Share

Menantu Rasa Babu

Author: Heaven Nur
last update Last Updated: 2024-09-24 17:59:28

Bu Lastri menatap aneh pada Adam kemudian berpindah ke arah Cahaya. “Jangan bilang kalian tidur terpisah di malam pertama?”

Cahaya menunduk seketika karena bingung hendak menjawab apa. Sementara itu, Adam dengan cepat menjawab, “Enggak kok, Bu. Aku dan Cahaya tidur di kamar ini. Cuman tadi pas habis salat subuh kayak ada suara tokek di kamar tamu, jadi aku ke sana buat meriksa.” Meskipun terlihat ragu dalam menjelaskan, tetapi jawaban Adam mampu membuat Bu Lastri percaya.

“Oh, Ibu kira kalian tidur terpisah. Kalian kan udah jadi suami istri, jadi ya harus selalu tidur bersama. Kasian bapakmu kalau kalian nggak akur. Meskipun bapak sudah nggak ada sama kita, tapi bapak pasti tahu semua yang terjadi.” Bu Lastri merasa lega. “Tapi ... Emangnya beneran ada tokek? Perasaan, mulai kita tinggal di sini Ibu nggak pernah dengar ada suara tokek.”

“Ada kok, Bu. Beberapa hari yang lalu Adam juga denger suara tokek sama persis dengan yang Adam dengar tadi.” Sebisa mungkin Adam menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi, karena dia sedang mengarang cerita agar ibunya bisa lebih percaya.

“Ya sudah kalau gitu, Cahaya cepetan ikut Ibu ke dapur,” titah Bu Lastri pada Cahaya dengan memasang wajah sedikit ramah daripada tadi malam.

“Nggeh, Bu.” Si menantu baru itu segera berjalan mengekor di belakang ibu mertua menuju ke arah di ruangan yang terlihat seorang wanita yang sedang berdiri di depan kompor.

“Cahaya, mulai sekarang kamu bantuin Mbok Sri masak dan urus kebersihan rumah. Kalau Mbok Sri masak, tugasmu cuci baju, nyapu sama ngepel. Kalau untuk bersihin halaman udah ada Mang Asep yang megang.” Dengan penuh kelembutan wanita itu memberikan tugas pada sang menantu.

Cahaya yang polos dan memang sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah sedari kecil menganggap pekerjaan yang diberikan oleh sang ibu mertua adalah pekerjaan yang sangat mudah. Gadis itu dengan cekatan mulai meraih keranjang pakaian kotor dan segera memasukkannya ke mesin cuci.

“Eh eh eh, Cahaya, bentar! Ngomong-ngomong, kamu bisa kan cuci baju pakai mesin cuci?” Dengan cepat, Bu Lastri menyusul langkah Cahaya karena khawatir kalau menantu dari desanya itu tidak bisa menggunakan mesin cuci. Dalam benak wanita itu, jangan sampai niatnya untuk menghemat pengeluaran malah jadi hal yang merugikan jika Cahaya bertindak ceroboh dan malah merusak mesin cuci.

Cahaya pun segera menjawab dengan penuh percaya diri, “Bisa kok, Bu.”

“Oh, baguslah kalau begitu.” Bu Lastri mengangguk paham seraya meninggalkan Cahaya bersama seorang asisten rumah tangga.

Cahaya menoleh ke arah Mbok Sri dengan tersenyum malu, kemudian segera memasukkan lembar demi lembar pakaian kotor milik suami dan sang ibu mertua ke mesin cuci. Meskipun bentuk dan ukuran yang sangat jauh berbeda, tetapi Cahaya dan neneknya punya sebuah mesin cuci kecil di rumah. Dia berpikir bahwa penggunaan atau cara pakai semua mesin cuci pastilah sama. Namun, kenyataannya gadis desa itu kebingungan ketika hendak memulai pekerjaannya. Banyaknya tombol dan pengaturan di layar kecil yang ada di atas mesin cuci membuatnya kesulitan, hingga dia tersadar bahwa mesin cuci yang ada di hadapannya tidak sama dengan yang dia miliki di rumah.

