Share

Pernikahan yang Terpaksa

Author: Heaven Nur
last update Last Updated: 2024-09-24 18:03:39

Hari demi hari berlalu. Pernikahan Cahaya dan Adam hari ini genap berumur satu bulan. Di usia pernikahan seperti ini biasanya pengantin sedang asyik-asyiknya menjalani hari-hari indah dengan berbulan madu. Melewati setiap momen saling mengenal lebih dalam dengan perasaan penuh dengan kebahagiaan.

Namun, hal-hal indah itu hanyalah impian belaka, karena kenyataannya Cahaya dan Adam tidak pernah tidur bersama. Ya, selama satu bulan mereka tinggal di atap yang sama, tetapi pasangan suami istri ini tidak pernah bersentuhan. Jangankan menyentuh, memandang wajah istrinya saja Adam merasa sangat jijik dan mual.

Seperti malam ini, ketika pasangan suami istri itu di kamar, Cahaya yang baru keluar dari kamar mandi tidak sengaja menghalangi langkah Adam. Karena sakit perut yang berlebihan membuat Adam segera bergegas menuju kamar mandi setelah melihat Cahaya keluar.

‘Kamu ngapain masih di situ! Minggir!” teriak Adam pada Cahaya dengan sorot mata tajam. “Orang mau ke kamar mandi malah dihalangin!” Pria itu mendengus kesal.

“Oh, maaf, Mas.” Dengan cepat Cahaya menyingkir dari hadapan pria itu dan menuju ke meja rias. Dia ingin berdandan dengan beberapa peralatan make up yang dia beli tadi siang. Atas bantuan dari Mbok Sri yang mengajaknya ke pasar untuk sekaligus berbelanja bahan masakan, Cahaya memanfaatkan uang yang diberi Adam untuk membeli bedak dan lipstik dengan warna berbeda dari yang dia punya.

Cahaya memakai pewarna bibir itu dengan penuh semangat. Padahal, dia sudah sering mendapat penolakan bahkan hinaan dari sang suami, tetapi semangatnya untuk meluluhkan hati Adam tidak pernah menyurut. Cahaya berusaha keras untuk menjadi dekat dan dia yakin suatu hari nanti suaminya akan mulai tertarik padanya dan mencintai dirinya.

Suara pintu kamar mandi terbuka, Adam keluar dari balik pintu dengan tatapan lurus ke depan. Jangankan memperhatikan wajah Cahaya yang sudah berhias, hanya sekedar menoleh pun rasanya ogah. Langkahnya cepat ingin segera menuju kamar tamu dan menghindari upaya sang istri yang ingin mendekati dirinya.

“Mas,” panggil Cahaya dengan nada suara yang dilembutkan. Dia berharap suaminya segera menoleh dan melihat wajahnya.

“Nggak usah panggil-panggil. Kalau perlu duit ngomong aja langsung!” Adam membalas dengan pandangan masih tertuju ke pintu kamar. Langkahnya memang berhenti, tetapi pria itu sama sekali tak sudi menoleh ke arah sang istri.

Cahaya bangkit dari kursi depan meja rias, kemudian melangkah perlahan mendekati suaminya. “Bukan masalah uang, Mas. Uang yang Mas kasih kemarin masih kok.”

“Lalu apa? cepetan ngomong, aku capek banget, ngantuk, mau tidur!” balas Adam lagi dengan ketus.

“Emmm, coba Mas lihat penampilan Aya malam ini. Aya tadi siang beli lipstik warna baru, Mas. Bagus enggak? Aya juga pakai baju bagus, Mas. Baju ini dibeliin Ibu beberapa hari yang lalu. Kata ibu biar Mas Adam seneng. Mas lihat, deh. Cocok enggak sama Aya?” Layaknya seorang istri yang bersikap manja kepada suaminya, Cahaya mengatakan itu dengan berpindah posisi ke hadapan Adam agar sang suami benar-benar melihat penampilannya yang berbeda. Karena selain memakai lipstik baru, Cahaya juga sudah berpakaian baju tidur berwarna merah yang berbahan tipis dan menerawang, sehingga membuat kulit bagian perutnya tampak dari luar.

