Beranda / Romansa / CEO 1 Miliar Won / Chapter 7. Hari Yang Melelahkan

Share

Chapter 7. Hari Yang Melelahkan

Penulis: Kalasenja
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-28 18:42:58

Hening menyelimuti perjalanan Liu dan Jisung. Liu diam karena hatinya masih kesal dengan keadaan, sedangkan Jisung diam karena tak tahu harus berbuat apa. Mereka sama-sama melihat ke luar jendela dan memanjakan mata dengan lampu-lampu kota.

“Maaf, destinasi kita kemana, Tuan?” tanya Sekretaris Choi yang kebingungan.

“Diamond residence,” jawab Jisung singkat.

Liu meneguk ludahnya sendiri saat tempat yang disebutkan Jung Jisung adalah apartemennya dan sang ibu. Untuk sesaat ia lupa bahwa lelaki di sampingnya itu sudah mengecek semua latar belakangnya, termasuk tempat tinggal tentunya.

“Baik.”

Sesampainya di tempat tujuan, Liu langsung keluar begitu mobil itu berhenti, tak berniat untuk berpamitan atau sekadar berbasa-basi. Ia langsung berjalan menjauh tanpa repot-repot menengok ke belakang.

Tepat saat Sekretaris Choi menyalakan mesin mobilnya kembali, Jung Jisung tiba-tiba kembali keluar dari mobilnya, menyisakan heran yang tergambar jelas di wajah Sekretaris Choi.

“Tunggu!” sergah Jung Jisung yang berjarak lima kaki dari Liu. Perempuan itu seketika menghentikan langkah kakinya yang masih tak beralas.

“Kenapa lagi?” tanyanya ketus saat berbalik.

Entah kenapa, otak Jisung macet seketika.

“Aku tidak tahu di mana letak salahku, dan aku tidak tahu apa itu kata maaf,” ucap Jisung dingin.

Kalimat Jisung terdengar seperti candaan di telinga Liu, padahal lelaki itu sedang memasang wajah serius sekali.

“Kamu bercanda? Maaf Tuan Jung Jisung yang terhormat, aku lelah sekali hari ini, bercandanya besok saja,” gerutu Liu.

“Aku benar-benar tidak tahu apa yang membuatmu marah, karena Shin Minseo? Aku hanya tidak mengerti,” timpal Jisung lagi, membuat Liu membisu di tempatnya.

“Benar, apa yang membuatku marah? Karena Shin Minseo adalah pacar calon suamiku? Atau karena kesal dengan diriku sendiri yang bukan siapa-siapa? Apa karena aku kalah setelah membandingkan diri dengan perempuan itu? Atau aku ini kenapa?” batin Liu yang kembali menyalahkan dirinya sendiri.

“Ekhm.” Jisung berdehem untuk menyadarkan Liu dari lamunannya.

“Sudahlah, lupakan. Tidak sepenuhnya salahmu juga, memang aku yang selalu tidak beruntung saja,” pungkas Liu.

“Jadi, aku tidak perlu meminta maaf?”

“Kenapa kamu terus-terusan membahas kata maaf? Aneh sekali, cepat pulang sana,” protes Liu.

“Karena aku tidak tahu cara melakukannya,” gumam Jisung sambil berbalik dan kembali masuk ke mobilnya.

“Lelucon macam apa ini? Siapa gerangan yang tak pernah meminta maaf di usia setua itu?” gerutu Liu tepat ketika mobil itu mulai melaju.

“Sekretaris Choi,” panggil Jisung.

“Iya, Tuan?”

“Cara meminta maaf itu… bagaimana?”

---

“Aw… perih,” rintih Liu saat mengoleskan obat merah ke beberapa luka lecet di kakinya.

Sekarang dia menyesal sudah menuruti egonya beberapa saat lalu. Tapi begitulah wanita saat harga dirinya terluka sedikit saja, tak mau menuruti logika.

“Lain kali, kalau mau membenci Jung Jisung, benci orangnya saja. Jangan merugikan diri sendiri, oke?” ujar Liu menasehati dirinya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas lewat, sebentar lagi tengah malam dan Liu bahkan belum memakan apapun dari sore.

“Semua karena Jung Jisung.”