Mbok Sri yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik nona mudanya yang kebingungan, perlahan berjalan mendekat. “Sini, Non. Biar Mbok aja yang nyuci baju. Non Cahaya istirahat aja.”

“Jangan, Mbok. Biar Aya aja yang nyuci. Mbok Sri ajarin cara nyalain mesin cucinya aja, nanti Aya yang nyelesaiin.” Cahaya menolak keinginan perempuan paruh baya yang mengenakan daster motif bunga mawar itu dengan sopan.

Akan tetapi, Mbok Sri masih tetap bersikeras. “Jangan, Non. Biar Mbok aja.”

“Bukannya Mbok tadi lagi masak, ya? Mbok terusin masak, biar Aya yang nyuci sesuai perintah ibu tadi.”

Mendengar ucapan nona mudanya membuat Mbok Sri tersenyum penuh arti. “Aman, Non. Masakan udah mateng semua kok. Udah siap santap! Mbok kasian liat Non Cahaya.” Pandangan perempuan yang sudah lebih dari lima tahun menjadi ART di rumah keluarga Adam itu menunduk sedih. Seperti ingin mengutarakan sesuatu, tetapi seakan terasa sangat berat untuk mengutarakannya.

Cahaya terhenyak. “Kasian sama Aya?” sahutnya dengan cepat. “Memangnya ada apa, Mbok?” Cahaya menatap kedua mata wanita yang berdiri di sampingnya dengan penuh rasa penasaran. Sebenarnya apa yang telah dilakukan majikannya sehingga membuat ART itu merasa iba pada sang nona muda yang baru kemarin menjadi anggota keluarga di rumah ini.

Mbok Sri mengedarkan pandangan, menoleh ke sekitar untuk memastikan keadaan bahwa tidak ada siapa pun di dekat mereka yang mungkin saja bisa mendengarkan apa yang akan dia bicarakan kepada Cahaya. Setelah memastikan kondisi aman, Mbok Sri pun kembali memulai percakapan, tetapi kali ini dengan volume suara yang amat sangat lirih.

“Sebenarnya, sebelum Den Adam menikah yang artinya sebelum Non Cahaya ke sini, Nyonya besar itu punya empat ART, Non. Termasuk Kang Asep yang ngurusin halaman dan taman. Karena Non Cahaya akan menjadi menantu dan tinggal di sini, nyonya besar memecat dua ART lain dan menyisakan Mbok ini sama Kang Asep.” Dengan suara pelan, tetapi cukup jelas di telinga Cahaya, Mbok Sri menceritakan sebuah kebenaran. Akan tetapi, ucapan Mbok Sri masih belum dipahami oleh Cahaya.

“Terus, masalahnya sama Cahaya apa, Mbok?” tanya nona muda itu pada ART-nya dengan memicingkan sebelah mata, tanda bahwa dia benar-benar tidak paham dengan apa yang didengarnya.

“Astaghfirullah, Non .... Non Cahaya kenapa polos banget sih?” ART itu sampai mengelus dada karena saking geram. Padahal, bertemu Cahaya baru beberapa menit yang lalu, tetapi seolah-olah sudah berkumpul lama dan seperti memiliki ikatan batin yang kuat, sehingga membuat Mbok Sri merasa kasihan padanya.

“Maaf, Mbok. Aya beneran nggak paham. He he he.”

Mbok Sri kembali berucap, “Jadi, Nyonya besar memecat dua ART sebelum Non Cahaya tinggal di sini supaya ngirit, Non. Artinya, karena Non Cahaya menantu di sini, jadi nyonya besar bisa menyuruh Non Cahaya gantiin pekerjaan dua ART yang dipecat tadi tanpa membayar biaya sama sekali.”