Meskipun berkulit gelap, sebenarnya Cahaya memiliki wajah yang cantik. Dengan mata lebar dihiasi bulu mata yang lentik dan dengan bibir tebal yang kebanyakan orang menyebutnya bibir indah dan seksi. Bentuk tubuh gadis desa itu pun sebenarnya tidak terlalu buruk. Meskipun terlihat kurus ceking, tetapi bentuk dan ukuran onderdil bagian depan gadis ini bisa dibilang lumayan menggoda untuk dinikmati.

Mungkin, jika pria lain yang saat ini berada di posisi Adam akan langsung melahap hidangan malam berupa gadis desa yang ada di hadapannya ini. Akan tetapi, tidak dengan Adam. Pria itu malah merasa jijik dan muak ketika melihat penampilan berbeda dari Cahaya.

“Ck! Buat apa sih kamu pakai baju kayak gitu? Apa kamu pikir aku bakalan tergoda dan langsung mau menyentuhmu? Tidur denganmu layaknya pasangan suami istri?”

“Memangnya kenapa, Mas? Kita kan memang pasangan suami istri. Kata ibu juga gitu, kan? Ibu pengen cepet-cepet punya cucu dari kita,” jelas Cahaya dengan nada melemah.

“Apa? Cucu?? Maksudnya ... aku punya anak dari kamu?” tanya Adam dengan penuh keheranan. “No, no, no! Aku nggak mau punya anak sama kamu. Kalau aku punya anak sama kamu, pasti anakku bakalan item jelek sama kayak kamu!”

Ucapan Adam membuat Cahaya tersentak. “Astagfirullah, Mas! Kenapa ucapanmu kasar banget. Bagaimanapun kondisi fisik kita, semuanya yang ngatur itu Allah. Mas pernah ngaji enggak sih? Kata pak ustaz kita tuh nggak boleh mandang orang dari fisiknya.”

“Udah, udah! Kenapa malah ceramah sih?!”

“Bukan ceramah, Mas. Aya cuman mau ngingetin Mas aja. Lagian, bagaimanapun kondisi fisik Aya, kan Aya sudah jadi istri Mas Adam.”

“Kamu memang istriku, tapi cuman di buku nikah aja. Aku nikahin kamu hanya karena wasiat bapak. Kalau bapak nggak nyuruh aku nikahin kamu, nggak bakalan aku mau! Aku juga tahu alasan kamu mau menikah denganku karena aku anak orang kaya, kan? Kamu cuman pengen numpang hidup enak di sini!”

Menerima ucapan kasar dari Adam seperti ini, Cahaya hanya bisa mengelus dada. Bukannya tidak merasakan sakit, tetapi karena saking seringnya dan bahkan hampir setiap hari dia menerima ucapan ketus dari suaminya itu membuat Cahaya mulai terbiasa. Yang bisa dilakukan gadis itu hanya diam dan pasrah.

Namun, jika ucapan Adam sangat menyakitkan sehingga membuatnya merasa tidak sanggup untuk menahan lagi, hal terakhir yang bisa dilakukan Cahaya adalah dengan meluapkan keluh kesah dan tangisannya dalam sujud kepada Sang Pencipta. Karena Dia-lah Yang Maha Pengatur segala yang ada di dunia. Cahaya terus memohon kepada Allah agar suatu hari pintu hati suaminya terbuka dan mau memandang ketulusannya; bahwa Cahaya mencintai Adam bukan karena harta.

Malam berlalu pagi pun tiba. Seperti biasa, setelah menyelesaikan pekerjaan mencuci pakaian sekaligus menjemurnya, Aya langsung bergegas menyapu lantai dan disambung dengan mengepel hingga bersih dan kinclong seperti perintah sang mertua. pekerjaan tambahan Cahaya saat ini adalah dia harus membersihkan semua kamar mandi beserta toiletnya. Tugas itu diperintahkan oleh Bu Lastri setiap dua hari sekali agar kerak di kamar mandi tidak menebal dan keadaan kamar mandi tidak licin yang bisa membahayakan nyawa.

