Saat ini, keduanya sedang duduk di sofa. Mitha sedang berpikir apakah harus jujur kepada Mami Anisa atau memendamnya sendiri dalam hatinya. "Aku harus bagaimana?" tanyanya bingung, dalam hatinya."Mami Anisa dan Oma Rini sangat baik kepadaku. Apakah aku sanggup mengecewakan kedua wanita itu?" sedihnya, dalam hati."Mitha, kamu kok diam saja? Apakah Erlan menyakitimu lagi? Kamu bisa jujur kepada Mami, apa pun itu. Mami pasti akan membelamu dan akan memarahi Erlan." sahut Mami Anisa.Mendengar omongan Mami Anisa, Mitha seketika takut. Bisa saja Erlan akan semakin jengkel kepadanya jika Mami Anisa akan memarahi Erlan. Dia pun lalu berkata,"A ... aku baik-baik saja kok, Mami. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Erlan. Aku ... aku hanya sedang merindukan kedua orang tuaku." Air mata Mitha tak kuasa dirinya bendung, saat menyebutkan kedua orang tuanya."Mitha, kamu kenapa tidak mencoba mengabari keluargamu? Mami janji, akan membantu menjelaskan semua, kepada kedua orang tuamu."
"Iya, Mami. Aku akan tidur sekarang. Selamat malam Mami." sahut Mitha lalu mulai menutup pintu kamarnya. Tidak lupa, dia menguncinya dari dalam. Mitha masih saja takut jika Erlan tiba-tiba datang ke kamarnya dan kembali mengganggunya.Sementara di dalam kamarnya, Arjuna masih belum juga tidur. Dia masih memikirkan percakapannya dengan Mitha tadi, sambil membolak-balik beberapa foto Mitha yang dirinya ambil selama gadis itu berada di kampus. Pria misterius yg selalu menjaga Mitha selama ini ternyata adalah Arjuna. Dia memberi perintah penuh kepada anak buahnya untuk melindungi dan menjaga gadis yang sangat dirinya cintai itu, secara diam-diam.Arjuna hanya bisa melihat gadis pujaan hatinya itu dari kejauhan. Dia tidak memiliki keberanian untuk mendekatinya, dan hanya mampu menatapnya melalui foto-foto hasil jepretan anak buahnya secara diam-diam.Arjuna ingin sekali melakukan pendekatan kepada Mitha. Sejak dulu, dia ingin sekali mendekati gadis itu. Namun dirinya yang merupakan seora
"Ada apa lagi sih, Pi?" Aku ada meeting pagi ini, lho. Jadwalku sangatlah padat." ketusnya kepada sang ayah."Kamu, ini! Papi hanya mau ngomong sebentar saja dan ini juga sangat penting." tutur Papi Fred kepada putranya."Ya sudah, cepat katakan, Pi. Aku tidak mau jika aku telat sampai ke kantor." ucapnya, mulai mengarang indah.Padahal yang sebenarnya terjadi, Erlan ingin segera ke luar dari rumah dan melakukan sesuatu yang menjadi kebiasaan favoritnya sejak Mitha muncul di dalam kehidupannya."Papi hanya mau bilang, kamu jangan kaget jika nanti saat kamu sampai di kantor masih banyak para wartawan di sana.""Terus bagaimana caraku untuk masuk ke dalam kantor, Pi? Aku ada meeting penting pagi ini." kesalnya."Makanya Papi menahanmu, untuk menjelaskan kepadamu." "Papi mau mengatakan apa? Ayo cepat katakan." desak Erlan, karena alat tempurnya yang ada di balik celananya mulai membengkak hanya karena melihat wajah cantik Mitha pagi ini."Sial! Ada apa denganku? Kenapa pagi ini tiba-tib
Erlan memandang kepergian Mitha yang masuk ke dalam rumah, dengan perasaan jengkel.Tiba-tiba saja ada perasaan cemburu yang melingkupinya. Saat melihat Mitha dan Arjuna yang berjalan secara beriringan masuk ke dalam rumah."Sial! Ngapain gue ke kantor! Dio! Gue mau bolos hari ini, bisa kah?"tanyanya kepada sang asisten."Maaf, Tuan Muda. Anda tidak boleh bolos hari ini. Apalagi pagi ini, Anda akan mengikuti meeting penting. Nanti siang, Anda juga harus izin untuk melakukan fitting baju pengantin." sahut sang asisten."Sial! Sungguh menyebalkan!" kesalnya."Kenapa, Tuan Muda? Apakah Anda sedang dilanda penyakit cinta yang menggelora kepada Nona Mitha?" ejek Dio, sambil melirik Erlan yang sedang kesal itu."Jaga ucapanmu, Dio! Sejak kapan gue butuh wanita? Jangan mimpi, Lo!" hardiknya, semakin marah."Ha-ha-ha, terus Anda kok jadi sewot begitu, Bos? Saat melihat Tuan Arjuna dan Nona Mitha berduaan?" sergahnya, lagi."Siapa yang sewot? Biasa saja lagi! tukasnya, mencoba menutupi rasa k