“Nggak mungkinlah, Mbok. Mungkin ibu pengen kasih pengalaman atau pembelajaran buat Aya gimana jadi istri yang baik, yang bisa ngurus rumah tangga.”

penjelasan yang cukup membingungkan untuk gadis polos seperti Cahaya. Karena baginya, selama dirinya mampu, dia rela melakukan apa pun di rumah sang mertua. Kemurnian hati gadis desa ini menyangkal ucapan negatif dari Mbok Sri yang terkesan memburuk-burukkan sang majikannya sendiri.

“Si Non dibilangin kok nggak percaya sama Mbok? Mbok ini kasih tahu Non Cahaya karena Mbok kasihan sama Non Cahaya.” Mbok Sri terlihat sedikit kecewa.

Kedua wanita itu masih berdiri di depan mesin cuci sambil terus bercakap-cakap dengan nada lirih. Sesekali Mbok Sri melanjutkan ucapannya tentang niat buruk majikannya kepada Cahaya di tengah-tengah pembelajarannya tentang mesin cuci. Bu Lastri yang tiba-tiba muncul untuk memeriksa pekerjaan menantunya merasa geram. Sudah lebih dari tiga puluh menit berlalu, tetapi pekerjaan mencuci baju masih belum diselesaikan. Entah apa yang sedang dibicarakan Cahaya dan si ART, tetapi keduanya terlihat sedang asyik mengobrol dan malah melalaikan kewajiban.

“Enak banget kalian, ya! Kerjaan belum beres kok malah pada asyik ngerumpi!”

BERSAMBUNG

Related chapters

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Menantu Polos

    “Cahaya! Cucian udah selesai belum? Ngapain kamu malah ngerumpi sama Mbok Sri?” Bu Lastri mencecar Cahaya dengan wajah merah padam . Terlihat jelas amarah sedang menguasai wanita berpakaian modis layaknya wanita sosialita yang akan menghadiri sebuah acara itu. Cahaya terperanjat ketika namanya dipanggil oleh ibu mertua dengan nada tinggi. Seketika dia merasa bersalah karena telah melalaikan tugas yang telah diperintahkan.“Eh, maaf, Bu.” Dengan cepat gadis itu menyalakan mesin cuci yang ada di hadapannya sesuai dengan arahan yang diberitahukan oleh Mbok Sri.“Baru juga satu hari udah bikin orang kesel aja!” gerutu Bu Lastri seraya melanjutkan langkahnya menuju ke arah meja yang di atasnya telah berjejer menu sarapan yang menggugah selera. Aroma dari ayam goreng menusuk hidung wanita itu seolah-olah memanggil dan membuatnya segera duduk di kursi paling depan. Diliriknya Mbok Sri yang kini sudah berpindah di depan wastafel dengan wajah menunduk sambil mencuci peralatan masak.

    Last Updated : 2024-09-24
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Bukan Menantu Idaman

    Seorang wanita cantik yang terlihat seumuran dengan Bu Lastri bangkit dari sofa empuk dan melangkah cepat menghampiri dua wanita yang baru datang. Dengan tatapan sinis seperti sedang menginterogasi, wanita bernama Bu Emma memindai sosok Cahaya dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Dari mana kamu mungut sampah ini, Jeng? Bukannya katamu pacar Adam itu gadis yang cantik, putih dan mulus? Lha ini apa?? Hitem kucel, pakai kerudung lagi? Nggak level banget sama kita-kita. Ya enggak?”sambung Bu Emma seraya menoleh ke arah segerombol wanita yang sama-sama terperangah ketika melihat bestie mereka memperkenalkan menantunya. Ucapan teman dari ibu mertua ini mampu menggetarkan hati Cahaya. Rasa penasaran karena dia mau dibawa ke mana seketika berubah menjadi rasa hina. Cahaya mengedarkan pandangan ke arah di mana para wanita yang hampir semua memasang tatapan sinis kepadaaanya. Benar saja, meskipun sudah tidak muda, tetapi mereka semua memang sangat cantik. Dengan kulit cerah terawat dan riasa