Ada-ada aja emang cara wanita kaya ini memperbudak menantu polosnya.

Hari ini bukan jadwal menyikat kamar mandi membuat Cahaya sedikit agak santai dengan pekerjaan mengepel. Ketika sedang mengepel teras depan, pekerjaannya harus terhenti karena seseorang memanggil namanya. Suara wanita tua yang sangat dirindukan Cahaya, karena selama tinggal di rumah besar ini, Cahaya kesulitan menghubungi wanita yang menjadi satu-satunya keluarga yang dia punya.

“Nenek ...,” panggil Cahaya dengan air mata tak terasa tiba-tiba jatuh membasahi pipi.

Dengan tatapan hangat, wanita tua yang bernama Nenek Asih itu menghampiri cucunya, melepas rasa rindu dengan pelukan penuh kasih sayang. Satu bulan bukanlah waktu yang singkat untuk seorang nenek yang baru pertama kali berpisah dari cucunya. Walaupun berat, tetapi Nenek Asih merasa tenang karena sang cucu dinikahi pria kaya dan nenek itu yakin bahwa hidup cucunya pasti nyaman.

Namun, ada perasaan janggal di hati Nenek Asih dengan pemandangan yang baru saja dia saksikan.

“Nduk, kenapa kamu yang ngepel? Emangnya mertuamu nggak punya pembantu?”

BERAMBUNG

Related chapters

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Bertahan Demi Nenek

    Nenek Asih bertanya dengan lirih, “Nduk, kenapa kamu yang ngepel lantai? Emangnya mertuamu nggak punya pembantu?”“Punya kok, Nek. Tapi Mbok Sri tugasnya masak dan urus keperluan dapur yang lainnya. Aya Cuma bantuin nyapu sama ngepel aja,” jawab Cahaya apa adanya.“Cahaya nyapu sama ngepel lantai sendirian?” tanya Nenek Asih lagi. “Emangnya mertuamu punya pembantu berapa?”“Dua, Nek. Tapi yang satu laki-laki, namanya Kang Asep. Kang Asep tugasnya bersihin halaman, ngerawat tanaman sekalian jadi satpam di sini,” jelas Cahaya dengan penuh semangat. “Tapi nyapu sama ngepel rumah sebesar ini sendirian pasti capek banget, Nduk. Kenapa mertuamu nggak cari pembantu lagi buat bantuin kamu?” “Ah, enggak kok, Nek. Aya kan udah terbiasa kerja kayak gini di rumah dulu. Jadi, Aya bisa kerjakan sendirian.” Mendengar jawaban dari sang cucu yang sudah lama dirindukan membuat Nenek Asih terenyuh. Wanita tua yang membawa sekantong plastik berisi buah mangga dan rambutan itu kembali memeluk cucunya.

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Anak yang Terbuang

    “Siapa orang tua kandung Aya, Nek?” tanya Cahaya dengan penuh rasa ingin tahu. Siapa gerangan orang tua yang telah tega membuang dirinya dalam keadaan masih bayi. Derai air mata Cahaya masih terus mengalir hingga kerudung yang dia pakai hampir basah seluruh bagian depannya. Hal yang benar-benar di luar dugaan dan tidak pernah dia bayangkan sebelumnya bahwa dia adalah seorang anak yang tidak diinginkan oleh kedua orang tuanya dan berakhir menjadi gadis desa yang tidak tahu apa-apa. Meskipun begitu, Cahaya tetap harus bersyukur karena yang menemukannya adalah Nenek Asih dan Almarhum suaminya yang baik hati. Merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang layaknya cucu sendiri.“Nek, kenapa diam aja? Tolong katakan, siapa orang tua kandung Aya?” tanya Cahaya lagi dengan memohon. “Nenek juga nggak tahu, Nduk. Tidak ada petunjuk apa pun yang ditinggalkan oleh orang tuamu. Yang Nenek tahu cuman namamu saja karena pada saat Nenek menemukanmu, kamu memakai gelang dengan tulisan Cahay