Liu membuka kulkasnya, hampir tak ada apapun kecuali satu botol air mineral dan dua kaleng soju. Tentu saja ia memilih soju.

Pikirannya menerawang bebas sambil meneguk satu kaleng pertama sampai habis. Ia kembali sibuk berselancar di internet dan membaca artikel tentang Jung Jisung maupun Shin Minseo. Entah sudah berapa puluh artikel yang sudah ia selesaikan.

“Wah, dia benar-benar seperti malaikat,” gumam Liu.

Namun ada satu hal janggal yang Liu sadari, yaitu tak ada satupun foto kedua sejoli itu saat bersama. Foto-foto yang media jadikan bahan hanyalah foto Jisung dan Minseo dari agenda lain, tak ada foto berdua.

Liu penasaran, tapi ia menebak semua itu karena sifat Jung Jisung yang ingin semuanya super private untuknya. Ia pun kembali teringat pertemuan pertamanya dengan Jung Jisung yang bahkan menyewa seluruh gedung restoran hanya untuk bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu.

“Mungkin memang begitu cara orang kaya hidup, aku mana tahu?”

Saat tangannya sibuk mengulir artikel, ponselnya tiba-tiba bergetar, menampilkan nama Rumah Sakit Yang, tempat sang ibu dirawat. Buru-buru Liu mengangkat panggilan masuk itu, meneleponnya tengah malam tentu bukan untuk member kabar baik, piker Liu.

“Iya? Ibu saya kenapa, Suster?” cecar Liu.

“Ibu Kim Hyesu kembali kritis, malam ini mungkin akan cukup berat untuknya,” ujar perawat dari seberang telepon.

“Baik, saya akan ke sana” pungkas Liu tanpa bertanya lebih jauh lagi.

---

Liu berjalan sedikit terseok menuju kamar sang ibu, entah kenapa, perutnya terasa panas dan mual sejak dalam perjalanan.

“Apakah saya sudah boleh menengoknya?” tanya Liu usai seorang suster keluar dari ruang ICU eksklusif itu.

“Silakan, tapi pasien baru saja sedikit stabil dan belum sepenuhnya melewati masa kritis. Saya akan mendampingi, sepuluh menit saja, Saudara Liu,” jelas si perawat.

Liu hanya mengangguk menanggapi penjelasan singkat dari suster, ia sibuk menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata.

Liu pun mendekat ke ranjang ibunya, ia perhatikan lamat-lamat wajah ibunya yang terlelap. Suara ventilator dan alat-alat medis lain di sekeliling ibunya terdengar mencekam di telinga Liu.

“Ternyata ibu benar-benar menua, kapan semua kerutan di wajah ibu ini muncul? Aku bahkan tidak menyadarinya,” gumam Liu.

Seringkali ia benci pada ibunya yang mendikte satu-satu pilihan hidupnya, tapi bagaimanapun juga, ia sangat menyayangi sang ibu. Di dunia seluas ini, hanya ibunyalah yang ia punya.

Air mata Liu jatuh lagi, ia berusaha menahan isakannya karena ada suster yang menemaninya.

“Ibu anda harus benar-benar berjuang malam ini dan melewati masa kritisnya. Kami sarankan anda untuk tetap tinggal,” ujar suster itu.

Liu mengangguk dan menyeka air matanya. Ia memajukan dirinya satu langkah untuk meraih tangan sang ibu, lalu mencium keningnya sebelum pergi.

Perempuan itu kembali duduk di kursi lorong ruang tunggu. Malam itu entah kenapa terasa seratus kali lebih dingin dari biasanya, tapi daripada dingin, perih di hati Liu lebih mengusiknya.

Kakinya terasa linu, efek berjalan jauh dari rumah Jung Jisung baru ia rasakan, Liu sedikit menyesalinya sekarang.

Liu benar-benar lelah, ia hampir saja terlelap sebelum rasa sakit yang amat sangat di perut membangunkannya.

“Arrggh…” erang Liu sambil meremat perutnya.

Otaknya kini sudah memaki diri sendiri yang melewatkan makan sejak pagi. Hari itu ia sudah bekerja keras dengan berkas-berkas kasusnya, lalu mengurus kontrak pernikahannya dengan Jung Jisung, lalu menyiksa diri sendiri dengan berjalan berkilo-kilo tanpa alas kaki, dan diakhiri dengan minum dua kaleng soju saat perut kosong.

