Share

Damian Swift

Penulis: Do Hawu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Semesta tolong telan aku.

Rasanya aku ingin mati saja. Aku merasa ternoda. Aku meringis. Merutuki nasib sendiri dalam hati. Bagaimana bisa aku sesial ini. 

Mau tau yang lebih parah? Ternyata kejadian ini di perhatikan oleh seorang kakek. Suara deheman membuatku terduduk. Aku masih harus mengumpulkan kesadaran. 

"Kakek, ini tidak seperti yang terlihat. Ini semua adalah ketidaksengajaan." Suara Pak Archer terdengar frustasi. Tapi kakek itu bahkan tidak melirik bahkan sedikitpun padanya.

Aku masih setia di lantai yang beralaskan karpet. Hei, karpet ini lembut. Aku terduduk dengan kepala menunduk. Sebisa mungkin berusaha menyembunyikan wajahku.

Aku bisa merasakan kecemasan dari Pak Archer yang mondar-mandir tidak jelas di ruangan ini. Ia ingin menjelaskan namun sang kakek memaksanya untuk diam.

Sang kakek menunduk dan mengulurkan tangannya, ia hendak membantuku berdiri. Tatapannya tulus, jadi tanpa sadar aku menyambut jemarinya. Dan kakek itu cukup kuat untuk membantuku berdiri dan mengarahkan untuk duduk di sofa panjang yang lembut, ia berada tepat di sampingku.

Ada seseorang berjas hitam yang berdiri di depan pintu. Sedangkan Pak Archer berdiri gelisah di samping mejanya. Saat ini ia sedang menatapku tajam, tapi aku mengabaikannya dan berpura-pura tidak tahu.

"Nak, jangan takut. Kakek tidak akan melarang hubungan kalian. Kakek hanya ingin tahu tentang kamu saja. Kakek tidak menyangka bahwa ternyata cucu kakek ini sudah memiliki kekasih."

"Tidak kakek. Tidak seperti itu." Suara Pak Archer terdengar frustasi. Aku masih berusaha untuk mencerna setiap kata dan kalimat dari pria paruh bayah ini.

Kakek ini, aku tidak tahu dia siapa tapi yang jelas dia pasti memiliki pengaruh karena Pak Archer bahkan tidak bisa membantah setiap perkataannya. 

"Sssttt. Diam kamu. Aku sedang berbicara dengan calon cucu menantuku." Aku membatu mendengar pernyataan sepihak itu. Dan Pak Archer terlihah frustasi. Ingin menjelaskan namun kakeknya tidak memberikan kesempatan.

Dalam hati aku bersorak, setidaknya pria kejam itu bisa merasakan apa yang aku rasakan. Tidak di percaya memang menyakitkan, namun tidak di dengarkan rasanya seperti sekarat karena seribu luka. 

Tapi apa kata kakek ini tadi? Cucu menantu? Sejak kapan?

Aku yakin saat ini wajahku sudah menunjukkan ketidaktahuan yang nyata namun sepertinya tidak di hiraukan oleh pria tua yang tersenyum bahagia. Dan aku terlalu lemah dengan hal yang seperti ini, sungguh, aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaan sang kakek.

Namun kebenaran harus terungkap entah itu menyakitkan atau tidak.

Aku berdehem, mencari suaraku yang ku pikir sudah di ambil Ursula seperti dalam cerita The Mermaid. Tapi aku masih bersuara.

"Jadi..."

"Jadi kapan kalian akan menikah?" Kakek bertanya dengan gembira. 

Dan aku tidak bisa melanjutkan penjelasanku karena binar di matanya membuatku ingin mengabulkan permintaannya, apapun itu. 

Terkutuklah kau Alina Allison karena lemah terhadap permintaan orang yang lebih tua.

"Kakek, kakek. Tunggu. Biar saya jelaskan." Ini harus diluruskan agar tidak ada kesalahpahaman yang merugikan semua pihak.

