Home / Romansa / CEO 1 Miliar Won / Chapter 8. Di mana Jung Jisung?

Share

Chapter 8. Di mana Jung Jisung?

Author: Kalasenja
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Liu membuka matanya dengan sangat berat, matanya kembali merapat saat cahaya menyilaukan menimpa retinanya. Cahaya dari matahari pagi yang menerobos masuk lewat sela-sela tirai di jendela kaca.

“Dimana?” gumamnya pelan.

“Di ruang perawatan rumah sakit, syukurlah sudah sadar,” sahut bayangan seorang laki-laki yang duduk di sofa di samping ranjang.

Lelaki itu langsung mendekat ke arah Liu lalu mengecek infusnya.

“Sekretaris Choi?” gumam Liu lagi usai pandangannya yang semula kabur menjadi semakin jelas.

“Iya, saya diperintahkan untuk menemani anda sampai anda pulih,” balasnya.

Alis Liu langsung mengkerut, ia kemudian berusaha untuk bangkit dan duduk, meskipun dengan bantuan Sekretaris Choi.

“Perintah? Siapa yang memerintahkan?” tanya Liu yang sebetulnya sudah tahu jawaban dari pertanyaannya.

“Siapa lagi? Tuan saya hanya satu, Tuan Jung Jisung,” jawab Sekretaris Choi singkat.

Liu hanya membuang nafas beratnya karena pusing, pikirannya masih kalut dengan semua yang terjadi seharian kemarin.

“Anda mengalami kram usus cukup parah, lambung anda juga terluka karena pola makan yang berantakan. Anda bisa beristirahat satu hari di sini, semua ijin anda di pengadilan sudah saya urus, Nyonya,” jelas Sekretaris Choi.

Perempuan yang diajak bicara hanya larut dalam lamunannya, ia terlihat tidak begitu peduli dengan penjelasan tentang kondisi kesehatannya. Dan untuk kesekian kalinya, Liu hanya bisa menganga mendengar Jung Jisung menggunakan kuasanya.

“Dia bahkan bisa membuatku libur seharian penuh? Sebesar itukah kuasnaya sampai bisa menyentuh pengadilan hanya untuk membuatku libur? Seorang pengacara public sepertiku?” racaunya dalam hati.

Otaknya memutar kenangan saat ia harus membayar denda hampir seperempat gajinya hanya karena tidak masuk kerja karena ibunya tiba-tiba pingsan beberapa bulan yang lalu.  

“Ah, ibu? Bagaimana dengan ibuku?” tanya Liu dengan nada sedikit panik saat mulai teringat dengan ibunya.

“Beliau berhasil melewati masa kritisnya, ia baik-baik saja.”

Liu menghembuskan nafas panjang beratnya lagi, kali ini karena merasa lega.

“Aku ingin bertemu ibu, aku mohon,” pinta Liu kemudian.

“Maaf, saya diperintahkan untuk melarang anda pergi kemanapun sampai anda pulih. Lagi pula, ibu anda sudah stabil dan dalam pengawasan penuh dokter, Nyonya,” balas Sekretaris Choi panjang lebar.

Liu masih belum terbiasa dengan panggilan Nyonya yang ditujukan untuknya, apalagi Sekretaris Choi tentu lebih tua darinya.

“Siapa yang memerintahkan? Ah, Jung Jisung lagi? Jahat sekali, melarangku bertemu ibu,”

“Aku mohon, ijinkan aku, ya? Ya?” rengek Liu sambil menarik-narik kemeja laki-laki di depannya itu.

“Maaf, Nyonya. Saya hanya melaksanakan perintah,” tampik Sekretaris Choi.

Untuk yang ketiga kalinya, Liu menghela nafas lagi, kali ini karena kesal.

“Kenapa laki-laki sialan itu mengukungku? Dia bahkan belum jadi suamiku, apa haknya?” protes Liu yang kembali merebahkan diri di kasurnya.

Hal itu pun menarik perhatian Sekretaris Choi, “Tuan Jung Jisung melakukan ini demi kebaikan anda, Nyonya.”

“Kebaikan apanya? Dia tidak dirugikan meskipun aku mati sekalipun,” ketus Liu.

Hening selama beberapa saat, namun Sekretaris Choi terdengar mengambil nafas cukup panjang, seakan hendak mengatakan sesuatu yang panjang lebar.