“Bodoh, ini namanya misi bunuh diri,” racaunya dalam hati memaki diri sendiri.

Perempuan itu kini sudah jatuh terduduk di lantai, masih dengan meremat perutnya sambil terpejam. Ia lemah sekali, hampir tak ada tenaga untuk sekadar berteriak saja.

Rasa sakit itu tak tertahankan, sampai ia pun hampir kehilangan kesadarannya dan jatuh tersungkur ke lantai. Namun bukan dinginnya lantai keras yang ia rasakan, melainkan kehangatan. Sebuah tangan besar yang hangat terasa di pipinya.

“Kim Liu…!” Suara itu adalah hal terakhir yang Liu dengar sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.

“Ji…” rintih Liu terakhir kali.

----

Bab terkait

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 8. Di mana Jung Jisung?

    Liu membuka matanya dengan sangat berat, matanya kembali merapat saat cahaya menyilaukan menimpa retinanya. Cahaya dari matahari pagi yang menerobos masuk lewat sela-sela tirai di jendela kaca.“Dimana?” gumamnya pelan.“Di ruang perawatan rumah sakit, syukurlah sudah sadar,” sahut bayangan seorang laki-laki yang duduk di sofa di samping ranjang.Lelaki itu langsung mendekat ke arah Liu lalu mengecek infusnya.“Sekretaris Choi?” gumam Liu lagi usai pandangannya yang semula kabur menjadi semakin jelas.“Iya, saya diperintahkan untuk menemani anda sampai anda pulih,” balasnya.Alis Liu langsung mengkerut, ia kemudian berusaha untuk bangkit dan duduk, meskipun dengan bantuan Sekretaris Choi.“Perintah? Siapa yang memerintahkan?” tanya Liu yang sebetulnya sudah tahu jawaban dari pertanyaannya.“Siapa lagi? Tuan saya hanya satu, Tuan Jung Jisung,” jawab Sekretar

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 9. Menentang Perintah

    Liu terpaku selama beberapa saat sembari matanya sibuk menelisik dan otaknya sibuk berpikir keras.“K-kenapa lelaki itu ada di sana? Ji-Jisung?” gumamnya masih tak percaya.Ia yang sebelumnya ingin kabur untuk pergi ke ruangan ibunya pun urung, Liu akhirnya kembali ke kamarnya dan beroverthinking ria.“Kenapa? Sakit apa dia?”“Kenapa Sekretaris Choi berbohong padaku?”“Tunggu, apa jangan-jangan… ah tidak, jangan berpikiran aneh-aneh, Kim Liu!”Perempuan itu mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Belum juga satu misteri tentang Jung Jisung terkuak, baru saja misteri baru muncul untuk membuatnya penasaran.“Lelaki macam apa kamu, Jung Jisung?” gumamnya lagi.---“Kembalilah ke Kim Liu, aku baik-baik saja,” ucap Jisung dengan tenang meskipun suaranya bahkan tergengar begetar.“Tidak, Tuan. Saya akan menunggu sampai suster itu kemba

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 10. Kepala Hong Songdeuk Sialan

    Waktu hampir tengah hari, Liu yang ingin naik bus akhirnya memutuskan untuk naik taksi agar lebih cepat sampai ke pengadilan.Ia menyisir rambut dan merapikannya dengan jemarinya, beruntung setidaknya ia sudah keramas kemarin pagi. Baru kali ini ia pergi ke pengadilan dengan baju casual dan bahkan tanpa menggunakan make-up sedikitpun.“Argh… aku tidak punya ikat rambut pula. Kenapa aku juga tidak membawa make-up apapun,” gerutu Liu sambil menggeledah tas kecilnya.Di tasnya memang hanya terdapat dompet dan ponsel, ia pergi dalam keadaan super panik kemarin. Biasanya ia akan selalu menyiapkan setidaknya lipstick dan bedak atau cushion di tasnya.Tapi meskipun dengan wajah bare face sekalipun, Liu tetap cantik menawan. Sebelas dua belas dengan Irene Red Velvet, menurut teman-temannya. Karena Liu tak bisa melihat itu, ia sibuk insecure dengan semua hal tentang dirinya.Sesampainya di pengadilan, yang Liu lakukan hanya satu, yaitu me

