Permasalahan rumah tangga yang semakin pelik saja membuat Arnold benar-benar tidak bisa berpikir, apalagi melihat keadaan sang istri yang terlihat begitu saat melihatnya benar-benar membuat dia setengah frustasi untuk menghadapi permasalahan ini. Tadi ayahnya menelpon meminta ia agar segera datang ke ruangan dari Pak Ferdinand.Biasanya permasalahan rumah tangganya itu tidak pernah sampai di telinga ayahnya karena ia bisa menghandle, tetapi permasalahan ini mengenai Rania sudah tidak bisa lagi ditutup-tutupi.Arnold melangkah menuju ruangan ayahnya itu dengan wajah yang benar-benar tidak terurus serta kantong mata yang menghitam pertanda jika dirinya sudah beberapa hari ini tidak bisa tertidur dan lelap.Pak Ferdinand menatap Sang putra yang baru saja duduk di seberang dirinya, wajah putranya itu benar-benar terlihat begitu banyak beban yang tengah dirinya pikirkan. Apalagi sang istri sudah memberitahu tentang masalah yang pernah menggelayuti putrinya yaitu anaknya terlibat sebuah ska
Jonathan menunggu Berlian di rumah, ia cemas dengan kondisi sang istri yang bisa saja down jika terlalu banyak aktivitas. Jonathan pun langsung menghampiri saat Berlian masuk di antar sang ibu. "Kenapa baru pulang?" tanya Jonathatha."Iya, tadi mampir ke toko kosmetik sebentar," jawab Berlian. Bu Shafira yang tadi tidak bersama Berlian masuk, kini muncul di ambang pintu. Ia sengaja pamit pada Jonatan dan Berlian karena ada banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan. "Enggak besok saja Ma, aku antar pagi-pagi," tawar Jonathan."Beberapa data ada di file, kebetulan enggak pernah bawa. Mama pamit ya, Jo.""Iya, Ma. Aku terima kasih sudah dianter dan ditemani Berlian."Jonathan berterima kasih sama Bu Sahfira, lalu mertuanya pun pamit. Berlian pamit mandi dulu karena ia tak betah dengan aroma keringat yang sejak tadi membanjiri tubuhnya. Sementara, Jonathatha duduk menunggu sang istri sembari memeriksa beberapa berkas yang tidak selesai di kerjakannya. Beberapa waktu, ia pun sempat berbi
Bu Safira menelpon Alva, ada beberapa hari ini sang anak tidak mengabarinya entah sibuk atau memang Alva sengaja menghindari ibunya. Merasa tidak enak Bu Safira mencoba menghubungi sang anak.Namun beberapa lama Alva tidak mengangkat panggilan masuk darinya. Di kepalanya banyak pemikiran tentang sang anak, apa Alva marah padanya atau memang sedang sibuk."Ada apa Ma?" tanya Alva dari sebrang telepon sana."Al, kamu baik-baik saja?" "Mama hanya bertanya tentang aku saja?" Bu Shafira membisu, ia paham yang di maksud oleh sang anak adalah bagaimana dengan kondisi Cantika. Kenapa ia tak bertanya padahal istrinya sedang hamil. Bu Shafira tak kuat berlama-lama berjauhan atau tidak mendengar kabar Alva, tapi dirinya tak mau memaafkan Cantika yang sudah jelas seperti memanfaatkan sang anak. "Ma, kok diam?" "Oh, iya. Bagaimana dengan Cantika? Kandungannya baik-baik saja kan?" Walau Alva tahu sang ibu Sepertinya terpaksa bertanya tentang Cantika, tapi setidaknya ibunya mau peduli dengan is
Vera berada di IGD, Tuan Rafa juga Tante Reni pun gegas menuju rumah sakit saat ada yang menghubungi mereka. Sementara, Alva dan Cantika juga sedang menuju rumah sakit.Beberapa waktu lalu ada telepon masuk dan mengabarkan jika Vera berada di rumah sakit karena mengalami pendarahan hebat. Tante Reni gegas menuju IGD saat sampai lalu bertanya apa yang terjadi dengan anaknya. "Pasien sedang di tangani dokter. Ibu tunggu saja, sebentar lagi dokter ke luar dan akan menjelaskan." Salah satu suster menjelaskan pada tante Rani.Benar, tidak lama dokter keluar dari ruangan. Tuan Rafa bergegas menghampiri dokter itu. Lalu bertanya bagaimana keadaan keponakannya. Cantika dan apapun baru datang dan langsung menghampiri sang ayah. Dengar kabar Vera berada di rumah sakit, Cantika langsung mengajak Alva ke sana."Dok, gimana kondisi keponakan saya?""Pendarahannya cukup hebat, kebanyakan anda mengalami keguguran." Cantika teringat saat dia juga pernah merasakan hal yang dirasakan Vera. Keguguran