    Last Updated : 2024-09-24
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pernikahan yang Terpaksa

    Hari demi hari berlalu. Pernikahan Cahaya dan Adam hari ini genap berumur satu bulan. Di usia pernikahan seperti ini biasanya pengantin sedang asyik-asyiknya menjalani hari-hari indah dengan berbulan madu. Melewati setiap momen saling mengenal lebih dalam dengan perasaan penuh dengan kebahagiaan.Namun, hal-hal indah itu hanyalah impian belaka, karena kenyataannya Cahaya dan Adam tidak pernah tidur bersama. Ya, selama satu bulan mereka tinggal di atap yang sama, tetapi pasangan suami istri ini tidak pernah bersentuhan. Jangankan menyentuh, memandang wajah istrinya saja Adam merasa sangat jijik dan mual. Seperti malam ini, ketika pasangan suami istri itu di kamar, Cahaya yang baru keluar dari kamar mandi tidak sengaja menghalangi langkah Adam. Karena sakit perut yang berlebihan membuat Adam segera bergegas menuju kamar mandi setelah melihat Cahaya keluar. ‘Kamu ngapain masih di situ! Minggir!” teriak Adam pada Cahaya dengan sorot mata tajam. “Orang mau ke kamar mandi malah dihala

    Last Updated : 2024-09-24
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Bertahan Demi Nenek

    Nenek Asih bertanya dengan lirih, “Nduk, kenapa kamu yang ngepel lantai? Emangnya mertuamu nggak punya pembantu?”“Punya kok, Nek. Tapi Mbok Sri tugasnya masak dan urus keperluan dapur yang lainnya. Aya Cuma bantuin nyapu sama ngepel aja,” jawab Cahaya apa adanya.“Cahaya nyapu sama ngepel lantai sendirian?” tanya Nenek Asih lagi. “Emangnya mertuamu punya pembantu berapa?”“Dua, Nek. Tapi yang satu laki-laki, namanya Kang Asep. Kang Asep tugasnya bersihin halaman, ngerawat tanaman sekalian jadi satpam di sini,” jelas Cahaya dengan penuh semangat. “Tapi nyapu sama ngepel rumah sebesar ini sendirian pasti capek banget, Nduk. Kenapa mertuamu nggak cari pembantu lagi buat bantuin kamu?” “Ah, enggak kok, Nek. Aya kan udah terbiasa kerja kayak gini di rumah dulu. Jadi, Aya bisa kerjakan sendirian.” Mendengar jawaban dari sang cucu yang sudah lama dirindukan membuat Nenek Asih terenyuh. Wanita tua yang membawa sekantong plastik berisi buah mangga dan rambutan itu kembali memeluk cucunya.

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Anak yang Terbuang

    “Siapa orang tua kandung Aya, Nek?” tanya Cahaya dengan penuh rasa ingin tahu. Siapa gerangan orang tua yang telah tega membuang dirinya dalam keadaan masih bayi. Derai air mata Cahaya masih terus mengalir hingga kerudung yang dia pakai hampir basah seluruh bagian depannya. Hal yang benar-benar di luar dugaan dan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya bahwa dia adalah seorang anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya dan berakhir menjadi gadis desa yang tidak tahu apa-apa. Meskipun begitu, Cahaya tetap harus bersyukur karena yang menemukannya adalah Nenek Asih dan Almarhum suaminya yang baik hati. Merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang layaknya cucu sendiri.“Nek, kenapa diam aja? Tolong katakan, siapa orang tua kandung Aya?” tanya Cahaya lagi dengan memohon. “Nenek juga nggak tahu, Nduk. Tidak ada petunjuk apa pun yang ditinggalkan oleh orang tuamu. Yang Nenek tahu cuman namamu saja karena pada saat Nenek menemukanmu, kamu memakai gelang dengan tulisan Cahay