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-28
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 11. Danny, Doyeon, dan Jung Jisung

    “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Danny saat mendapati Doyeon sedang menguping dengan gelisah di depan ruangan Kepala Hong.Perempuan itu terlonjak kaget dengan kehadiran sahabatnya itu. Ia hanya ingin memastikan Liu baik-baik saja di dalam sana. Ia pun berjaga di luar ruangan sambil menempelkan telinganya ke pintu meskipun tak bisa mendengar apa-apa.“Sial, kamu mengagetkanku, Danny!”“Ah maaf, kamu sangat mencurigakan sekali, tahu? Minggir, aku ada keperluan dengan Kepala Hong terkait persidangan besok lusa,” balas Danny yang langsung menghentikan langkahnya saat Doyeon merentangkan kedua tangan di depannya.“Apa? Tidak, tunggu. Jangan masuk ke dalam, Liu sedang ada di dalam sana, aku khawatir karena sepertinya dia sedang tidak membawa akal sehatnya sekarang.”“Liu? Bukankah dia cuti karena sakit? Aku sudah menduga kalau dia akan marah karena kasus yang sudah dia kerjakan dilimpahka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 12. Rooftop

    Tangan Liu terasa nyeri karena Jung Jisung menariknya terlalu kencang, apalagi bekas luka infus di punggung tangannya bahkan masih basah.Saat lelaki itu agak kebingungan usai menjauh dari ruangan Kepala Hong, apalagi sebentar lagi koridor akan ramai dengan pegawai yang akan menghabiskan break time.“Saya akan mencarikan ruangan untuk anda, Tuan.” Sekretaris Choi pun menawarkan bantuannya.Namun belum sempat Sekretaris Choi pergi, Liu sudah menghentikannya.“Tidak perlu, ikut aku,” ucap Liu yang lebih terdengar seperti perintah.Pemandangan sudah berbalik, kini gantian Liu yang menarik pergelangan tangan Jung Jisung dan membawanya berbelok ke arah lift, membuat lelaki itu terkejut dengan tindakan Liu. Hanya satu tujuannya, tempat di mana tak ada mata dan telinga lain yang mengindera mereka, rooftop.Pikiran Liu masih agak kacau usai mendapat pelecehan verbal dari Kepala Hong beberapa saat yang lalu, begitu pula dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 1. CEO 1 Miliar Won

    "Jangan egois, Kim Liu. Kalau ibumu pergi, kamu yang akan menyesal," hardik Paman Shin dengan rahang mengeras.Liu hanya bisa menutup telinga dengan kedua tangannya, ia benar-benar sudah menangis kali ini. Tangis yang sedari tadi ditahannya di dalam ruangan."Teganya Paman berkata tentang kematian ibu di hadapanku di saat ibu masih bernafas di dalam sana? Pantaskah Paman menyebut diri Paman sebagai seorang adik ipar? Paman dan Bibi ternyata sama saja," cerca Liu kesal."Aku hanya ingin yang terbaik untuk kakak iparku. Jangan munafik, semua orang tahu bahwa waktunya tak lama lagi."Liu terdiam. Benar, waktu ibunya memang tak lama lagi. Ibunya sudah berkali-kali kritis, minggu ini saja sudah empat kali ia dipanggil karena ibunya kejang-kejang. Dokter bahkan sudah meminta para keluarga untuk bersiap merelakannya.Ia pun segera beranjak, meninggalkan paman egois yang sekarang sibuk dengan ponselnya. Liu menemui sang ibu lagi yang kini sudah tertidur pu