"Saya tidak ada hubungan sama sekali dengan Pak Archer. Saya hanya seorang cleaning service yang tidak beruntung dan di pecat oleh Pak Archer dan sedang memohon untuk di pekerjakan lagi karena saya butuh uang untuk bertahan hidup."

Satu tarikan napas, aku berkata seperti itu dalam satu tarikan napas. Dan di sambut dengan kerutan marah dari pria tua ini.

"Hah, kalau begitu adegan tidak senonoh apa yang tadi saya lihat?" 

"Saya tidak sengaja terjatuh dengan posisi yang merugikan saya. Saya pun kesal kakek karena wajah saya sudah ternodai." Kali ini aku tidak bisa menahan air mataku yang mengalir bagai rintik hujan.

Sang kakek mengambil tisu dan menyerahkannya padaku. Nyatanya perkataanku berhasil membuatnya tertawa. Apakah ini yang di maksud dengan tertawa di atas penderitaan orang lain? Kali ini aku menjadi orang yang menderita.

"Kalau begitu, nak. Saya ingin menawarkan pekerjaan." Oh, ini adalah sesuatu yang menggiurkan dan air mataku berhenti seketika. Tidak bisa di pungkiri sekarang jantungku berdetak lebih kencang.

Aku merasa senang dan tidak sabar dengan pekerjaan yang ingin ditawarkan kakek ini. Tapi tidak bisa di pungkiri, aku juga ketakutan dengan senyuman kakek ini. Senyuman yang seolah memiliki maksud tersembunyi.

"Pekerjaan apa, kek?” Dalam hati aku menaikan doa agar pekerjaan yang ditawarkan bukanlah menjadi seorang pembunuh.

"Bagaimana dengan menjadi pekerja di rumah kami? Kebetulan salah satu asisten rumah tangga kami harus pulang ke kampung karena akan menikah. Tidak masalah, kan, bagimu untuk menjadi seorang pekerja rumah tangga?" 

Aku mengangguk mantap. Oh, bersih-bersih adalah hobiku. Tentunya ini tidak akan menjadi masalah sama sekali.

"Gajinya berapa kakek?" Aku bersemangat dan memang pada dasarnya aku tidak tahu malu jadi langsung menanyakan bayaranku.

"Dua kali lipat dari pekerjaanmu sebagai cleaning service di sini." Itu angka yang fantastis dan tentu saja aku tidak akan menolaknya. Aku bertepuk tangan gembira. 

"Tapi kamu harus tinggal di rumah kami dan tugas kamu adalah mengurus Archer untuk memenuhi semua kebutuhannya. Mulai dari menyiapkan pakaiannya untuk bekerja dan di rumah, menyiapkan sarapan dan vitamin, mengingatkannya untuk hadir tepat waktu saat makan malam bersama. Intinya adalah tugasmu berkaitan dengan kegiatan Archer yang berkaitan dengan pertemuan keluarga. Bagaimana?"

Pekerjaan itu akan sangat muda untuk dilakukan jika tidak melibatkan pria iblis seperti Pak Archer. Aku menelan ludah kasar. Sesungguhnya itu sangat menggiurkan karena kapan lagi aku bisa mendapatkan gaji besar?

Tapi aku sungguh tidak ingin mengambil keputusan dengan terburu-buru.

“Ijinkan saya untuk memikirkan dulu, kek.” Kakek itu menghela napas panjang.

“Baiklah, nak. Kakek akan memberikanmu waktu selama dua hari. Apakah itu cukup?”

Tidak.

Tapi pikiran itu aku telan. Aku menganggukkan kepala.

“Cukup, kek.” Aku tersenyum. Namun sedetik kemudian aku merinding melihat tatapan tajam dari Pak Archer.

Jika tatapan bisa membunuh, mungkin aku sudah terkapar tak bernyawa. Aku mengalihkan pandangan, memilih untuk mengambil kembali cupcake dari lantai.

“Oh, apakah ini kue buatanmu sendiri?”

 “Benar, kek. Tapi sayang, kue ini sudah tidak bisa dimakan.”