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pesan Singkat Mesra

    Cahaya membaca pesan di gawai pintar suaminya dengan tangan gemetar. Satu pesan singkat dengan panggilan mesra seketika mengalihkan pikiran dan hatinya. Nomor kontak bertuliskan CANTIKKU itu mampu membuat jantungnya berdegup beribu kali lebih kencang, sehingga Cahaya tiba-tiba merasakan tubuhnya membeku tak bisa digerakkan. “Apa yang kamu lihat?!” Setengah berlari, Adam menghampiri Cahaya dan langsung merebut benda pipih yang ada di tangan sang istri. Dengan wajah penuh amarah, Adam mengkritik sikap Cahaya karena sudah berani memegang handphone miliknya. “Siapa yang suruh megang HP-ku? Hah? Berani banget kamu ya?!” Cahaya masih mematung dengan tatapan kosong. Dia sama sekali tak menghiraukan ekspresi suaminya yang sedang marah karena pikirannya dan hatinya masih bergelut dengan pesan singkat mesra yang baru saja dia baca.“Dia siapa, Mas?” tanya Cahaya seraya menatap tajam pria yang berdiri di hadapannya. “Maksud kamu apa?” Adam berlagak bodoh. Pastinya, karena tidak akan mungk

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Wanita Cantik

    “Ibu tahu, kamu berhubungan lagi sama Nadia, kan?” Dengan tatapan tajam Bu Lastri bertanya kepada Adam. Sebelumnya perempuan itu memang sudah kenal betul dengan kekasih putranya yang bernama Nadia, karena Adam memang sering membawa pulang wanita cantik itu ketika ayahnya tidak ada di rumah. Akan tetapi, karena wasiat dari sang suami menyebabkan Bu Lastri lebih memilih Cahaya sebagai menantunya. Bagi Bu Lastri, tidak apa-apa mengorbankan cinta putranya demi mempertahankan harta kekayaan dan semua warisan. “Ibu tahu dari mana?” Adam bertanya balik. Padahal, pertemuannya dengan Nadia baru terjadi dua kali dan itupun mereka lakukan di restoran yang tersembunyi sepi dari pengunjung, tetapi bagaimana sang ibu bisa tahu? “Sudah Ibu bilang, Ibu tahu siapa yang ada di balik kontak nomor handphone-mu yang kamu namai CANTIKKU itu.”“Apa Ibu serius? Ibu tahu? Jadi ... sebenarnya Ibu tadi sudah tahu kalau Cahaya tidak asal bicara? Bahkan, Ibu juga tahu kalau yang mengirim pesan tadi adalah Nadi

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Gara-gara Bakso

    Atas permintaan aneh dari wanita cantik yang diakui sebagai adik sepupu Adam, Cahaya terpaksa harus mencari toko daging yang masih buka. Benar saja, karena jam sudah hampir malam tidak ada toko daging yang masih buka di jam-jam seperti ini. Karena Cahaya pergi belanja hanya dengan berjalan kaki, dia tidak bisa menempuh jalan yang jauh. Langkahnya gontai dan dia berhenti di depan sebuah ruko yang kosong untuk beristirahat sejenak. Tiga menit terlewati, Cahaya berniat melanjutkan perjalanannya ke satu toko terakhir yang belum dia datangi. Langkahnya terhenti ketika ada seseorang memanggil namanya. “Non Cahaya sedang apa?” tanya perempuan setengah baya yang ternyata adalah Mbok Sri.Ya, mantan ART Bu Lastri itu sedang membeli obat di apotek dekat ruko kosong yang ditempati Cahaya beristihat. Cahaya pun menoleh mencari sumber suara dan dia terkejut ketika mendapati mantan ART di rumah ibu mertuanya kini berdiri di hadapannya. Cahaya baru teringat bahwa Mbok Sri pernah bercerita memilik