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 2. Tuan Jung Jisung

    “Siapa yang baru saja ibu temui? Aku tidak bodoh, ibu pasti sudah termakan omongan orang lain. Siapa? Paman dan Bibi Shin lagi?” tanya Liu bertubi-tubi saat ibunya kembali mengutarakan rencana perjodohannya.“Aku sebentar lagi mati, Liu. Kamu akan hidup bahagia bersama lelaki ini. Dia akan membiayai seluruh hidupmu, aku akan mati dengan tenang,” lirih ibunya pilu.Air mata ibunya jatuh, membasahi bantal polos berwana hijau tosca. Kim Liu tak berdaya melihatnya. Rasa kesal, sedih, muak, bercampur jadi satu.“Sejak kapan ibu menjadi gila harta seperti ini? Sungguh bukan ibu sekali. Aku mohon untuk sekali ini saja, biarkan aku membangkang,” pinta Liu, memeluk ibunya.“Aku, hanya tidak ingin kamu sebatang kara di dunia ini, Liu,” bisik sang ibu tepat di telinganya.“Dia akan menjagamu,” tambahnya.“Siapa?” Kalimat terakhir ibunya membuat Liu langsung menoleh, entah kenapa ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16
  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 3. CEO dan Sebotol Wine

    Hening, hanya ada alunan musik klasik lirih yang mengiringi. Liu duduk terdiam sambil menatap meja selama beberapa saat. Saat ia mendongakkan kepala, matanya bertemu dengan mata Jisung yang juga tengah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.“Kamu tinggal sendiri? Rumahmu dimana?”“Naik apa kamu ke tempat kerja? Bus kota? Taksi? Mobil pribadi?”“Apa kamu punya teman dekat? Berapa? Berikan aku informasi tentang mereka.”“Apakah kam-““Stop!” sergah Liu usai mendengarkan rentetan pertanyaan dari Jisung, ia menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.“Pertama, anda sangat tidak sopan sudah mengunakan bahasa non formal pada saya yang jelas-jelas baru pertama kali anda temui. Kedua, saya bukan google yang bisa menjawab pertanyaan beruntun itu sekaligus. Ketiga, untuk apa saya memberitahukan informasi-informasi pribadi saya? Jangan harap,” lanjut Liu yang sedang b

    Terakhir Diperbarui : 2022-01-16

Bab terbaru

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 12. Rooftop

    Tangan Liu terasa nyeri karena Jung Jisung menariknya terlalu kencang, apalagi bekas luka infus di punggung tangannya bahkan masih basah.Saat lelaki itu agak kebingungan usai menjauh dari ruangan Kepala Hong, apalagi sebentar lagi koridor akan ramai dengan pegawai yang akan menghabiskan break time.“Saya akan mencarikan ruangan untuk anda, Tuan.” Sekretaris Choi pun menawarkan bantuannya.Namun belum sempat Sekretaris Choi pergi, Liu sudah menghentikannya.“Tidak perlu, ikut aku,” ucap Liu yang lebih terdengar seperti perintah.Pemandangan sudah berbalik, kini gantian Liu yang menarik pergelangan tangan Jung Jisung dan membawanya berbelok ke arah lift, membuat lelaki itu terkejut dengan tindakan Liu. Hanya satu tujuannya, tempat di mana tak ada mata dan telinga lain yang mengindera mereka, rooftop.Pikiran Liu masih agak kacau usai mendapat pelecehan verbal dari Kepala Hong beberapa saat yang lalu, begitu pula dengan

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 11. Danny, Doyeon, dan Jung Jisung

    “Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanya Danny saat mendapati Doyeon sedang menguping dengan gelisah di depan ruangan Kepala Hong.Perempuan itu terlonjak kaget dengan kehadiran sahabatnya itu. Ia hanya ingin memastikan Liu baik-baik saja di dalam sana. Ia pun berjaga di luar ruangan sambil menempelkan telinganya ke pintu meskipun tak bisa mendengar apa-apa.“Sial, kamu mengagetkanku, Danny!”“Ah maaf, kamu sangat mencurigakan sekali, tahu? Minggir, aku ada keperluan dengan Kepala Hong terkait persidangan besok lusa,” balas Danny yang langsung menghentikan langkahnya saat Doyeon merentangkan kedua tangan di depannya.“Apa? Tidak, tunggu. Jangan masuk ke dalam, Liu sedang ada di dalam sana, aku khawatir karena sepertinya dia sedang tidak membawa akal sehatnya sekarang.”“Liu? Bukankah dia cuti karena sakit? Aku sudah menduga kalau dia akan marah karena kasus yang sudah dia kerjakan dilimpahka