“Usai menandatangani kontrak kemarin, seharusnya Tuan Jung Jisung beristirahat di Rose Palace, rumah yang kemarin anda datangi. Tapi beliau bahkan ikut mengantarkan anda sampai ke rumah,”

“Selesai mengantar anda, ia meminta untuk kembali ke Rose Palace untuk bermalam di sana. Tapi begitu sampai di Rose Palace, rumah sakit tiba-tiba mengabari kalau ibu anda kritis. Dan tebak apa yang Tuan Jung Jisung lakukan? Ya, beliau memaksa untuk segera diantarkan ke sini,”

Penjelasan Sekretaris Choi agaknya sukses membuat pertahanan Liu runtuh, ia kini merasa sedikit bersalah, tapi sedikit saja.

“Jadi, itu salahku?” tanya Liu dengan nada menyedihkan.

“Tidak, Nyonya, bukan itu maksud saya. Saya hanya tidak ingin anda terus-terusan menyalahkan Tuan Jung Jisung. Karena saya bahkan baru pertama kali melihatnya seperti ini.”

Jawaban dari Sekretaris Choi membuat Liu mengerutkan kening, merasa ada yang janggal dari kalimat lelaki itu.

“Maksudnya?” tanya Liu kemudian.

“Melihat Tuan Jung Jisung turun dari mobil tengah malam untuk orang lain, melihat Tuan Jung Jisung dengan sukarela mengantarkan pulang orang lain, melihat Tuan Jung Jisung berlari panik untuk orang lain, semua itu pertama kalinya untuk saya,” terang Sekretaris Choi.

“Dan ia berlari untuk anda, Nyonya,” imbuhnya.

Kini rasa bersalah Liu tergantikan dengan rasa penasaran yang kian memuncak. Ia tak paham dengan bagaimana hidup Jung Jisung berjalan. Ia baru sadar, bahwa Jung Jisung tahu segalanya tentangnya, sedangkan ia hampir tak mengetahui apapun tentang calon suaminya itu.

“Jung Jisung, memangnya dia orang yang seperti apa?” tanya Liu disela pening yang merambat di kepalanya.

“Saya tidak bisa menjawabnya, saya hanya bisa bersaksi kalau beliau adalah orang yang baik dan bertanggungjawab, sudah,” pungkas Sekretaris Choi.

“Sekarang dia di mana?” tanya Liu kemudian.

Namun raut wajah Sekretaris Choi tiba-tiba berubah, dari yang serius menjadi sedikit kebingungan dan mengedarkan bola matanya ke segala arah untuk beberapa saat.

“Mmm… sedang mengurus sesuatu,” jawab sang Sekretaris.

Liu pun mengendus kebohongan dari kalimat canggung yang dilontarkan Sekretaris Choi barusan. Bagaimanapun juga, ia adalah seorang pengacara yang cukup pandai mendeteksi kebohongan kliennya.

“Jujur saja, Sekretaris Choi. Aku tahu kau berbohong,” tuntut Liu.

“Tidak, Nyonya. Tuan Jung Jisung pulang ke Rose Palace,” balas Sekretaris Choi lagi.

Kini otak Liu mulai beroverthinking lagi. Ia mulai membuat scenario yang tidak-tidak di benaknya.

“Ah, dia pasti bertemu dengan pacarnya, kan? Iya, kan?” tuduh Liu, membuat Sekretaris Choi melebarkan matanya.

“Tidak, Nyonya. Tuan Jung Jisung pulang ke Rose Pal-“ Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, ponsel di sakunya bordering.

“Saya permisi sebentar, Nyonya. Makanan anda sudah siap di meja, mohon habiskanlah, ini perintah,” pamit Sekretaris Choi usai melihat nama di layar ponselnya. Ia pun segera meninggalkan ruangan VIP itu dengan cukup tergesa, meninggalkan Liu yang masih terpaku dengan kebingungan.

“Katanya diperintahkan untuk menungguku sampai pulih, kenapa sekarang meninggalkanku sendiri?” sungut Liu selepas Seketaris Choi pergi.

Liu kini menurut, ditariknya meja portable berisi nampan makanan di atasnya mendekat ke ranjang. Ada beberapa jenis makanan di sana, bubur, daging yang dicacah lembut, dan sup hangat yang entah kenapa tak membuat selera makannya bangkit.