    Last Updated : 2024-10-09

Latest chapter

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Bab Ekstra

    Bab EkstraSuara sirine ambulan mendengung sangat keras hingga terdengar sampai rumah Cahaya. Karena memang kejadian kecelakaan yang dialami Bu Lastri tidak jauh dari rumah Cahaya, sehingga kegaduhan yang terjadi bisa terdengar jelas oleh semua orang termasuk Cahaya.“Pa, ada apa rame-rame di depan?” tanya Cahaya dari arah dapur, karena setelah kepergian mantan ibu mertuanya beberapa menit yang lalu, gadis itu berniat menghidangkan makan siang untuk Farel dan ibunya. “Apa mungkin ada kecelakaan?” Dokter Hasan membalas dengan wajah penasaran.Begitu juga dengan Farel dan ibunya yang sama-sama mendengarkan kegaduhan di luar. Keduanya saling pandang dengan wajah penasaran atas apa yang mereka dengar. Dan di saat yang bersamaan, Bu Salma datang dengan memasang wajah panik. “Pa, Bu Lastri kecelakaan!” teriak ibu dari Cahaya itu dengan suara gemetar. “Ya Allah, Pa ... Mama liat sendiri mobil Bu Lastri nabrak pohon besar di pinggir jalan.” “Bu Lastri? Ibunya Adam?’’ Dokter Hasan begitu te

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   The End

    BAB 50The EndBu Lastri melepas kepergian Nadia dengan tangisan pilu. Wanita paruh baya itu tidak pernah menduga bahwa hidupnya akan berada di titik rendah ini. Karena keegoisannya ingin menjadikan Cahaya yang kini telah berubah menjadi kaya membuat putranya terpuruk dalam masalah di penjara. Bu Latri pun tidak pernah menduga bahwa keluarga Cahaya akan melaporkan perbuatan putranya yang mendekati Cahaya. Sebelumnya Adam memang ada bercerita tentang usahanya mendekati Cahaya, hingga terjadi perkelahian dengan dokter muda karena menolong Cahaya. Akan tetapi, Bu Lastri tidak pernah menduga bahwa Dokter hasan melaporkan perbuatan putranya ke kantor polisi. Dalam kebingungan, wanita paruh baya itu menuju ke kantor polisi sendirian. Bu Lastri ingin menemui putranya yang sedang kebingungan di penjara. Wanita paruh baya itu ingin memastikan keadaan Adam di jeruji besi yang menyesakkan dada. Di sepanjang perjalanan, air mata sudah tidak bisa dibendung lagi. Hati Bu Lastri sedang sangat gu

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Sebuah Hukuman

    BAB 49Sebuah HukumanKarena melihat istri dari tersangka yang ditangani olehnya kebingungan, sang polisi yang membawa surat penangkapan itu pun segera mejawab, “Saudara Adam telah melakukan penyerangan dan perbuatan tidak menyenangkan kepada Saudari Cahaya. Di mana dia sekarang? Kami minta Anda dan suami bersikap kooperatif agar kasus ini bisa diselesaikan dengan cepat dan tenang.” “Apa? Suami saya melakukan kesalahan apa? Dan Cahaya?? Kenapa suami saya bermasalah dengan Cahaya??” tanya Nadia ingin memastikan alasan penangkapan suaminya.“Kalau mau jelas, nanti bisa kami terangkan di kantor. Sekarang, panggilkan suami Anda terlebih dahulu dengan cara yang baik, sebelum kami melakukan pemanggilan paksa!” jawab sang polisi yang lain dengan suara lantang, sehingga membuat Adam yang kebetulan berada di rumah segera ke luar karena mendengar suara bising yang mengganggu.Pria itu pun muncul dari balik pintu dan mendapati istrinya tengah memasang wajah bingung di hadapan dua polisi. “Ini a

