan semringah dan gembira. Terlihat Berlian juga, Cinta dan Al yang sedang ikut mendekorasi. Memang wanita itu sengaja ingin mendekorasi ruangan itu bersama-sama dengan keluarga, tanpa menggunakan jasa. Berlian hanya ingin me
Jonathan duduk sembari memangku Al Bara. Anak laki-laki itu tadi berceloteh dan didengarkan sang ayah. Lucu, mulut kecil itu selalu mengatakan akan menjadi seperti papa Jo ketika besar. Apa yang selama ini dirinya niatkan jika lahirnya albara itu untuk membuat bahagia dirinya dan juga keluarganya, tetapi di saat ia tersenyum tiba-tiba senyuman itu lenyap seketika. Dimana dirinya kembali lagi mengingat detik-detik saat putranya hilang. Saat itu kebahagiaannya sudah tidak sempurna lagi. Walaupun ia tertawa karena kamu tetapi kebahagiaan itu bisa lenyap tiba-tiba.Jonathan memejamkan matanya, mengapa rasanya benar-benar begitu sangat sakit. Rasanya jauh lebih sakit saat dirinya dan juga berlian berpisah waktu itu. Pernyataan benar-benar merasa jika ia gagal menjadi seorang ayah karena dirinya tidak bisa menemukan dimana keberadaan putranya itu. Namun, Jonathan pun sudah melakukan berbagai macam cara untuk bisa menemukan di mana putranya berada, tapi semuanya hanya berakhir dengan sia-sia
Kabar baik dari Alva di sambut semringah oleh Berlian juga Jonathan. Berlian, tanpa beban dan tidak tahu jika anaknya bukanlah anaknya bisa tersenyum tanpa memikirkan apa pun. Dirinya merasa bahagia karena sekarang saudaranya itu sudah memiliki anak, pasti lengkap sudah kebahagiaan di keluarga mereka itu.Namun, berbeda dengan Jonathan yang walau tersenyum tapi hatinya tetap getir. Setiap memandang bayi itu, ia teringat sang anak. Bahkan, nama yang sudah dia persiapkan pun tak diberikan pada bayi laki-laki itu. Dirinya benar-benar berharap jika ada suatu keajaiban yang membawa putranya bisa kembali lagi, ia tidak mau kehilangan darah dagingnya. Pasti dirinya akan menyesal seumur hidup dan ia akan hidup dalam penyesalan setiap harinya. Sekarang pun ia terus saja berusaha untuk bisa menemukan di mana keberadaan sang anak tanda siang malam dirinya terus saja memikirkan tentang putranya itu.Lagi, Jonathan kembali berbicara pada bayi mungil itu. "Andai kau tahu, aku sesungguhnya belum bi
Mereka semua berkumpul di ruang tamu, Arnold datang bersama Mischa dan Rara yang sudah hamil besar. Putrinya itu sangat merindukan anak Jonathan, sejak tadi siang terus saja merengek sampai-sampai membuat Rara tidak mampu untuk membujuknya lagi dan akhirnya mereka semua datang ke kediaman Jonathan.Arnold langsung saja duduk di sebelah adiknya, dan sang istri langsung saja menghampiri Berlian yang tengah menggendong bayinya itu."Lian, duh jadi deg degan nunggu lahiran," tukas Rara.Rara tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya, ia juga walaupun ini bukan pengalaman pertamanya melahirkan. Namun, ia merasa begitu sangat takut, karena memang setiap lahiran itu berbeda-beda kontraksinya. Dahulu saja ia benar-benar merasa begitu sangat sakit bahkan Arnold pun menolaknya beberapa kali untuk kembali lagi memiliki momongan."Iya Mbak, kamu sehat-sehat ya." Berlian terus saja memberikan motivasi serta nasehat-nasehat kepada Rara untuk tetap menjaga kesehatannya. Berlian juga merasa jika pen
"Bagaimana, dia pintar kah hari ini?" tanya Jonathan saat pulang dari kantor. Pria itu berusaha bersikap tenang seolah-olah bayi laki-laki itu adalah bayinya. Demi kebahagiaan Berlian, dia tak mau istrinya stres dengan keadaan yang sebenarnya.Walaupun dirinya benar-benar begitu sangat tertekan, ia sangat merindukan anaknya dan juga dirinya belum mengetahui bagaimana nasib dari putranya itu. Apakah putranya semua kebutuhannya terpenuhi, apakah putranya sudah minum susu, apakah putranya bisa tidur dengan nyenyak? "Dia pintar, laki-laki hebat seperti kamu."Berlian benar-benar menjadi Ibu yang terbaik untuk kedua anaknya itu. Ia juga sangat menyayangi putranya tersebut, apalagi anaknya benar-benar tidak menyusahkan, tidak seperti bayi lainnya pada umumnya Rio benar-benar begitu sangat penurut dan jarang sekali menangis. Bahkan malam pun anaknya itu pun menangis hanya meminta susu saja. Berlian benar-benar merasa begitu sangat bahagia karena mendapatkan anak-anak yang sangat pintar sep