Setelah mencicipi, ia pun berhenti di suapan yang ketiga dan menyelesaikan makannya, tak menuruti perintah dari Sekretaris Choi.

“Tunggu. Apa ini berarti aku bisa berjalan-jalan ke depan? Atau bahkan mengunjungi ibu?”

Bola mata Liu membulat, senyum miring tercetak di bibirnya. Ia pun berusaha berdiri dan berjalan, masih dengan memegangi perutnya yang sedikit perih. Ia pun mendorong infusnya sendiri dan keluar dari kamarnya.

Kamarnya terletak di tengah-tengah, ia tak tahu harus berjalan ke kanan atau ke kiri. Lorong itu sangat panjang dan tentu saja sangat sepi karena berada di lingkup VIP. Ia pun memutuskan untuk berjalan pelan kea rah kanan, di mana ia lihat ada papan informasi di ujung lorong.

Sampai tiba-tiba, seorang perawat keluar dari sebuah kamar, yang terletak di samping kamar tempat Liu dirawat.

“Ah sialan,” gumam Liu yang belum sempat memalingkan wajahnya.

Namun di luar dugaan, perawat itu tak memedulikan keberadaannya dan justru berjalan tergesa meninggalkannya.

Atensi Liu kemudian dialihkan saat matanya menangkap sosok yang berada di dalam ruangan tempat si perawat barusan keluar. Pintu itu terbuka sedikit, tapi cukup untuk membuat Liu melihat siapa yang ada di dalamnya.

“Sekretaris Choi?” lirihnya saat menangkap postur si sekretaris yang berdiri di samping ranjang.

Mata Liu memicing untuk memastikan sosok yang berbaring di atas ranjang itu, seakan tak bisa dipercaya.

“Jung Jisung?”

----

Related chapters

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 9. Menentang Perintah

    Liu terpaku selama beberapa saat sembari matanya sibuk menelisik dan otaknya sibuk berpikir keras.“K-kenapa lelaki itu ada di sana? Ji-Jisung?” gumamnya masih tak percaya.Ia yang sebelumnya ingin kabur untuk pergi ke ruangan ibunya pun urung, Liu akhirnya kembali ke kamarnya dan beroverthinking ria.“Kenapa? Sakit apa dia?”“Kenapa Sekretaris Choi berbohong padaku?”“Tunggu, apa jangan-jangan… ah tidak, jangan berpikiran aneh-aneh, Kim Liu!”Perempuan itu mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Belum juga satu misteri tentang Jung Jisung terkuak, baru saja misteri baru muncul untuk membuatnya penasaran.“Lelaki macam apa kamu, Jung Jisung?” gumamnya lagi.---“Kembalilah ke Kim Liu, aku baik-baik saja,” ucap Jisung dengan tenang meskipun suaranya bahkan tergengar begetar.“Tidak, Tuan. Saya akan menunggu sampai suster itu kemba

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 10. Kepala Hong Songdeuk Sialan

    Waktu hampir tengah hari, Liu yang ingin naik bus akhirnya memutuskan untuk naik taksi agar lebih cepat sampai ke pengadilan.Ia menyisir rambut dan merapikannya dengan jemarinya, beruntung setidaknya ia sudah keramas kemarin pagi. Baru kali ini ia pergi ke pengadilan dengan baju casual dan bahkan tanpa menggunakan make-up sedikitpun.“Argh… aku tidak punya ikat rambut pula. Kenapa aku juga tidak membawa make-up apapun,” gerutu Liu sambil menggeledah tas kecilnya.Di tasnya memang hanya terdapat dompet dan ponsel, ia pergi dalam keadaan super panik kemarin. Biasanya ia akan selalu menyiapkan setidaknya lipstick dan bedak atau cushion di tasnya.Tapi meskipun dengan wajah bare face sekalipun, Liu tetap cantik menawan. Sebelas dua belas dengan Irene Red Velvet, menurut teman-temannya. Karena Liu tak bisa melihat itu, ia sibuk insecure dengan semua hal tentang dirinya.Sesampainya di pengadilan, yang Liu lakukan hanya satu, yaitu me

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 11. Danny, Doyeon, dan Jung Jisung