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Sebuah Harapan

    BAB 48Sebuah Harapan“Apa Dokter Farel serius mau melamar Cahaya?” tanya Dokter Hasan pada Farel dengan memasang wajah penuh penasaran. Wajar, karena sebelumnya ayah dari Cahaya itu tidak pernah berpikir bahwa dokter muda kepercayaannya menaruh hati pada putrinya. Sebaliknya, yang di pikiran Dokter Hasan selama ini adalah Farel sudah memiliki kekasih dan calon istri sehingga pria itu sama sekali tidak pernah menyinggung perihal pasangan kepada Farel. Akan tetapi, tiba-tiba saja pemuda mapan itu datang bersama ibunya dan mengungkapkan niat baik untuk melamar Cahaya. Hal itu membuat Dokter tidak bisa berkata apa-apa selain bertanya seriuskah?Dengan penuh keyakinan, Farel pun mengangguk seraya menjawab, “Iya, Dok. Saya sangat serius. Ini buktinya saya bawa Ibu saya ke sini biar Dokter yakin.” Ucapan Farel yang terkesan melucu, tetapi dengan wajah serius membuat Dokter Hasan terkekeh. “Ini beneran enggak sih, Dok? Saya benar-benar masih kurang yakin ini.” Melihat reaksi ayah dari g

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Lamaran Kilat

    BAB 47Lamaran Kilat“Jadi, Abang nggak marah sama apa yang gua sampaikan ke Cahaya?”“Enggak, Dek. Abang malah berterima kasih sama kamu. Dan sesuai dengan permintaan Cahaya, setelah Abang bersaksi di kantor polisi, Abang akan langsung datang ke rumahnya untuk melamar.” “Seriusan, Abang mau melamar Cahaya??” Raka benar-benar tidak percaya jika kakaknya menyambut bahagia atas hasil dari apa yang dia ucapkan kepada Cahaya. Bukan hanya bahagia, tetapi Farel malah berniat melamar Cahaya dengan cepat.Bagi Farel, permintaan Cahaya untuk menghadap kepada orang tuanya langsung adalah bentuk dari penerimaan gadis itu. Karena jika Cahaya menolak, pastilah gadis itu akan menolaknya langsung tanpa menyuruhnya datang ke rumah dan mengatakannya langsung kepada orang tuanya.“Iya, Dek. Abang serius. Nanti Abang akan ajak kamu dan Ibu sekalian. Abang juga akan menyiapkan semuanya secara lengkap. Jadi, Abang akan datang ke rumah Cahaya dan melamarnya secara resmi.”“Melamar Cahaya secara resmi?” ta

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pernyataan Cinta

    BAB 46Pernyataan Cinta“Gua serius, Cahaya. Lu mau enggak jadi pacar Abang gua?” Raka bertanya pada Cahaya dengan wajah penuh keseriusan.Mendengar apa yang diucapkan Raka berhasil membuat jantung Cahaya berdegup semakin tak beraturan. “Raka, kamu jangan bercanda ya? Mana mungkin Dokter Farel suka sama Aya?”“Lu ini kenapa sih nggak percayaan banget ama gua? Gua nggak lagi becanda, Cahaya. Abang gua beneran suka sama lu.” “Bukannya Aya enggak percaya sama kamu, Raka. tapi kan ... Dokter Farel itu pemuda yang ... tampan, mapan, pastinya Dokter Farel udah punya calon istri kan?”Cahaya tidak memungkiri bahwa hatinya saat ini sedang berbunga-bunga atas ucapan dari Raka. Akan tetapi, dia berusaha keras untuk mencari pembenaran dari ucapan Raka tentang perasaan dokter muda yang mereka bicarakan.“Astagfirullah, Cahaya. Gua beneran serius!” Raka sampai kesal karena Cahaya tidak mempercayai ucapannya. “Lu tenang aja. Abang gua itu masih suci dan murni. Dia enggak pernah pacaran.”“Apa?! D