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 10. Kepala Hong Songdeuk Sialan

    Waktu hampir tengah hari, Liu yang ingin naik bus akhirnya memutuskan untuk naik taksi agar lebih cepat sampai ke pengadilan.Ia menyisir rambut dan merapikannya dengan jemarinya, beruntung setidaknya ia sudah keramas kemarin pagi. Baru kali ini ia pergi ke pengadilan dengan baju casual dan bahkan tanpa menggunakan make-up sedikitpun.“Argh… aku tidak punya ikat rambut pula. Kenapa aku juga tidak membawa make-up apapun,” gerutu Liu sambil menggeledah tas kecilnya.Di tasnya memang hanya terdapat dompet dan ponsel, ia pergi dalam keadaan super panik kemarin. Biasanya ia akan selalu menyiapkan setidaknya lipstick dan bedak atau cushion di tasnya.Tapi meskipun dengan wajah bare face sekalipun, Liu tetap cantik menawan. Sebelas dua belas dengan Irene Red Velvet, menurut teman-temannya. Karena Liu tak bisa melihat itu, ia sibuk insecure dengan semua hal tentang dirinya.Sesampainya di pengadilan, yang Liu lakukan hanya satu, yaitu me

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 9. Menentang Perintah

    Liu terpaku selama beberapa saat sembari matanya sibuk menelisik dan otaknya sibuk berpikir keras.“K-kenapa lelaki itu ada di sana? Ji-Jisung?” gumamnya masih tak percaya.Ia yang sebelumnya ingin kabur untuk pergi ke ruangan ibunya pun urung, Liu akhirnya kembali ke kamarnya dan beroverthinking ria.“Kenapa? Sakit apa dia?”“Kenapa Sekretaris Choi berbohong padaku?”“Tunggu, apa jangan-jangan… ah tidak, jangan berpikiran aneh-aneh, Kim Liu!”Perempuan itu mengacak-acak rambutnya karena frustasi. Belum juga satu misteri tentang Jung Jisung terkuak, baru saja misteri baru muncul untuk membuatnya penasaran.“Lelaki macam apa kamu, Jung Jisung?” gumamnya lagi.---“Kembalilah ke Kim Liu, aku baik-baik saja,” ucap Jisung dengan tenang meskipun suaranya bahkan tergengar begetar.“Tidak, Tuan. Saya akan menunggu sampai suster itu kemba

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 8. Di mana Jung Jisung?

    Liu membuka matanya dengan sangat berat, matanya kembali merapat saat cahaya menyilaukan menimpa retinanya. Cahaya dari matahari pagi yang menerobos masuk lewat sela-sela tirai di jendela kaca.“Dimana?” gumamnya pelan.“Di ruang perawatan rumah sakit, syukurlah sudah sadar,” sahut bayangan seorang laki-laki yang duduk di sofa di samping ranjang.Lelaki itu langsung mendekat ke arah Liu lalu mengecek infusnya.“Sekretaris Choi?” gumam Liu lagi usai pandangannya yang semula kabur menjadi semakin jelas.“Iya, saya diperintahkan untuk menemani anda sampai anda pulih,” balasnya.Alis Liu langsung mengkerut, ia kemudian berusaha untuk bangkit dan duduk, meskipun dengan bantuan Sekretaris Choi.“Perintah? Siapa yang memerintahkan?” tanya Liu yang sebetulnya sudah tahu jawaban dari pertanyaannya.“Siapa lagi? Tuan saya hanya satu, Tuan Jung Jisung,” jawab Sekretar

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 7. Hari Yang Melelahkan

    Hening menyelimuti perjalanan Liu dan Jisung. Liu diam karena hatinya masih kesal dengan keadaan, sedangkan Jisung diam karena tak tahu harus berbuat apa. Mereka sama-sama melihat ke luar jendela dan memanjakan mata dengan lampu-lampu kota.“Maaf, destinasi kita kemana, Tuan?” tanya Sekretaris Choi yang kebingungan.“Diamond residence,” jawab Jisung singkat.Liu meneguk ludahnya sendiri saat tempat yang disebutkan Jung Jisung adalah apartemennya dan sang ibu. Untuk sesaat ia lupa bahwa lelaki di sampingnya itu sudah mengecek semua latar belakangnya, termasuk tempat tinggal tentunya.“Baik.”Sesampainya di tempat tujuan, Liu langsung keluar begitu mobil itu berhenti, tak berniat untuk berpamitan atau sekadar berbasa-basi. Ia langsung berjalan menjauh tanpa repot-repot menengok ke belakang.Tepat saat Sekretaris Choi menyalakan mesin mobilnya kembali, Jung Jisung tiba-tiba kembali keluar dari mobilnya, menyi