    “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Danny saat mendapati Doyeon sedang menguping dengan gelisah di depan ruangan Kepala Hong.Perempuan itu terlonjak kaget dengan kehadiran sahabatnya itu. Ia hanya ingin memastikan Liu baik-baik saja di dalam sana. Ia pun berjaga di luar ruangan sambil menempelkan telinganya ke pintu meskipun tak bisa mendengar apa-apa.“Sial, kamu mengagetkanku, Danny!”“Ah maaf, kamu sangat mencurigakan sekali, tahu? Minggir, aku ada keperluan dengan Kepala Hong terkait persidangan besok lusa,” balas Danny yang langsung menghentikan langkahnya saat Doyeon merentangkan kedua tangan di depannya.“Apa? Tidak, tunggu. Jangan masuk ke dalam, Liu sedang ada di dalam sana, aku khawatir karena sepertinya dia sedang tidak membawa akal sehatnya sekarang.”“Liu? Bukankah dia cuti karena sakit? Aku sudah menduga kalau dia akan marah karena kasus yang sudah dia kerjakan dilimpahka

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 12. Rooftop

    Tangan Liu terasa nyeri karena Jung Jisung menariknya terlalu kencang, apalagi bekas luka infus di punggung tangannya bahkan masih basah.Saat lelaki itu agak kebingungan usai menjauh dari ruangan Kepala Hong, apalagi sebentar lagi koridor akan ramai dengan pegawai yang akan menghabiskan break time.“Saya akan mencarikan ruangan untuk anda, Tuan.” Sekretaris Choi pun menawarkan bantuannya.Namun belum sempat Sekretaris Choi pergi, Liu sudah menghentikannya.“Tidak perlu, ikut aku,” ucap Liu yang lebih terdengar seperti perintah.Pemandangan sudah berbalik, kini gantian Liu yang menarik pergelangan tangan Jung Jisung dan membawanya berbelok ke arah lift, membuat lelaki itu terkejut dengan tindakan Liu. Hanya satu tujuannya, tempat di mana tak ada mata dan telinga lain yang mengindera mereka, rooftop.Pikiran Liu masih agak kacau usai mendapat pelecehan verbal dari Kepala Hong beberapa saat yang lalu, begitu pula dengan

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 1. CEO 1 Miliar Won

    "Jangan egois, Kim Liu. Kalau ibumu pergi, kamu yang akan menyesal," hardik Paman Shin dengan rahang mengeras.Liu hanya bisa menutup telinga dengan kedua tangannya, ia benar-benar sudah menangis kali ini. Tangis yang sedari tadi ditahannya di dalam ruangan."Teganya Paman berkata tentang kematian ibu di hadapanku di saat ibu masih bernafas di dalam sana? Pantaskah Paman menyebut diri Paman sebagai seorang adik ipar? Paman dan Bibi ternyata sama saja," cerca Liu kesal."Aku hanya ingin yang terbaik untuk kakak iparku. Jangan munafik, semua orang tahu bahwa waktunya tak lama lagi."Liu terdiam. Benar, waktu ibunya memang tak lama lagi. Ibunya sudah berkali-kali kritis, minggu ini saja sudah empat kali ia dipanggil karena ibunya kejang-kejang. Dokter bahkan sudah meminta para keluarga untuk bersiap merelakannya.Ia pun segera beranjak, meninggalkan paman egois yang sekarang sibuk dengan ponselnya. Liu menemui sang ibu lagi yang kini sudah tertidur pu

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 2. Tuan Jung Jisung

    “Siapa yang baru saja ibu temui? Aku tidak bodoh, ibu pasti sudah termakan omongan orang lain. Siapa? Paman dan Bibi Shin lagi?” tanya Liu bertubi-tubi saat ibunya kembali mengutarakan rencana perjodohannya.“Aku sebentar lagi mati, Liu. Kamu akan hidup bahagia bersama lelaki ini. Dia akan membiayai seluruh hidupmu, aku akan mati dengan tenang,” lirih ibunya pilu.Air mata ibunya jatuh, membasahi bantal polos berwana hijau tosca. Kim Liu tak berdaya melihatnya. Rasa kesal, sedih, muak, bercampur jadi satu.“Sejak kapan ibu menjadi gila harta seperti ini? Sungguh bukan ibu sekali. Aku mohon untuk sekali ini saja, biarkan aku membangkang,” pinta Liu, memeluk ibunya.“Aku, hanya tidak ingin kamu sebatang kara di dunia ini, Liu,” bisik sang ibu tepat di telinganya.“Dia akan menjagamu,” tambahnya.“Siapa?” Kalimat terakhir ibunya membuat Liu langsung menoleh, entah kenapa ia

