Jonathan menjadi serba salah, proses mencoba baju pun menjadi tidak enak dengan bibir Berlian yang terlihat masam. Akibat ulah Anggun yang membuat dirinya dan Berlian berselisih.Berlian ke luar dengan menggunakan baju pengantin ke dua, lagi-lagi Jonathan di buat tak berkedip. Meskipun tidak dengan senyum, Berlian tetap terlihat cantik.Cinta berlari memeluk sang ibu. Keduanya terlihat bahagia, Berlian terlihat tersenyum tipis melihat Cinta menghampirinya. Momen itu di gunakan oleh Jonatan untuk memotretnya. "Mama cantik sekali," ujar Cinta."Cinta juga sama." Jonathan menghampiri mereka, ia menatap calon pengantinnya yang begitu cantik. Rasa di hatinya ingin memeluk. Hanya saja di depan umum dan itu mungkin tidak nyaman untuk Berlian."Kamu cantik kalau senyum, sudah jangan marah terus. Setelah ini kita telepon Anggun. Tapi, setelah mengantar Cinta pulang," ujar Jonathan."Enggak usah gombal." Berlian sedikit mendorong Jonatan. "Mana aku gombal, kamu memang cantik. Apalagi kalau .
Bagaimana bisa hatinya tidak meleleh dengan ucapan dari Jonathan, Berlian tersipu malu padahal Ia tadi merasa kesal dengan sang kekasih. Apalagi mendengar percakapan antara Jonathan dan anggun hal itu membuatnya sangat jijik. Namun mudah bagi Jonathan membuat berlian kembali tersenyum dan tersipu. Pujian dan kata-kata manis juga janji-janjinya mampu membuat Ibu satu anak itu terbang melayang."Ma." Cinta membuka matanya dan langsung mencari ibunya. Cinta terbangun membuat keduanya tersadar dari saling pandang. Berlian langsung menghampiri sang anak yang mereka tidurkan di sofa. Setelah itu Jonathan menggendong Cinta untuk ke mobil. Sesi pemotretan mereka sudah selesai, Jonathan mengajak untuk ke sebuah mall untuk membuat Cinta senang dengan bermain mandi bola. Beberapa hari lalu sang anak menagih janji pria itu untuk bermain seharian. "Jangan marah lagi, apalagi ngambek. jelek nanti," bisik Jonathan."Bisa saja kamu."Keduanya pun melangkah meninggalkan tempat itu dan menuju mobil.
"Jangan samakan Cantika dengan Berlian." "Jangan samakan bagaimana, mereka sama-sama hamil di luar pernikahan." "Cukup Al. Mama enggak mau dengar kamu mengatakan itu tentang Berlian." Bu Shafira menjadi sangat emosional karena dengan terungkitnya masalah Berlian membuat dirinya merasa bersalah dan gagal. Ia merasa menyesal kenapa tidak memperjuangkan sang anak untuk kembali kepangkuan dirinya. Alva mengusap wajah kasar, ia tak bermaksud membuat ibunya marah dan mengungkit masalah Berlian. Namun, ia hanya ingin sang ibu berkaca pada masalah Berlian. Tidak mudah menjadi Cantika bahkan Berlian. "Aku harus bertanggung jawab. Kalau mama belum menyukai Cantika saat ini, mungkin lama-lama mama akan menyukainya sebagai istri aku." Alva menarik napas, lagi-lagi hal aneh keluar dari mulutnya. Alva mengatakan hal yang sangat membuat dirinya bergidik ngeri. Bahkan tak membayangkan jika ternyata istrinya adalah anak baru lulus kemarin sore. "Baiklah, mama enggak akan memaksa kamu untuk hal y
"Al, jalan sekarang," ujar Cantika. Alva masih saja diam, tapi Cantika malah bangkit dan mencoba pergi dari kursi roda hingga membuat Alva refleks menahannya. "Duduk, biar aku dorong," ucap Alva sembari melirik ke arah pria yang menyapa Cantika. Pria dengan baju kemeja panel itu masih menatap Cantika yang sudah di dorong Alva. Karena terburu-buru ia tak mengejar Cantika dan kembali menuju administrasi rumah sakit. Alva membantu Cantika masuk mobil tanpa bertanya karena mungkin gadis itu tak akan menjawabnya. Ia akan membiarkan nanti saja mungkin Cantika akan bercerita sendiri."Mau aku antar ke mana?" tanya Alva memecahkan kesunyian."Ke rumah papa yang di Jakarta."Alva menoleh, kalau memiliki rumah di Jakarta untuk apa Cantika menginap di hotel. Harusnya dia menginap di rumah saja dari pada di hotel. Cantika hanya tersenyum saat Alva menatapnya tanpa berkedip. Bukan karena wajahnya yang cantik, tapi pria itu berpikir keras tentang pikiran gadis itu. "Kenapa melihat aku seperti