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 6. Kekasih Calon Suami

    Liu sedang menunggu Jung Jisung dan pengacaranya menyelesaikan dokumen. Ia masih duduk di sofa dengan perasaan campur aduk. Pikirannya melayang teringat pengakuan Jisung yang ternyata sudah memiliki kekasih, sesuatu yang benar-benar tidak ia duga. “Tunggu, aku kan bisa cari tahu,” gumam Liu yang langsung meraih ponselnya. Ia baru teringat ucapan Doyeon bahwa Jisung adalah BTSnya dunia industri yang rajin masuk portal berita. Dan benar saja, hanya dengan mengetikkan satu kata kunci yaitu “Jung Jisung”, ratusan headline artikel berita tentang lelaki itu langsung muncul memenuhi laman pencarian. Liu meneguk ludahnya, “Jadi benar dia se-terkenal ini?” ucapnya keheranan dengan mulut menganga. “APA?!” pekik Liu spontan saat membaca artikel teratas, ia langsung menutup mulutnya dengan tangan sambil melihat sekeliling. “Perempuan itu adalah Shin Minseo? Selebgram cantik dan sultan kaya raya yang diidolakan Dayeon?” ujar Liu yang kini setengah berbisik

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 5. Perjanjian Kontrak

    Pukul enam sore, Liu akhirnya bisa terbebas dari berkas sidang yang benar-benar membuatnya pening. Jam pulang kantor memang pukul empat, tapi hampir tak ada pengacara yang pulang tepat waktu, termasuk Liu. Banyak sekali perkerjaan yang menumpuk, ia hanya ingin tidur dengan tenang tanpa terbebani pekerjaan yang belum kelar.Doyeon sudah pulang sejam sebelumnya, membuat Liu harus pulang sendirian. Biasanya, Liu akan naik bus kota atau taksi untuk pulang pergi. Dia memnag tidak suka menyetir mobil sendiri, lebih memilih menggunakan transportasi umum sekaligus untuk menikmati perjalannya sambil melepas lelah.Begitu ia keluar dari gedung, sebuah mobil tak biasa terhilat terparkir di pinggir jalan pu menarik perhatiannya.“Siapa dia? Berani-beraninya parkir mobil sembarangan di depan gedung pengadilan?” gumam Liu.Perempuan itu langsung mengeluarkan ponselnya untuk menelepon polisi lalu lintas yang bertugas menangani parkir sembarangan. Biasanya, m

  • CEO 1 Miliar Won   Chapter 4. Liu, Doyeon, Danny

    “Apa kamu pernah makan di Le Pre Michel?” tanya Liu pada Doyeon yang sedang duduk di cubicle kerjanya.“Kamu bercanda? Menyebut nama restoran itu saja aku tidak bisa. Dompetku tak akan mau dijak kesana, kenapa memangnya?”“Semalam aku dinner di sana.”Kalimat itu menghentikan aktivitas Doyeon yang langsung bangkit dan menuju cubicle Liu. Ia duduk di meja kerja Liu, memasang wajah sangat antusias.“Benarkah? Tidak mungkin kamu kesana atas kemauan sendiri, bukan? Dengan siapa?” cecar Doyeon penasaran.Liu masih menimang-nimang apakah ia akan bercerita pada Doyeon atau tidak. Pasalnya, ia belum mau memberitahukan tentang Jung Jisung pada sahabatnya itu. Ia juga belum siap ditanya macam-macam, karena ia bahkan masih belum tahu takdir apa yang sedang menunggu di balik perjodohan ini.“Kamu tahu harga makanan di sana? Semahal itu kah?” Liu justru mengalihkan pembicaraan.“Yan

DMCA.com Protection Status