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 3. CEO dan Sebotol Wine

    Hening, hanya ada alunan musik klasik lirih yang mengiringi. Liu duduk terdiam sambil menatap meja selama beberapa saat. Saat ia mendongakkan kepala, matanya bertemu dengan mata Jisung yang juga tengah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.“Kamu tinggal sendiri? Rumahmu dimana?”“Naik apa kamu ke tempat kerja? Bus kota? Taksi? Mobil pribadi?”“Apa kamu punya teman dekat? Berapa? Berikan aku informasi tentang mereka.”“Apakah kam-““Stop!” sergah Liu usai mendengarkan rentetan pertanyaan dari Jisung, ia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.“Pertama, anda sangat tidak sopan sudah mengunakan bahasa non formal pada saya yang jelas-jelas baru pertama kali anda temui. Kedua, saya bukan google yang bisa menjawab pertanyaan beruntun itu sekaligus. Ketiga, untuk apa saya memberitahukan informasi-informasi pribadi saya? Jangan harap,” lanjut Liu yang sedang b

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 4. Liu, Doyeon, Danny

    “Apa kamu pernah makan di Le Pre Michel?” tanya Liu pada Doyeon yang sedang duduk di cubicle kerjanya.“Kamu bercanda? Menyebut nama restoran itu saja aku tidak bisa. Dompetku tak akan mau dijak kesana, kenapa memangnya?”“Semalam aku dinner di sana.”Kalimat itu menghentikan aktivitas Doyeon yang langsung bangkit dan menuju cubicle Liu. Ia duduk di meja kerja Liu, memasang wajah sangat antusias.“Benarkah? Tidak mungkin kamu kesana atas kemauan sendiri, bukan? Dengan siapa?” cecar Doyeon penasaran.Liu masih menimang-nimang apakah ia akan bercerita pada Doyeon atau tidak. Pasalnya, ia belum mau memberitahukan tentang Jung Jisung pada sahabatnya itu. Ia juga belum siap ditanya macam-macam, karena ia bahkan masih belum tahu takdir apa yang sedang menunggu di balik perjodohan ini.“Kamu tahu harga makanan di sana? Semahal itu kah?” Liu justru mengalihkan pembicaraan.“Yan

Latest chapter

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 12. Rooftop

    Tangan Liu terasa nyeri karena Jung Jisung menariknya terlalu kencang, apalagi bekas luka infus di punggung tangannya bahkan masih basah.Saat lelaki itu agak kebingungan usai menjauh dari ruangan Kepala Hong, apalagi sebentar lagi koridor akan ramai dengan pegawai yang akan menghabiskan break time.“Saya akan mencarikan ruangan untuk anda, Tuan.” Sekretaris Choi pun menawarkan bantuannya.Namun belum sempat Sekretaris Choi pergi, Liu sudah menghentikannya.“Tidak perlu, ikut aku,” ucap Liu yang lebih terdengar seperti perintah.Pemandangan sudah berbalik, kini gantian Liu yang menarik pergelangan tangan Jung Jisung dan membawanya berbelok ke arah lift, membuat lelaki itu terkejut dengan tindakan Liu. Hanya satu tujuannya, tempat di mana tak ada mata dan telinga lain yang mengindera mereka, rooftop.Pikiran Liu masih agak kacau usai mendapat pelecehan verbal dari Kepala Hong beberapa saat yang lalu, begitu pula dengan

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 11. Danny, Doyeon, dan Jung Jisung

    “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Danny saat mendapati Doyeon sedang menguping dengan gelisah di depan ruangan Kepala Hong.Perempuan itu terlonjak kaget dengan kehadiran sahabatnya itu. Ia hanya ingin memastikan Liu baik-baik saja di dalam sana. Ia pun berjaga di luar ruangan sambil menempelkan telinganya ke pintu meskipun tak bisa mendengar apa-apa.“Sial, kamu mengagetkanku, Danny!”“Ah maaf, kamu sangat mencurigakan sekali, tahu? Minggir, aku ada keperluan dengan Kepala Hong terkait persidangan besok lusa,” balas Danny yang langsung menghentikan langkahnya saat Doyeon merentangkan kedua tangan di depannya.“Apa? Tidak, tunggu. Jangan masuk ke dalam, Liu sedang ada di dalam sana, aku khawatir karena sepertinya dia sedang tidak membawa akal sehatnya sekarang.”“Liu? Bukankah dia cuti karena sakit? Aku sudah menduga kalau dia akan marah karena kasus yang sudah dia kerjakan dilimpahka