Alva sudah menduga jika sang ibu akan mengaku protes. Skak tetapi, ia tak bisa melakukan apa pun karena Tuan Rafa, ayahnya Cantika tak mau di bantah. "Soalnya ayahnya lagi di Jakarta, lusa balik lagi ke Bandung." Alva mencoba mencari alasan.Terlihat sang ibu tak begitu saja percaya, tapi Alva mencoba meyakinkannya. Untung saja Bu Shafira tak bertanya kembali. "Ya sudah, nanti Mama bilang ke papa. Kamu itu bikin kepala sakit saja, Al." Berlian mengelus pundak sang ibu, ia takut terjadi sesuatu padanya. Mungkin terlihat jelas raut wajah Bu Shafira yang terlihat tidak suka. "Ma, dalam kandungan Cantika ada anak Alva. Mau enggak mau, Mama harus terima. Kasian anak itu," ujar Berlian. Alva yang mendengar itu merasa jijik. Apalagi saat menyebut dirinya ayah dari bayi yang sama sekali tidak di kenal.Beruntungnya Berlian pun ikut memberikan penjelasan hingga sang ibu mulai mengerti. Alva pun ke luar dari ruangan itu. Isi kepalanya mulai suntuk apalagi memikirkan pernikahan itu.Di ruan
Jonathan kembali memikirkan apa yang dikatakan oleh Arnold. Belum mulai saja, pernikahan yang akan berlangsung dalam beberapa hari saja sudah banyak godaannya. Memang sangat sulit untuk menuju sesuatu yang indah, banyak rintangan di jalan yang harus dirinya lewati."Ah."Jonathan bangkit dia melangkah menuju sebuah taman dirinya mencari kesegaran untuk pikirannya yang begitu padat membuat ia bekerja pun tak mampu berkonsentrasi.Anggun, nama wanita yang dulu selalu berada di pikiran Jonathan setelah ia tahu jika Berlian menghilang dan tak ada kabar. kesehariannya bersama Anggun membuatnya ia jatuh hati. Entahlah perasaannya kepada wanita itu seperti terbakar kembali, benih-benih cinta seakan mulai tumbuh lagi di dalam hatinya. Namun, dirinya ingat jika anggun itu hanyalah sebuah masa lalu, menurut sang kakak jika dirinya terus bersama anggun itu akan menjadi duri dalam hubungan dirinya dan juga Berlian nanti.Apalagi Anggun sangat baik dan suka bergaul. Saat di luar negri orang pertam
Pak Ferdinand diam seketika saat Jonathan marah. Heran kenapa anaknya itu bisa semarah itu. Begitu sangat membela wanita yang membuatnya begitu kesal.Apa hebatnya wanita itu sehingga sampai tergila-gila kepadanya, dirinya sudah melakukan berbagai cara untuk memisahkan mereka berdua. Namun, permintaan keduanya semakin dekat.Mulai dari Alea hingga sekarang Anggun tak mampu meluluhkan hati Jonathan. Apalagi sekarang, hari pernikahan mereka semakin dekat membuat dirinya tidak tenang. Dia tidak mau kalah dari Berlian, bisa-bisa wanita itu akan mempermalukannya."Jo, cobalah pertimbangkan Anggun. Wanita itu lebih segalanya daripada Berlian," ungkap Pak Ferdinand.Jonathan bangkit dia menggebrak meja hingga membuat Pak Ferdinand mundur karena terkejut oleh tingkah anaknya itu.Entah kenapa harusnya pak Ferdinand tak bicara hal yang mengundang kemarahan sang anak. Namun, seolah-olah tak kapok, sang ayah terus membuat anaknya marah.Tangan Jonathan mengepal, merah ia benar-benar tidak menget
Alva Sampai di rumah setelah menemui sang ayah, ia pun kini memerkirakan mobilnya di halaman. Setelah mendapatkan jawaban dari sang ayah, Alva pun langsung menghubungi Cantika lewat pesan singkat. Senyum itu tak lepas dari bibirnya, tapi ia sadar kenapa bisa dirinya sesenang itu saat ayahnya mau menemui keluarga cantika. Padahal pernikahan mereka adalah sebuah drama yang sudah mereka tanda tangani sesuai dengan kesepakatan. Alva mengacak-acak rambut, ia mulai merasa ada yang aneh dalam dirinya. Alva turun dari mobil melangkah masuk dan bertemu dengan Berlian dan Cinta."Hai, Om." Cinta menyapa Alva."Hai, cantik. Dari mana, mau ke mana nih?" tanya Alva dengan gayanya yang sok asik. "Mau ke Indomarco, mau beli es cream sama mama. Om mau ikut?" tanya Cinta dengan polos."Hmm, kayanya enggak. Kamu saja sama mama kamu, om belum mandi masih bau asem," ujar Alva sembari memperagakan mencium bajunya.Cinta tertawa, lalu mengangguk dan melihat sang ibu. "Al, bagaimana dengan Papa? Apa se