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Pesan Singkat Mesra

    Cahaya membaca pesan di gawai pintar suaminya dengan tangan gemetar. Satu pesan singkat dengan panggilan mesra seketika mengalihkan pikiran dan hatinya. Nomor kontak bertuliskan CANTIKKU itu mampu membuat jantungnya berdegup beribu kali lebih kencang, sehingga Cahaya tiba-tiba merasakan tubuhnya membeku tak bisa digerakkan. “Apa yang kamu lihat?!” Setengah berlari, Adam menghampiri Cahaya dan langsung merebut benda pipih yang ada di tangan sang istri. Dengan wajah penuh amarah, Adam mengkritik sikap Cahaya karena sudah berani memegang handphone miliknya. “Siapa yang suruh megang HP-ku? Hah? Berani banget kamu ya?!” Cahaya masih mematung dengan tatapan kosong. Dia sama sekali tak menghiraukan ekspresi suaminya yang sedang marah karena pikirannya dan hatinya masih bergelut dengan pesan singkat mesra yang baru saja dia baca.“Dia siapa, Mas?” tanya Cahaya seraya menatap tajam pria yang berdiri di hadapannya. “Maksud kamu apa?” Adam berlagak bodoh. Pastinya, karena tidak akan mungk

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Wanita Cantik

    “Ibu tahu, kamu berhubungan lagi sama Nadia, kan?” Dengan tatapan tajam Bu Lastri bertanya kepada Adam. Sebelumnya perempuan itu memang sudah kenal betul dengan kekasih putranya yang bernama Nadia, karena Adam memang sering membawa pulang wanita cantik itu ketika ayahnya tidak ada di rumah. Akan tetapi, karena wasiat dari sang suami menyebabkan Bu Lastri lebih memilih Cahaya sebagai menantunya. Bagi Bu Lastri, tidak apa-apa mengorbankan cinta putranya demi mempertahankan harta kekayaan dan semua warisan. “Ibu tahu dari mana?” Adam bertanya balik. Padahal, pertemuannya dengan Nadia baru terjadi dua kali dan itupun mereka lakukan di restoran yang tersembunyi sepi dari pengunjung, tetapi bagaimana sang ibu bisa tahu? “Sudah Ibu bilang, Ibu tahu siapa yang ada di balik kontak nomor handphone-mu yang kamu namai CANTIKKU itu.”“Apa Ibu serius? Ibu tahu? Jadi ... sebenarnya Ibu tadi sudah tahu kalau Cahaya tidak asal bicara? Bahkan, Ibu juga tahu kalau yang mengirim pesan tadi adalah Nadi

    Last Updated : 2024-10-07
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Gara-gara Bakso

    Atas permintaan aneh dari wanita cantik yang diakui sebagai adik sepupu Adam, Cahaya terpaksa harus mencari toko daging yang masih buka. Benar saja, karena jam sudah hampir malam tidak ada toko daging yang masih buka di jam-jam seperti ini. Karena Cahaya pergi belanja hanya dengan berjalan kaki, dia tidak bisa menempuh jalan yang jauh. Langkahnya gontai dan dia berhenti di depan sebuah ruko yang kosong untuk beristirahat sejenak. Tiga menit terlewati, Cahaya berniat melanjutkan perjalanannya ke satu toko terakhir yang belum dia datangi. Langkahnya terhenti ketika ada seseorang memanggil namanya. “Non Cahaya sedang apa?” tanya perempuan setengah baya yang ternyata adalah Mbok Sri.Ya, mantan ART Bu Lastri itu sedang membeli obat di apotek dekat ruko kosong yang ditempati Cahaya beristihat. Cahaya pun menoleh mencari sumber suara dan dia terkejut ketika mendapati mantan ART di rumah ibu mertuanya kini berdiri di hadapannya. Cahaya baru teringat bahwa Mbok Sri pernah bercerita memilik