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 10. Kepala Hong Songdeuk Sialan

    Waktu hampir tengah hari, Liu yang ingin naik bus akhirnya memutuskan untuk naik taksi agar lebih cepat sampai ke pengadilan.Ia menyisir rambut dan merapikannya dengan jemarinya, beruntung setidaknya ia sudah keramas kemarin pagi. Baru kali ini ia pergi ke pengadilan dengan baju casual dan bahkan tanpa menggunakan make-up sedikitpun.“Argh… aku tidak punya ikat rambut pula. Kenapa aku juga tidak membawa make-up apapun,” gerutu Liu sambil menggeledah tas kecilnya.Di tasnya memang hanya terdapat dompet dan ponsel, ia pergi dalam keadaan super panik kemarin. Biasanya ia akan selalu menyiapkan setidaknya lipstick dan bedak atau cushion di tasnya.Tapi meskipun dengan wajah bare face sekalipun, Liu tetap cantik menawan. Sebelas dua belas dengan Irene Red Velvet, menurut teman-temannya. Karena Liu tak bisa melihat itu, ia sibuk insecure dengan semua hal tentang dirinya.Sesampainya di pengadilan, yang Liu lakukan hanya satu, yaitu me

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 9. Menentang Perintah

    Liu terpaku selama beberapa saat sembari matanya sibuk menelisik dan otaknya sibuk berpikir keras.“K-kenapa lelaki itu ada di sana? Ji-Jisung?” gumamnya masih tak percaya.Ia yang sebelumnya ingin kabur untuk pergi ke ruangan ibunya pun urung, Liu akhirnya kembali ke kamarnya dan beroverthinking ria.“Kenapa? Sakit apa dia?”“Kenapa Sekretaris Choi berbohong padaku?”“Tunggu, apa jangan-jangan… ah tidak, jangan berpikiran aneh-aneh, Kim Liu!”Perempuan itu mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Belum juga satu misteri tentang Jung Jisung terkuak, baru saja misteri baru muncul untuk membuatnya penasaran.“Lelaki macam apa kamu, Jung Jisung?” gumamnya lagi.---“Kembalilah ke Kim Liu, aku baik-baik saja,” ucap Jisung dengan tenang meskipun suaranya bahkan tergengar begetar.“Tidak, Tuan. Saya akan menunggu sampai suster itu kemba

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 8. Di mana Jung Jisung?

    Liu membuka matanya dengan sangat berat, matanya kembali merapat saat cahaya menyilaukan menimpa retinanya. Cahaya dari matahari pagi yang menerobos masuk lewat sela-sela tirai di jendela kaca.“Dimana?” gumamnya pelan.“Di ruang perawatan rumah sakit, syukurlah sudah sadar,” sahut bayangan seorang laki-laki yang duduk di sofa di samping ranjang.Lelaki itu langsung mendekat ke arah Liu lalu mengecek infusnya.“Sekretaris Choi?” gumam Liu lagi usai pandangannya yang semula kabur menjadi semakin jelas.“Iya, saya diperintahkan untuk menemani anda sampai anda pulih,” balasnya.Alis Liu langsung mengkerut, ia kemudian berusaha untuk bangkit dan duduk, meskipun dengan bantuan Sekretaris Choi.“Perintah? Siapa yang memerintahkan?” tanya Liu yang sebetulnya sudah tahu jawaban dari pertanyaannya.“Siapa lagi? Tuan saya hanya satu, Tuan Jung Jisung,” jawab Sekretar