Masalah rumah sakit di urus oleh Arnold. Sementara, Jonathan fokus dengan bayi yang sudah berada di tangannya dan hari ini akan pulang bersamanya dan Berlian. Entah, dia jatuh hati dengan bayi tampan yang dia adopsi dari sebuah panti asuhan. Sedikit ada kemiripan, bayi laki-laki itu berkulit putih bersih, bibir tipis juga rambut tebal.Atas bantuan kakaknya, dia bisa menemukan bayi itu dirinya tidak mau membuat keadaan sang istri terpuruk dengan apa yang terjadi kepada bayi mereka biarkan dirinyalah yang bertanggung jawab mencari bayi itu dan ia juga tidak akan pernah melepaskan pihak rumah sakit bagaimana bisa mereka semua berkamuflase menyalahkan rencana alam tentang keteledorannya itu benar-benar tidak bisa memaafkan bagaimanapun juga iya seorang ayah dirinya benar-benar kehilangan bayinya."Satrio Perkasa." Jonathan telah memberi nama bayi yang ia adopsi dari sebuah panti asuhan tentu saja hanya dirinya dan juga sang kakak yang mengetahui hal tersebut ia tidak mau jika banyak ora
"Kami akan bertanggung jawab." Pihak rumah sakit benar-benar tidak menyangka, justru Arnold terlihat lebih berambisius dan berapi-api bahkan sejak tadi lelaki itu terus saja mengomel. Ia menyindir pihak ke rumah sakit yang benar-benar begitu sangat teledor bagaimana bisa keponakannya yang baru saja dilahirkan hilang, padahal rumah sakit ini adalah rumah sakit ternama. Rumah sakit besar, tidak mungkin Jonathan memilih rumah sakit asal-asalan untuk perawatan putra dan juga istrinya. Namun, ternyata rumah sakit yang ternama saja bisa begitu teledor. Sekarang dirinya tidak mengetahui bagaimana kondisi dari keponakannya itu, Arnold benar-benar merasa begitu kasihan dengan adiknya tersebut karena terlihat begitu sangat jelas jika Jonathan begitu emosional dan juga sedih."Tanggung jawab? Kalian pikir, keponakan saya hilang itu bisa di ganti?" Arnold marah. Sejak tadi pihak rumah sakit terus saja mengatakan tentang tanggung jawab tanggung jawab, sedangkan mereka saja tidak bisa bertanggung
"Ada apa kamu memanggilku ke sini, Jo?" tanya Arnold. Arnold memang tadi melihat pemberitaan tentang gempa yang baru saja terjadi di kota mereka itu. Ia juga begitu sangat khawatir apalagi saat mengetahui jika adik iparnya baru saja melahirkan dan berada di rumah sakit, iya saja yang berada di rumah merasa begitu sangat panik saat merasakan gempa bumi itu yang berada di rumah sakit.Akan tetapi, saat dirinya menelpon sang adik untuk menanyakan perihal bagaimana keadaannya serta keluarganya di rumah sakit, tetapi adiknya itu justru memintanya untuk segera datang ke rumah sakit dan terdengar suara dari Jonathan sangatlah panik membuat Arnold langsung saja bergegas ke rumah sakit. Dirinya benar-benar merasa begitu sangat khawatir, takut jika terjadi sesuatu."Bayiku hilang." Wajah Arnold berubah memerah, bukan hanya Jo yang emosi. Sebagai kakak dia pun begitu kesal. Lelaki itu langsung saja menuntut adiknya bercerita bagaimana bisa rumah sakit ini adalah rumah sakit besar dan juga tern
Terjadi kegaduhan di ruang bayi, salah satu bayi hilang karena kejadian gempa bumi. Entah suster mana yang membawanya, mereka semua panik lalu menghubungi pihak rumah sakit.Karena jumlah bayi yang diselamatkan serta jumlah bayi yang ada sebelum kejadian itu pun berbeda. "Bagaimana bisa hilang?" tanya salah satu pemimpin rumah sakit. Keadaan benar-benar begitu sangat gaduh, karena salah seorang bayi tiba-tiba menghilang entah suster mana yang membawanya, karena mereka semua tidak ada yang mau mengaku dan mereka memang memegang bayi satu per orang satu."Kami semua panik, membawa bayi satu orang satu. Bayi yang di inkubator itu entah siapa yang membawa, kami semua membawa sekaligus papan namanya. Tapi, bayi yang satu itu ...."Semua suster sangat ketakutan, karena kejadian gempa bumi tadi benar-benar membuat semua orang panik bahkan mereka semua tidak memperhatikan masing-masing bayi yang ada di inkubator. Mereka menyelamatkan bayi yang belum diselamatkan oleh temannya, membawa bayi