Aku menghela napas panjang.

“Jika ada kesempatan, aku akan membuatkan cupcake untuk kakek.”

Kakek itu tersenyum. Aku menyadari satu hal. Ya ampun, aku sama sekali tidak tahu nama kakek ini.

Aku tersenyum malu-malu lalu bertanya.

“Mohon maaf, kek. Nama kakek siapa, ya?”

“Oh, benar. Kita belum kenalan sama sekali, kan?”

Aku mengangguk bersemangat. Aku mengulurkan tangan dan dibalas hangat oleh kakek itu.

“Nama saya Nawila Allison.”

“Saya Damian Swift.”

Seketika aku kaku seperti tersambar petir.

Damian Swift. Nama itu sama sekali tidak asing. Nama itu selalu muncul di setiap baliho dan spanduk yang terpasang di jalanan.

Baru ku sadari bahwa orang dihadapanku ini adalah pemilik saham terbesar di Swift Enterprise.  Ia adalah orang terhormat dan di hargai oleh para pebisnis dan ia menjadi tokoh panutan.

Apakah Dewi Fortuna sedang memihakku sekarang atau Algea yang menghampiriku.

*

Bab terkait

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   You Never Know

    But you never know unless you walked on my shoes. Setiap keputusan tentunya memiliki resiko. Aku sudah berpikir terlalu panjang dan terlalu jauh hingga akhirnya lelah dan tersadar bahwa aku tertidur di sofa. Pantas saja badanku terasa sakit. Pagi ini, bahkan aku bangun terlalu awal. Matahari bahkan belum bersinar. Ruangan ini juga gelap. Sudah seminggu sejak aku bertemu dengan Kakek Damian. Aku sama sekali tidak mengontak mereka. Dan mereka juga tidak berusaha untuk menghampiriku. Aku melihat dapur yang berantakan. Kemarin aku memanggang kue, pesanan temanku untuk acara ulang tahun anaknya. Aku melihat jam di layar gawai. Pukul 05:00 AM. Aku meregangkan badan,mengambil udara sebanyak-banyaknya dan segera menuju dapur. Aku mencuci bersih semua tempat yang di gunakan untuk membuat kue semalam. Bekerja sambil mendengarkan musik adalah hal yang biasa aku lakukan. Suara air mendidih dari ketel listrik membuatku bergegas mengambil kopi instan dari dalam laci. Aroma kopi yang mengu

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   The Contract

    Mungkin karena tidur di tempat baru, aku bangun lebih awal. Masih ada satu jam sebelum alarm di gawai berbunyi. Suasana kamar ini begitu asing.Ada baiknya aku mempersiapkan diri. Sambil bersenandung lagu Until I Think of You.Sang penyanyi, Tori Kelly, adalah salah satu penyanyi favorit. Terkadang aku berandai-andai memiliki suara seindah itu.Mungkin saat ini aku sudah menjadi penyanyi.Tapi mari kita abaikan pikiran itu, karena ketukan terdengar.Ardy Peat terlihat segar di hadapanku.“Selamat pagi Nona Alina.”Aku tersenyum meski pun pria ini tidak menampilkan ekspresi berarti.“Anda sudah siap, Nona?”Aku mengangguk bersemangat.“Sudah Pak Ardy. Saya siap diajak berkeliling.” Ia lalu berjalan terlebih dulu."Baik Nona. Pertama mari ikuti saya.”Langkahnya cepat, sedikit sulit bagiku untuk mengikuti ritme pria ini.Ckckckck. Kenapa kakimu pendek sih, Alina?Kami memasuki sebuah ruangan. Ada Kakek Damian yang duduk sambil menikmati sarapan pagi.Dilihat dari meja yang lebar, dan kursi yan