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 7. Hari Yang Melelahkan

    Hening menyelimuti perjalanan Liu dan Jisung. Liu diam karena hatinya masih kesal dengan keadaan, sedangkan Jisung diam karena tak tahu harus berbuat apa. Mereka sama-sama melihat ke luar jendela dan memanjakan mata dengan lampu-lampu kota.“Maaf, destinasi kita kemana, Tuan?” tanya Sekretaris Choi yang kebingungan.“Diamond residence,” jawab Jisung singkat.Liu meneguk ludahnya sendiri saat tempat yang disebutkan Jung Jisung adalah apartemennya dan sang ibu. Untuk sesaat ia lupa bahwa lelaki di sampingnya itu sudah mengecek semua latar belakangnya, termasuk tempat tinggal tentunya.“Baik.”Sesampainya di tempat tujuan, Liu langsung keluar begitu mobil itu berhenti, tak berniat untuk berpamitan atau sekadar berbasa-basi. Ia langsung berjalan menjauh tanpa repot-repot menengok ke belakang.Tepat saat Sekretaris Choi menyalakan mesin mobilnya kembali, Jung Jisung tiba-tiba kembali keluar dari mobilnya, menyi

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 6. Kekasih Calon Suami

    Liu sedang menunggu Jung Jisung dan pengacaranya menyelesaikan dokumen. Ia masih duduk di sofa dengan perasaan campur aduk. Pikirannya melayang teringat pengakuan Jisung yang ternyata sudah memiliki kekasih, sesuatu yang benar-benar tidak ia duga. “Tunggu, aku kan bisa cari tahu,” gumam Liu yang langsung meraih ponselnya. Ia baru teringat ucapan Doyeon bahwa Jisung adalah BTSnya dunia industri yang rajin masuk portal berita. Dan benar saja, hanya dengan mengetikkan satu kata kunci yaitu “Jung Jisung”, ratusan headline artikel berita tentang lelaki itu langsung muncul memenuhi laman pencarian. Liu meneguk ludahnya, “Jadi benar dia se-terkenal ini?” ucapnya keheranan dengan mulut menganga. “APA?!” pekik Liu spontan saat membaca artikel teratas, ia langsung menutup mulutnya dengan tangan sambil melihat sekeliling. “Perempuan itu adalah Shin Minseo? Selebgram cantik dan sultan kaya raya yang diidolakan Dayeon?” ujar Liu yang kini setengah berbisik

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 5. Perjanjian Kontrak

    Pukul enam sore, Liu akhirnya bisa terbebas dari berkas sidang yang benar-benar membuatnya pening. Jam pulang kantor memang pukul empat, tapi hampir tak ada pengacara yang pulang tepat waktu, termasuk Liu. Banyak sekali perkerjaan yang menumpuk, ia hanya ingin tidur dengan tenang tanpa terbebani pekerjaan yang belum kelar.Doyeon sudah pulang sejam sebelumnya, membuat Liu harus pulang sendirian. Biasanya, Liu akan naik bus kota atau taksi untuk pulang pergi. Dia memnag tidak suka menyetir mobil sendiri, lebih memilih menggunakan transportasi umum sekaligus untuk menikmati perjalannya sambil melepas lelah.Begitu ia keluar dari gedung, sebuah mobil tak biasa terhilat terparkir di pinggir jalan pu menarik perhatiannya.“Siapa dia? Berani-beraninya parkir mobil sembarangan di depan gedung pengadilan?” gumam Liu.Perempuan itu langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi lalu lintas yang bertugas menangani parkir sembarangan. Biasanya, m

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 4. Liu, Doyeon, Danny

    “Apa kamu pernah makan di Le Pre Michel?” tanya Liu pada Doyeon yang sedang duduk di cubicle kerjanya.“Kamu bercanda? Menyebut nama restoran itu saja aku tidak bisa. Dompetku tak akan mau dijak kesana, kenapa memangnya?”“Semalam aku dinner di sana.”Kalimat itu menghentikan aktivitas Doyeon yang langsung bangkit dan menuju cubicle Liu. Ia duduk di meja kerja Liu, memasang wajah sangat antusias.“Benarkah? Tidak mungkin kamu kesana atas kemauan sendiri, bukan? Dengan siapa?” cecar Doyeon penasaran.Liu masih menimang-nimang apakah ia akan bercerita pada Doyeon atau tidak. Pasalnya, ia belum mau memberitahukan tentang Jung Jisung pada sahabatnya itu. Ia juga belum siap ditanya macam-macam, karena ia bahkan masih belum tahu takdir apa yang sedang menunggu di balik perjodohan ini.“Kamu tahu harga makanan di sana? Semahal itu kah?” Liu justru mengalihkan pembicaraan.“Yan

DMCA.com Protection Status