    Last Updated : 2024-10-09
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Ikatan Batin

    Setelah menyetujui keinginan gadis yang duduk di hadapannya, wanita anggun itu menatap lekat ke arah Cahaya.“Serius, namamu Cahaya? Ibu dulu juga punya anak perempuan manis bernama Cahaya. Tapi ....” Kalimat wanita itu terhenti seketika, menyebabkan rasa penasaran Cahaya tiba-tiba muncul. Mengingat dia bukan cucu asli dari neneknya, menjadikan pikiran kemungkinan dia putri wanita kaya itu pun datang. “Tapi kenapa, Bu? Apakah putri Ibu yang bernama Cahaya itu hilang? Diculik orang atau tertinggal di suatu tempat?” tanya Cahaya dengan perasaan yang sulit dijelaskan. “Ah, tidak seperti itu,” balas Bu Salma dengan kembali tersenyum. “Putri kami yang bernama sama sepertimu meninggal sejak bayi karena penyakit kronis.”Jawaban dari Bu Salma seketika membuat Cahaya terdiam dan mengangguk paham. “Oh, seperti itu ya, Bu.” Entah mengapa, Cahaya merasa kecewa. Dari arah dapur terlihat Mbok Sri kembali dengan sekantong plastik berukuran sedang dan segera memberikannya kepada Cahaya. Setelah

    Last Updated : 2024-10-09
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Suami Bu Salma

    Sudah tiga hari ini keadaan rumah yang ditempati Cahaya sangat sepi. Karena Adam dan ibunya sedang pergi ke luar kota membuat Cahaya sekarang tinggal di rumah ini sendirian. Sesuai dengan ucapan sang mertua ketika hendak berangkat tiga hari yang lalu, mereka akan menghadiri sebuah acara keluarga di rumah orang tua Nadia dan menginap di sana.Kenapa Cahaya tidak diajak? Kan dia istri Adam, otomatis juga menjadi bagian keluarga mereka, ‘kan?Betul!Akan tetapi, Bu Lastri melarang Cahaya ikut dengan alasan menjaga rumah karena saat ini mereka tidak memiliki ART lagi dan Kang Asep yang bertugas sebagai security sedang cuti untuk beberapa hari. Istri dan anak Kang Asep sedang sakit bersamaan dan membutuhkan perawaatan.Selama tiga hari Cahaya sendiri di rumah ini. Meskipun dengan perasaan sedikit takut, tetapi Cahaya harus memberanikan diri demi melaksanakan tugas yang diberikan ibu mertua padanya. Awalnya, Cahaya ingin menghubungi neneknya dan ingin meminta sang nenek untuk menemaninya.

    Last Updated : 2024-10-09
  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Adik Sepupu Cantik

    “Bu, kenapa Nadia harus tidur di kamar kami? Selama menginap di sini, dia kan bisa tidur di kamar lain?” tanya Cahaya dengan polos, tetapi terkesan seperti protes menurut ibu mertuanya.“Nadia itu sedang hamil, jadi dia harus tidur nyaman di kamar yang ukurannya besar. Kalau kamar lain kan sedikit sempit dari kamar yang kamu pakai selama ini. Kasihan dong bayinya kalau kekurangan udara karena lkamar tidurnya sempit. Udah! Nggak usah banyak protes! Cepatan angkatin semua pakaian-pakainmu ini pindah ke kamar tamu!” Bu Lastri menjawab dengan sangat ketus. “Nadia beneran hamil ya, Bu? Emangnya kapan nikahnya? Terus suaminya mana? Kok nggak ikut nginap di sini?” tanya Cahaya lagi dengan penuh kepolosan. Karena dari pertama bertemu wanita cantik itu, Cahaya tidak pernah melihatnya datang bersama pria lain selain Adam. Cahaya juga belum pernah mendengar berita pernikahannya, tetapi kenapa tiba-tiba dia dikabarkan berbadan dua. “Cahaya, bisa diem enggak? Udah, nggak usah banyak nanya lagi,

    Last Updated : 2024-10-10

Latest chapter

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   PDKT?