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Morning Drama

    “Hah? Saya, Pak?”Ia mengangguk. Aku melirik tempat tidur besar di tengah kamar.Ada iblis yang pulas dan tugasku adalah membangunkan iblis itu. Aku menelan ludah kasar.Aku melangkah perlahan mendekat. “Bagaimana saya harus membangunkan tuan muda, Pak Ardy?”“Nona harus memanggil tuan muda dengan suara lembut.”Aku segera melakukannya. Namun tidak dengan suara lembut. Aku merasa jijik jika harus memanggilnya dengan lembut.“Tuan Muda Archer!!”Aku berteriak. Dan satu kali panggilan cukup untuk membangunkan pria itu.Ia terduduk dan kebingungan selama beberapa detik.Pak Ardy menahan napas, ia menatap tajam padaku. Namun tidak ku pedulikan. Ah,rasanya bahagia melihat Pak Archer yang kebingungan.“Tuan muda, sudah saatnya anda bersiap.”“Ya?”Sepertinya tuan muda ini belum mengumpulkan nyawa seutuhnya.“Nona Alina siap membantu anda bersiap.

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   I Don't Love Drama, It Loves Me

    Terkadang aku merasa begitu relate dengan lagu dari salah satu penyanyi pop yang sedang naik daun saat ini. Kabarnya penyanyi itu sedang mengadakan tour dunia. Ya, aku tidak peduli sih. Karena tidak ada hubungannya denganku.Ku akui beberapa lagunya memberikan semangat lebih untuk menjalani hari yang berat tapi menghabiskan uang sebanyak itu untuk nonton konsernya, aku harus berpikir seribu kali.Aku selalu bersemangat menjalani hari. Bisa di katakan aku adalah morning person. Dan segelas kopi hangat yang menjadi candu selalu bisa mengantarku untuk melewati hari.Tapi untuk hari ini rasanya, kafein sebanyak apapun sepertinya tidak akan mampu menghilangkan sakit kepalaku. Kejadian kemarin masih segar di ingatan. Setelah Archer mengganti baju dia tidak melanjutkan sarapan dan langsung berangkat ke kantor. Aku di marahi habis-habisan oleh Pak Ardy.Untungnya kesalahanku masih bisa di maafkan dan tidak ada pemotongan gaji atau apapun itu, tidak ada hukuman berarti. Aku bersyukur untuk in

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Fiancé

    “Aku tidak tahu dia akan mampir kesini. Bukankah dia baru tiba?” Pak Ardy mengangguk.“Benar, Tuan Muda. Dari bandara Nona Felicia langsung menuju ke sini.” Archer memakai jam tanganya.Sungguh aku sangat penasaran dengan perempuan bernama Felicia ini. Aku menahan diri untuk tidak bersuara, untuk tidak heboh dan mulai bertanya pada Pak Ardy.Setidaknya sampai kami keluar dari kamar ini dan Archer menghilang ke ruangan makan. Salah satu pekerjaanku memang menyiapkan sarapan untuk Archer namun untuk hari ini aku bisa bersantai sejenak karena ia akan sarapan bersama Kakek Damian juga bersama Felicia.Aku memasuki dapur. Suasana nampak lengang, hanya ada beberapa orang berpakaian putih lengkap dengan celemek yang sedang memotong buah-buahan. Aku mendekati salah satu dari mereka.“Hey, Abel. Gimana kabarmu?” Abel adalah seorang pria berusia 25 tahun. Seumuran denganku. Wajahnya manis dengan tahi lalat di bawah matanya.“Baik, Alina. Gimana Tuan Muda Archer?” Inilah yang membuatku sedikit k