"Anda memang bukan anak kecil, Bos. Tapi tingkah Anda yang seperti anak kecil!" tukas, Dio."Apa, Lo bilang? Sialan! Lo memang benar-benar ingin dihajar, rupanya!" seru Erlan lalu melangkah menghampiri Dio dan ingin menghajarnya.Namun tiba-tiba ponsel Dio berdering dan ada nama Arjuna di layar ponsel-nya, itu.Dia pun segera berkata kepada Erlan,"Sebentar, Bos. Tahan dulu, Bos.""Kenapa, hah?" hardik Erlan."Ini, Tuan Arjuna. Sedang menelepon. Saya angkat dulu, siapa tahu penting. Nanti kita lanjutkan lagi bercandanya, setelah ini." ucap Dio mencoba merayu Erlan agar menahan emosinya.Dio merasa sangat lega, saat mengetahui jika Arjuna menelponnya. Akhirnya dia bisa lepas dari amukan sang atasan yang sedang marah besar itu."Ngapai kutu kupret itu menelponmu?""Saya juga kurang tahu, Bos. Saya angkat dulu ya, Bos. Siapa tahu penting." tuturnya lagi."Aktifkan mode loudspeaker!" perintahnya, kepada sang asisten."Siap, Bos. Laksanakan!" ucapnya lagi. Dio pun segera mengaktifkan mode
"Arjuna, akan tetap berada di sini, sampai seluruh urusan hari ini selesai semua." ucap, Mami Anisa. "Tapi, Mi! Aku nggak suka jika dia berada di sini!" Erlan terus saja mencoba untuk protes kepada ibundanya. "Tidak bisa, Lan. Juna akan tetap berada di sini. Lagian kenapa sih, jika Ajuna juga ikutan berada di butik ini. Dia nggak ganggu, kok. Justru Juna sangat berguna, berada di sini." tukas sang mami, lagi. "Berguna bagaimana sih, Mi. Alasan saja, deh!" "Ini bukan hanya sekedar alasan, Lan. Apa kamu nggak mikir, sudah berapa jam kami menunggu mu untuk datang? Arjuna bahkan sudah berkali-kali mondar- mandir ke kafe di depan sana, untuk membelikan kami makanan karena kelaparan dan kehausan menunggumu, datang." tukas Mami Anisa mencoba menjelaskan kepada anaknya, yang sangat keras kepala itu. "Kan aku sibuk meeting, Mi!" bela Erlan. "Sial! Jadi dari tadi, Si nyamuk cikungunya ini berada di sini? Enak banget dia bisa bebas memandang wajah Mitha yang cantik itu!" geramnya, dalam hat
"Wow, sang mempelai pria sudah bucin banget ya sama calon istrinya? Sampai senyum-senyum, begitu?" goda sang desainer kemayu itu, kepada ErlanMendengar ucapan pria itu. Erlan segera mengkondisikan wajahnya, berubah menjadi garang. Namun tidak bisa. Yang ada malah wajahnya semakin berseri-seri. Untuk menghalau semua itu, Erlan lebih memilih untuk menundukkan kepalanya. Karena semua mata orang yang ada di ruangan itu, tertuju kepadanya.Tak terkecuali Mitha yang mulai mencuri-curi pandang ke arah Erlan. Mungkin saja ntuk mencari kebenaran dari ucapan pria kemayu itu. Namun yang dirinya dapati, Erlan malah berwajah datar saat ini.Sejenak pandangan mereka beradu. Namun Mitha dengan segera menyudahi aksi saling tatap itu. Karena dia sudah berikrar dalam hatinya untuk mulai menekan perasaannya kepada pria itu."Postur tubuh Anda sangat bagus, Tuan Muda. Terkesan macho! Jadi gemes deh!" serunya, lalu dengan cepat ingin memeluk tubuh Erlan.Namun dengan cepat juga Erlan menghindar, lalu b
Mendengar ucapan yang berbau ancaman dari anaknya. Mami Anisa segera bertindak, karena dia mengetahui bagaiman keras kepalanya, putranya itu.Mami Anisa pun mulai angkat bicara, "Dio, Arjuna. Kalian menunggunya di luar saja, ya. Bisa dipastikan kami aman di dalam sini.""Siap, Aunty. Tanpa disuruh pun aku akan keluar dari sini. Aku cukup tahu diri, kok. Hanya saja, aku tidak mau bersifat kekanakkan seperti orang, itu!" tunjuknya sinis, kepada Erlan."Sialan, Lo! Kutu kuprey! Berani Lo, ama gue?" balas Erlan emosi!" Namun Arjuna tak menggubris ucapan Erlan. Dia malah berkata kepada Asisten Dio,"Ayo kita cabut dari sini! Ntar bekicot sawah akan buat rusuh," sindir Arjuna lagi."Ha-ha-ha." Asisten Dio kembali tertawa mendengar ucapan Arjuna yang terus saja mengejek atasannya."Sialan Lo, Dio! Lo berani nertawain gue? Gue akan potong gaji Lo selama dua tahun!" ketus Erlan marah.Mendengar hal itu, nyali Asisten Dio menjadi menciut. "Maaf, Bos. Saya tidak akan tertawa lagi. Tolong jang