    “Maksud Dokter apa?” tanya Cahaya dengan wajah serius. “Jangan bercanda kayak gitulah, Dok. Enggak lucu.” Detik ini, ketika Farel mendapat kesempatan duduk berdua dengan Cahaya, ingin sekali pemuda itu bersorak dan mengungkap isi hatinya. Akan tetapi, entah mengapa nyalinya tiba-tiba menciut. Keberanian untuk berterus terang dan menyatakan cintanya tidak sebesar nyalinya ketika menantang Adam beberapa menit yang lalu.Pemuda itu terkekeh. “Hehe, enggak lucu ya? Padahal itu sudah sangat lucu buat saya.” “Nggak lucu, Dokter.”“Hehehe.” Cahaya tertegun. Dia baru ingat bagaimana bisa dokter muda itu datang tepat di saat dia membutuhkan bantuan. Mengingat jarak rumah sakit tempat bekerja pemuda itu sangat jauh karena berbeda kota. “Dok, tadi kok bisa pas gitu? Bagaimana Dokter tahu kalau Aya sedang dalam masalah karena Mas Adam tadi? Kan rumah sakit tempat Dokter kerja jauh. Apa Dokter Farel pas kebetulan lewat aja atau bagaimana??” tanya Cahaya dengan memberondong pertanyaan demi pert

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Dikejar Mantan

    Setelah hampir 30 menit Cahaya akhirnya memantapkan hati untuk keluar. Sebenarnya dia sangat malas jika harus bertemu lagi dengan mantan suaminya itu, tetapi tidak mungkin juga dia tidak pulang hanya karena menghindari Adam yang saat ini sedang menunggunya di gerbang depan.Benar saja, dengan penuh sabar Adam menunggu Cahaya keluar sejak beberapa jam yang lalu. Setelah dilihatnya mobil mungil milik Cahaya yang perlahan berjalan menuju gerbang, Adam segera menyalakan mesin mobilnya untuk menghadang jalan Cahaya. Cahaya yang melihat kehadiran mobil Adam segera menghentikan mobilnya. Dengan perasaan kesal, wanita muda itu keluar dari mobil seraya memegang satu buket bunga di tangan. Cahaya akan mengembalikan buket itu kepada si pengirim. “Assalamualaikum, Cahaya.” Adam menyapa dengan meyunggingkan senyuman tanpa sedikit pun merasa malu atau merasa sungkan.Bruk!Cahaya melempar satu buket bunga tepat di bawah kaki Adam. “Ini! Ambil kembalikan! Karena aku nggak sudi menerima apa pun da

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Kiriman Bunga dari Seseorang

    Pagi hari di kampus tempat Cahaya berkuliah. Setelah tiba di kampus Cahaya menemui dua sahabatnya Lisa dan Paula di kantin. Sebelum berangkat mereka bertiga memang sudah janjian untuk bertemu di kantin kampus dan sarapan bersama. Beberapa hari yang lalu ketika Lisa dan Paula mengetahui status janda Cahaya keduanya merasa dibohongi sehingga berniat memutuskan persahabatan mereka. Akan tetapi, kedekatan yang sudah terjalin di antara mereka cukup kental sehingga mampu mengalahkan kekesalan mereka. Dua gadis yang awalnya hanya mendekati Cahaya karena status Cahaya yang putri seorang dokter terkenal itu kini perlahan mulai merasakan hal yang berbeda. Apa lagi setelah mendengar pengakuan Cahaya sendiri tentang status jandanya, bukannya benci dan menjauhi, tetapi Lisa dan Paula malah semakin salut dan simpatik kepada Cahaya. Dan hari ini adalah hari di mana mereka kembali bersatu setelah beberapa hari yang lalu di antara mereka bertiga terjadi kerenggangan. Tiba di kantin, Cahaya disambut