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Problem Around Me

    Aku menarik napas dalam. Sekarang aku mengerti kenapa tubuhku tidak bisa bohay seperti Delima yang bertugas sebagai Customer Service. Perusahaan tempatku bekerja ini memiliki lantai gedung yang terlalu banyak. 48 lantai. Maksudku, untuk apa lantai sebanyak ini? Yah, yang pastinya juga untuk menghasilkan banyak uang. "Alina, jangan lupa toilet di lantai bawah." Itu suara Adam. Bukan, bukan Adam Levine tapi Adam Sutisno. Supervisor yang baik hati walaupun terkadang tega karena membiarkan wanita cantik dan lemah lembut sepertiku ini bekerja sendirian. "Iya, Pak. Tahu. Bawel amat sih." Meskipun menggerutu mendengar titahnya, aku tetap membawa peralatan pembersih ke toilet. Pak Adam masih setia berdiri di pintu masuk. Sepertinya aku akan kembali mendengarkan ceramahnya. “Alina, sebagai seorang yang bertanggungjawab dalam menjaga perusahaan tetap bersih. Ini sudah tugasku untuk mengingatkan kamu.” “Iya, iya Pak Adam yang paling baik sedunia. Udah ah, Pak. Mau lanjutin kerja. Bapak

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   The Devil

    Aku selalu merasa bahwa hidupku tenteram. Namun sekarang tidak lagi. Ketika kata 'pecat dia' menghantuiku hingga aku tidak tidur sama sekali sepanjang malam. Jadi, dengan kantung mata tebal ini, aku menatap cupcake yang masih panas, baru saja mengeluarkan kue ini dari oven. Setelah dipanggang, aku dinginkan sebentar sebelum mulai menghiasnya dengan butter cream hijau dengan taburan coklat di atasnya.'Cupcake ‘penghapusan dosa’ ini terlihat menggiurkan, bahkan untuk diriku sendiri. Ternyata memiliki hobi membuat kue ini ada untungnya juga. Mungkin dengan ini, aku bisa menyogok Pak Archer agak tidak memecatku.Sekali lagi aku memeriksa cupcake. Semuanya sudah rapi di dalam box. Semoga Pak Archer mau menerima ini."Kalau tidak diterima, mungkin aku akan memikirkan lebih serius jadi pembuat kue di sosmed," gumamku sambil pura-pura menangis.Dalam hati aku berdoa agar dia mau memaafkanku dan tidak jadi memecatku. Kinerjaku selama ini bagus dan harusnya ini bisa menjadi bahan pertimbangan

Bab terbaru

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Fiancé

    “Aku tidak tahu dia akan mampir kesini. Bukankah dia baru tiba?” Pak Ardy mengangguk.“Benar, Tuan Muda. Dari bandara Nona Felicia langsung menuju ke sini.” Archer memakai jam tanganya.Sungguh aku sangat penasaran dengan perempuan bernama Felicia ini. Aku menahan diri untuk tidak bersuara, untuk tidak heboh dan mulai bertanya pada Pak Ardy.Setidaknya sampai kami keluar dari kamar ini dan Archer menghilang ke ruangan makan. Salah satu pekerjaanku memang menyiapkan sarapan untuk Archer namun untuk hari ini aku bisa bersantai sejenak karena ia akan sarapan bersama Kakek Damian juga bersama Felicia.Aku memasuki dapur. Suasana nampak lengang, hanya ada beberapa orang berpakaian putih lengkap dengan celemek yang sedang memotong buah-buahan. Aku mendekati salah satu dari mereka.“Hey, Abel. Gimana kabarmu?” Abel adalah seorang pria berusia 25 tahun. Seumuran denganku. Wajahnya manis dengan tahi lalat di bawah matanya.“Baik, Alina. Gimana Tuan Muda Archer?” Inilah yang membuatku sedikit k

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   I Don't Love Drama, It Loves Me

    Terkadang aku merasa begitu relate dengan lagu dari salah satu penyanyi pop yang sedang naik daun saat ini. Kabarnya penyanyi itu sedang mengadakan tour dunia. Ya, aku tidak peduli sih. Karena tidak ada hubungannya denganku.Ku akui beberapa lagunya memberikan semangat lebih untuk menjalani hari yang berat tapi menghabiskan uang sebanyak itu untuk nonton konsernya, aku harus berpikir seribu kali.Aku selalu bersemangat menjalani hari. Bisa di katakan aku adalah morning person. Dan segelas kopi hangat yang menjadi candu selalu bisa mengantarku untuk melewati hari.Tapi untuk hari ini rasanya, kafein sebanyak apapun sepertinya tidak akan mampu menghilangkan sakit kepalaku. Kejadian kemarin masih segar di ingatan. Setelah Archer mengganti baju dia tidak melanjutkan sarapan dan langsung berangkat ke kantor. Aku di marahi habis-habisan oleh Pak Ardy.Untungnya kesalahanku masih bisa di maafkan dan tidak ada pemotongan gaji atau apapun itu, tidak ada hukuman berarti. Aku bersyukur untuk in