"Kamu sudah periksa ke dokter lagi belum?" tanya Bu Shafira. Mereka makan siang bersama, setelah sekian lama menahan rindu akhirnya Bu Shafira bisa berkumpul di satu meja bersama anak dan menantunya. Alva pun lega karena sang ibu kini sudah mau menerima Cantika walau harus ada drama ke luar dari rumah. Semua itu ide bagus dari sang ayah yang mencoba membuat Bu Shafira sadar dengan kekeliruan dan keegoisannya. Bagaimana pun, akhirnya ia sukses dengan semua itu. Cantika terlihat bahagia dengan berkumpul bersama ibunya. Bu Shafira kembali sepeti beberapa waktu, ramah dan perhatian. "Aku mau ikut mama ke resto, ketemu Berlian. Boleh Al?" tanya Cantika."Boleh kalau kamu mau. Ma, boleh?" tanya Alva pada sang ibu. "Boleh, dong. Nanti kita ke supermarket dulu biar kamu ada cemilan. Di sana makanan berat, takut kamu pengen nyemil." Bu Shafira terlihat sangat senang. Alva benar-benar bahagia melihat kedua wanita yang dia cintai terlihat akur. Apalagi itu akan membuat Cantika lebih tenang
Jonathan begitu bingung, apalagi dia juga tadi sempat mendengar tangisan dari keponakannya itu. Sebagai seorang anak dirinya juga pernah merasakan mau sebahagia apapun dengan orang lain, pasti akan tetap saja mengingat ibunya begitu juga dengan Mischa keponakannya itu. Apalagi dirinya sangat mengetahui jika hubungan anak dan ibunya pasti memiliki ikatan batin. Mungkin sekarang ponakannya itu tengah merasakan jika di keluarganya sedang tidak baik-baik saja.Jonathan mematikan ponsel."Mischa menangis, dia mencari keberadaan ibunya." Ada rasa iba tersirat di wajah lelaki itu. Dia benar-benar begitu prihatin dengan apa yang terjadi kepada kakaknya tersebut. Memang jika ada masalah antara orang tua pasti anakku yang akan terkena dampaknya dan sekarang sangat terlihat jelas jika yang menjadi korban sesungguhnya di sini.Kebenaran pun belum terungkap dan kakak iparnya masih tetap kokoh ingin mengajukan gugatan perceraian. Tentu saja hal tersebut juga pasti mengganggu pikiran kakaknya dan ju
Sebagai seorang wanita, Bu Resti ibunya Rara pun merasakan rasanya menjadi Rara. Namun, ia mengatakan jika tidak percaya dengan apa yang di perbuat Arnold. Ia bukan membela menantunya itu, tetapi melihat apa yang selama ini dilakukan oleh menantunya sepertinya apa yang dituduhkan oleh wanita bernama Rania itu bukanlah hal yang benar. Dirinya juga benar-benar tidak menyangka bahkan hal tersebut membuat anaknya benar-benar hancur.Apa yang dikatakan oleh Rara itu memang ada benarnya jika putrinya bersama dengan Arnold, tentu semua kebutuhannya pasti akan terjamin. Siapa yang tidak mengenal keluarga Pak Ferdinand pengusaha ternama di Jakarta."Mama, masih benar-benar tidak menyangka jika Arnold melakukan hal itu," ungkap Bu Resti.Rara pun, menoleh dan menatap ke arah ibunya. Jangankan wanita itu, dirinya saja tidak menyangka jika ternyata Arnold bisa berbuat sekeji itu. Pernikahan keduanya yang semula sangat bahagia dan menjadi idaman wanita lain, kini berubah seperti neraka yang mengge
Terdiam seketika Jonathan pun mencoba untuk berpikir positif. Mungkin hanya sekedar nama saja yang sama. Bukan orang yang sama dan yang dia kenal. Namun, nama itu benar-benar sangat familiar di telinganya dan ia juga sangat kenal dengan orang yang dimaksud itu. Dengan keras Jonathan masih berusaha untuk berpikir dan mengingat-ingatnya.Melihat sang suami yang terdiam, membuat Berlian benar-benar heran. Iya terus-terusan menetap ke arah suaminya. Hal apa yang tengah mengganggu pikiran suaminya itu sampai-sampai membuat Jonathan melamun padahal selama ini lelaki itu selalu terlihat ceria dan berusaha untuk menghiburnya dan menguatkannya, karena menurut dokter hormon seorang ibu hamil itu tergantung dengan suaminya yang pandai dalam mengatur suasana hati dari sang istri."Jo, kamu kenapa?" Berlian yang berada tepat di sebelah suaminya itu, langsung saja mengusap wajah dari Jonathan.Jonathan terkejut, karena ia berusaha untuk mengingat-ingat nama itu dan meyakinkan jika dia bukanlah oran