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pelajaran untuk Mantan

    BAB 45Pelajaran untuk Mantan“Apa kita perlu laporkan Adam ke polisi, Pa?” tanya Bu Salma memberikan saran kepada sang suami.“Hmm ....” Dokter Hasan berpikir sejenak, kemudian kembali berucap, “Iya, Papa setuju. Kalau menurutmu gimana, Cahaya?” “Maksudnya Papa sama Mama mau memen jarakan Mas Adam?” Entah mengapa mendengar rencana dari orang tuanya yang akan mereka lakukan kepada Adam membuat Cahaya tiba-tiba merasa kasihan pada pria itu.“Iya, kita harus tegas supaya dia nggak bakalan ganggu kamu lagi,” jawab Dokter Hasan dengan penuh keyakinan. “Tapi, Pa ... Papa kan tahu sendiri kalau Mas Adam punya anak dan istri. Anaknya juga masih bayi. Kasihan kalau Mas Adam dipenjara, nanti siapa yang ngurus mereka?” “Cahaya ....” Bu Salma meraih tangan Cahaya dengan lembut dan membelainya. “Cahaya, dengerin Mama. Kita memang harus bersikap baik kepada orang. Tapi bukan berarti kita diam kalau ada orang yang berbuat tidak baik sama kita. Kamu masih ingat kan bagaimana perlakuan mereka dul

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   PDKT?

    “Maksud Dokter apa?” tanya Cahaya dengan wajah serius. “Jangan bercanda kayak gitulah, Dok. Enggak lucu.” Detik ini, ketika Farel mendapat kesempatan duduk berdua dengan Cahaya, ingin sekali pemuda itu bersorak dan mengungkap isi hatinya. Akan tetapi, entah mengapa nyalinya tiba-tiba menciut. Keberanian untuk berterus terang dan menyatakan cintanya tidak sebesar nyalinya ketika menantang Adam beberapa menit yang lalu.Pemuda itu terkekeh. “Hehe, enggak lucu ya? Padahal itu sudah sangat lucu buat saya.” “Nggak lucu, Dokter.”“Hehehe.” Cahaya tertegun. Dia baru ingat bagaimana bisa dokter muda itu datang tepat di saat dia membutuhkan bantuan. Mengingat jarak rumah sakit tempat bekerja pemuda itu sangat jauh karena berbeda kota. “Dok, tadi kok bisa pas gitu? Bagaimana Dokter tahu kalau Aya sedang dalam masalah karena Mas Adam tadi? Kan rumah sakit tempat Dokter kerja jauh. Apa Dokter Farel pas kebetulan lewat aja atau bagaimana??” tanya Cahaya dengan memberondong pertanyaan demi pert

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Dikejar Mantan

    Setelah hampir 30 menit Cahaya akhirnya memantapkan hati untuk keluar. Sebenarnya dia sangat malas jika harus bertemu lagi dengan mantan suaminya itu, tetapi tidak mungkin juga dia tidak pulang hanya karena menghindari Adam yang saat ini sedang menunggunya di gerbang depan.Benar saja, dengan penuh sabar Adam menunggu Cahaya keluar sejak beberapa jam yang lalu. Setelah dilihatnya mobil mungil milik Cahaya yang perlahan berjalan menuju gerbang, Adam segera menyalakan mesin mobilnya untuk menghadang jalan Cahaya. Cahaya yang melihat kehadiran mobil Adam segera menghentikan mobilnya. Dengan perasaan kesal, wanita muda itu keluar dari mobil seraya memegang satu buket bunga di tangan. Cahaya akan mengembalikan buket itu kepada si pengirim. “Assalamualaikum, Cahaya.” Adam menyapa dengan meyunggingkan senyuman tanpa sedikit pun merasa malu atau merasa sungkan.Bruk!Cahaya melempar satu buket bunga tepat di bawah kaki Adam. “Ini! Ambil kembalikan! Karena aku nggak sudi menerima apa pun da

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status