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Morning Drama

    “Hah? Saya, Pak?”Ia mengangguk. Aku melirik tempat tidur besar di tengah kamar.Ada iblis yang pulas dan tugasku adalah membangunkan iblis itu. Aku menelan ludah kasar.Aku melangkah perlahan mendekat. “Bagaimana saya harus membangunkan tuan muda, Pak Ardy?”“Nona harus memanggil tuan muda dengan suara lembut.”Aku segera melakukannya. Namun tidak dengan suara lembut. Aku merasa jijik jika harus memanggilnya dengan lembut.“Tuan Muda Archer!!”Aku berteriak. Dan satu kali panggilan cukup untuk membangunkan pria itu.Ia terduduk dan kebingungan selama beberapa detik.Pak Ardy menahan napas, ia menatap tajam padaku. Namun tidak ku pedulikan. Ah,rasanya bahagia melihat Pak Archer yang kebingungan.“Tuan muda, sudah saatnya anda bersiap.”“Ya?”Sepertinya tuan muda ini belum mengumpulkan nyawa seutuhnya.“Nona Alina siap membantu anda bersiap.

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   The Contract

    Mungkin karena tidur di tempat baru, aku bangun lebih awal. Masih ada satu jam sebelum alarm di gawai berbunyi. Suasana kamar ini begitu asing.Ada baiknya aku mempersiapkan diri. Sambil bersenandung lagu Until I Think of You.Sang penyanyi, Tori Kelly, adalah salah satu penyanyi favorit. Terkadang aku berandai-andai memiliki suara seindah itu.Mungkin saat ini aku sudah menjadi penyanyi.Tapi mari kita abaikan pikiran itu, karena ketukan terdengar.Ardy Peat terlihat segar di hadapanku.“Selamat pagi Nona Alina.”Aku tersenyum meski pun pria ini tidak menampilkan ekspresi berarti.“Anda sudah siap, Nona?”Aku mengangguk bersemangat.“Sudah Pak Ardy. Saya siap diajak berkeliling.” Ia lalu berjalan terlebih dulu."Baik Nona. Pertama mari ikuti saya.”Langkahnya cepat, sedikit sulit bagiku untuk mengikuti ritme pria ini.Ckckckck. Kenapa kakimu pendek sih, Alina?Kami memasuki sebuah ruangan. Ada Kakek Damian yang duduk sambil menikmati sarapan pagi.Dilihat dari meja yang lebar, dan kursi yan

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   You Never Know

    But you never know unless you walked on my shoes. Setiap keputusan tentunya memiliki resiko. Aku sudah berpikir terlalu panjang dan terlalu jauh hingga akhirnya lelah dan tersadar bahwa aku tertidur di sofa. Pantas saja badanku terasa sakit. Pagi ini, bahkan aku bangun terlalu awal. Matahari bahkan belum bersinar. Ruangan ini juga gelap. Sudah seminggu sejak aku bertemu dengan Kakek Damian. Aku sama sekali tidak mengontak mereka. Dan mereka juga tidak berusaha untuk menghampiriku. Aku melihat dapur yang berantakan. Kemarin aku memanggang kue, pesanan temanku untuk acara ulang tahun anaknya. Aku melihat jam di layar gawai. Pukul 05:00 AM. Aku meregangkan badan,mengambil udara sebanyak-banyaknya dan segera menuju dapur. Aku mencuci bersih semua tempat yang di gunakan untuk membuat kue semalam. Bekerja sambil mendengarkan musik adalah hal yang biasa aku lakukan. Suara air mendidih dari ketel listrik membuatku bergegas mengambil kopi instan dari dalam laci. Aroma kopi yang mengu