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Kembalinya Masa Lalu

    “Cahaya, tolong beri waktu sebentar aja. Aku pengen banget ngomong sama kamu,” pinta Adam pada wanita cantik yang berdiri di samping mobil. Wanita itu menghentikan gerakan tangannya yang ingin membuka pintu mobil.“Enggak ada yang perlu diomongkan lagi, Mas. Sudah, Aya buru-buru.” “Jangan pergi dulu, Cahaya. Plis ... kasih aku waktu sebentar aja,” pinta Adam lagi dengan wajah memelas membuat Cahaya pun mengurungkan niat untuk pergi. “Memangnya ada apa?” Cahaya kembali membalas tanpa menatap ke arah sang mantan suami. “Emm ... aku minta maaf,” ucap Adam dengan wajah tertunduk.Kening Cahaya mengerut. “Maaf? Untuk apa??” Adam menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Pria itu mendongak dan menatap Cahaya dengan memasang wajah sendu penuh penyesalan. “Maaf karena sudah menyak itimu dulu. Maaf karena telah mengabaikan cintamu dulu. Dan maaf karena sudah mengkhianatimu.” Kenapa bisa segampang itu Adam mengatakan maaf setelah melakukan hal menyakitkan kepada Cahaya? Mesk

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Perasaan yang Sama

    “Bagaimana Abang tahu kalau gua suka Cahaya?” tanya Raka kepada kakaknya dengan spontan karena dia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang perasaannya. “Yah, Abang cuman tahu aja. Emangnya kamu beneran suka Cahaya atau cuman suka-suka biasa?” Farel bertanya pada sang adik dengan tatapan tajam hingga membuat Raka merasa tidak nyaman.“Abang ini kenapa sih?” Pemuda yang sedari tadi berbaring itu kini mengubah posisi menjadi duduk.Sementara itu, masih dengan posisi berdiri, Farel semakin menatap sang adik dengan penuh keseriusan. “Abang cuman ngingetin aja. Kalau perasaanmu pada Cahaya hanya cuman sekadar suka, lebih baik jangan diteruskan. Jangan main-main dengan perasaan perempuan.”Mendengar ucapan kakaknya membuat Raka kesal. “Siapa juga yang main-main? Lagian, gua juga nggak ada nembak Cahaya. Dia juga nggak tahu perasaan gua. Jadi, gua ada salah apa-apa dong?” “Oh, jadi kalian belum jadian?” Farel malah dibuat penasaran dengan ucapan Raka. “Bukannya kalian sudah sering j

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Status Janda

    atap mantan mertuanya dengan penuh keberanian, kemudian gadis itu mengangguk pelan. “Iya, Bu. Aku Cahaya, mantan menantu yang kau sia-siakan dulu.” Mendengar ucapan Cahaya yang terkesan menantang, Bu Lastri hanya bereaksi tersenyum, malu-malu. “Ah, jangan berlebihan seperti itu, Cahaya. Ibu tidak pernah berniat menyia-nyiakanmu dulu. Ibu cuman mengajarimu cara menjadi istri yang baik. Gitu aja. Tapi, Ibu penasaran banget, kenapa kamu tiba-tiba jadi putri dari Dokter Hasan? Apa mungkin cerita nenekmu dulu tentang orang tua kandung yang membuangmu waktu bayi itu beneran Dokter Hasan?” Cahaya hanya diam, tetapi ibunyalah yang langsung memasang diri untuk berhadapan dengan sang mantan besan. “Iya, Cahaya benar-benar anak kami. Emangnya kenapa, Bu Lastri? Ada yang salah?” Bu Salma balik bertanya dengan penuh emosi. Beberapa orang yang berada di sekitar mereka termasuk Dokter Hasan sampai mendengar ucapan istrinya. “Ma, sudah, Ma.” Dokter Hasan paham betul dengan perasaan istrinya saat