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Damian Swift

    Semesta tolong telan aku. Rasanya aku ingin mati saja. Aku merasa ternoda. Aku meringis. Merutuki nasib sendiri dalam hati. Bagaimana bisa aku sesial ini. Mau tau yang lebih parah? Ternyata kejadian ini di perhatikan oleh seorang kakek. Suara deheman membuatku terduduk. Aku masih harus mengumpulkan kesadaran. "Kakek, ini tidak seperti yang terlihat. Ini semua adalah ketidaksengajaan." Suara Pak Archer terdengar frustasi. Tapi kakek itu bahkan tidak melirik bahkan sedikitpun padanya. Aku masih setia di lantai yang beralaskan karpet. Hei, karpet ini lembut. Aku terduduk dengan kepala menunduk. Sebisa mungkin berusaha menyembunyikan wajahku. Aku bisa merasakan kecemasan dari Pak Archer yang mondar-mandir tidak jelas di ruangan ini. Ia ingin menjelaskan namun sang kakek memaksanya untuk diam. Sang kakek menunduk dan mengulurkan tangannya, ia hendak membantuku berdiri. Tatapannya tulus, jadi tanpa sadar aku menyambut jemarinya. Dan kakek itu cukup kuat untuk membantuku berdiri dan me

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   The Devil

    Aku selalu merasa bahwa hidupku tenteram. Namun sekarang tidak lagi. Ketika kata 'pecat dia' menghantuiku hingga aku tidak tidur sama sekali sepanjang malam. Jadi, dengan kantung mata tebal ini, aku menatap cupcake yang masih panas, baru saja mengeluarkan kue ini dari oven. Setelah dipanggang, aku dinginkan sebentar sebelum mulai menghiasnya dengan butter cream hijau dengan taburan coklat di atasnya.'Cupcake ‘penghapusan dosa’ ini terlihat menggiurkan, bahkan untuk diriku sendiri. Ternyata memiliki hobi membuat kue ini ada untungnya juga. Mungkin dengan ini, aku bisa menyogok Pak Archer agak tidak memecatku.Sekali lagi aku memeriksa cupcake. Semuanya sudah rapi di dalam box. Semoga Pak Archer mau menerima ini."Kalau tidak diterima, mungkin aku akan memikirkan lebih serius jadi pembuat kue di sosmed," gumamku sambil pura-pura menangis.Dalam hati aku berdoa agar dia mau memaafkanku dan tidak jadi memecatku. Kinerjaku selama ini bagus dan harusnya ini bisa menjadi bahan pertimbangan

  • CEO Arogan yang Menginginkanku   Problem Around Me

    Aku menarik napas dalam. Sekarang aku mengerti kenapa tubuhku tidak bisa bohay seperti Delima yang bertugas sebagai Customer Service. Perusahaan tempatku bekerja ini memiliki lantai gedung yang terlalu banyak. 48 lantai. Maksudku, untuk apa lantai sebanyak ini? Yah, yang pastinya juga untuk menghasilkan banyak uang. "Alina, jangan lupa toilet di lantai bawah." Itu suara Adam. Bukan, bukan Adam Levine tapi Adam Sutisno. Supervisor yang baik hati walaupun terkadang tega karena membiarkan wanita cantik dan lemah lembut sepertiku ini bekerja sendirian. "Iya, Pak. Tahu. Bawel amat sih." Meskipun menggerutu mendengar titahnya, aku tetap membawa peralatan pembersih ke toilet. Pak Adam masih setia berdiri di pintu masuk. Sepertinya aku akan kembali mendengarkan ceramahnya. “Alina, sebagai seorang yang bertanggungjawab dalam menjaga perusahaan tetap bersih. Ini sudah tugasku untuk mengingatkan kamu.” “Iya, iya Pak Adam yang paling baik sedunia. Udah ah, Pak. Mau lanjutin kerja. Bapak

DMCA.com Protection Status