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Kenyataan yang Mengejutkan

    “Dam, kamu lihat putri Dokter Hasan itu? Kenapa dia mirip sekali dengan Cahaya?” tanya Bu Lastri pada Adam dengan tatapan terus tertuju pada sosok gadis cantik yang berdiri di hadapan mereka. “Kayaknya iya, tapi aku nggak yakin sih, Bu. Karena Ibu kan tahu kalau Cahaya dan neneknya sudah balik ke desa. Dan coba aja perhatikan wajah gadis itu, sangat cantik, Bu. Beda jauh dari Cahaya yang kita kenal dulu.” Adam menjawab, datar. Berusaha menepis kenyataan yang mengejutkan dengan semua hal yang ingin dia yakini selama ini. “Tapi, Dam. Kamu denger sendiri kan tadi Dokter Hasan memperkenalkan putrinya itu dengan nama Cahaya?” Bu Lastri bertanya lagi. Wanita paruh baya dengan dandanan menor itu sangat yakin bahwa gadis yang berdiri di hadapan mereka saat ini adalah menantunya dulu.Akan tetapi, Adam kembali mengelak dan berdalih, “Nama Cahaya bukan cuman punya gadis kampung itu aja, Bu. Adam yakin dia bukan Cahaya yang kita kenal dulu.” “Aku sependapat sama Ibu,” sahut Nadia memberikan k

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Kejutan Besar

    Dua jam sebelum menghadiri undangan pesta peresmian rumah sakit baru milik tetangga terkaya di komplek ini, Adam terlihat sudah siap mengenakan setelan jas berwarna hitam mengkilap yang membuatnya tampak lebih gagah dan tampan dari biasanya. Sementara itu, sang ibu juga sudah siap dengan memakai kebaya mewah yang baru dibelinya kemarin. Setelah perdebatan panjang, demi bisa ikut hadir di acara tetangga kayanya, Bu Lastri tidak punya pilihan selain menyetujui keinginan Nadia untuk menyewa baby sitter khusus untuk menjaga putrinya hari ini. Pagi-pagi sekali si penjaga bayi yang dipesan Nadia sudah datang karena kebetulan gadis muda itu tinggal di sekitar rumah mereka. Sama seperti Bu Lastri yang sudah siap dengan kebayanya, Nadia pun sudah siap dengan gaun merah marun indah berbahan satin yang dia beli beberapa hari yang lalu. Keduanya sudah siap dengan pakaian mereka. Akan tetapi, belum dengan riasan wajah dan rambut mereka, karena keduanya akan singgah di salon langganan untuk mempe

  • CAHAYA, Glow Up Setelah Disia-siakan   Persiapan Acara Besar

    Hari ini tepat satu hari sebelum acara besar yang akan diselenggarakan di salah satu aula hotel bintang lima di tengah kota. Hampir seluruh persiapan sudah selesai mulai dari persiapan dekorasi, pembuatan undangan khusus untuk para tamu, hingga pemesanan kue ulang tahun berukuran besar untuk si kembar yang ulang tahun dan pemesanan beberapa menu catering untuk perjamuan tamu. Bukan hanya persiapan tempat dan hidangan acara, tetapi persiapan gaun dan setelan jas dan kemeja untuk keluarga Dokter Hasan ini pun telah siap semua. Tas dan sepatu dari sahabat Bu Salma yang tinggal di Korea pun sudah tiba di rumah beberapa hari yang lalu. Ya, sang perancang sepatu sendiri yang membawakannya sampai rumah karena perempuan bernama Tiara itu juga ingin menghadiri acara besar sahabatnya sekaligus dia ingin bertemu dengan Cahaya, putri sulung dari Bu Salma yang dulu telah dinyatakan meninggal dunia. Hari ini, Cahaya kembali melakukan perawatan kulit seluruh wajah dan tub uhnya di salah satu klin

DMCA.com Protection Status