Share

122. Boy or Girl?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-21 18:32:53

**

"Kok wajahnya begitu, sih?" Gara tertawa kecil saat melihat raut sang istri yang cemberut.

"Begitu gimana? Aku wajahnya kan ya emang begini. Kamu berharap wajahku mau kek mana lagi?"

"Itu cemberut begitu. Kenapa? Cemburu ya kalo aku ketemu sama Aneska?"

"Siapa yang cemburu?"

"Kamu, lah. Kalo aku sih ya jelas cemburu kalo kamu ketemu sama laki-laki lain." Gara masih tertawa menggoda saat wajah Carissa tampak semakin kusut.

"Nyebelin kamu, tuh. Udah ah, sana jauh-jauh!"

Sagara benar-benar tertawa. Ia memeluk sang istri dari samping sembari menciumi pipi perempuan itu. "Hei, aku kan cuma ketemu sama dia. Itu nggak sengaja, Sayang. Jangan cemberut begitu, dong."

"Gimana mungkin ketemu sama Aneska jam segitu?"

"Nah, itu. Aku sempet tanya juga, katanya dia baru pulang kerja."

"Jam segitu pulang kerja? Kerja apaan?" Rissa terbelalak, melupakan rasa cemburu yang tadi sempat menyapa. Sekarang ia benar-benar serius bertanya. "Kamu nggak tanya dia kerja apa, Kak?"

"Katanya dia kerja di restor
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Pernikahan Palsu   123. Man's Conversation

    **Oh, God.Sagara bertukar pandang dengan Carissa, menampilkan dua raut wajah yang berbeda. Gara tampak seratus persen terkejut, sementara Rissa terlihat penuh haru."Mami!" Perempuan itu berseru. "Ah, ini berita bagus!""Bagus, tapi rupanya Gara nggak berpikir demikian," timpal Yasmin seraya melirik sang putra.Rissa mendelik kepada suaminya yang masih terpaku di tempat. "Kak Gara! Jangan sampai kamu mengacaukan rencana baik ini, ya! Mami sama Papa udah kepisah cukup lama. Kalau sekarang ada yang mau halangin mereka kembali, aku yang berdiri paling depan buat ngebelain!"Oh, sial. Sagara bisa apa jika sang istri sudah berlagak demikian? Maka mau tak mau kini lelaki itu hanya melambaikan tangan sambil lalu."Terserahlah.""Ah, bagus!" Rissa bertepuk tangan kecil dengan wajah gembira. "Jadi, kapan acaranya, Mam? Apakah lebih dulu dari Radit?""Nggak, Ris. Radit yang lebih dulu, lah. Lagian ini aku sama papanya Gara hanya akan menikah tanpa acara apapun.""Kok begitu, Mam?""Kamu nggak

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-22
  • Bukan Pernikahan Palsu   124. Aku Tidak Suka Dia

    **Sagara dan Radit yang masih bercengkerama dengan obrolan ringan seputar rencana pernikahan itu mendadak menghentikan kegiatan kala ketukan pelan di pintu terdengar menginterupsi. Radit segera merapikan dirinya dan berada pada posisi siaga sebelum pintu terbuka."Tamara?" Lelaki tiga puluh tahun itu menyebut dengan heran saat melihat siapa yang kemudian masuk."Selamat pagi," sapa sosok cantik yang baru menampakkan diri itu."Tumben?" Radit menggerutu pelan, melirik sekilas ke arah Sagara yang tetap diam di sampingnya. "Ada perlu apa, Tam?""Biasanya aku ke sini, kamu nggak pernah tanya ada perlu apa," tukas si perempuan, menjawab Radit dengan ketus."Karena ini nggak biasa."Tamara berdecih singkat kepada Radit seraya meletakkan sebuah stopmap di atas meja Sagara. "Itu titipan dokumen dari Papi. Kamu liat aja sendiri.""Cuma jadi kurir doang ternyata." Radit mendengus kecil, disambut pelototan garang dari perempuan seksi yang sore ini sedang mengenakan dress ketat berwarna merah me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-25
  • Bukan Pernikahan Palsu   125. Ancaman

    **"Selamat datang!"Rissa menyambut dengan ramah saat pintu butik didorong terbuka. Selalu itu yang ia lakukan saat customer datang, tanpa terkecuali. Kemudian biasanya Rissa akan menawarkan bantuan rekomendasi baju atau bertanya dengan ceria,apa yang mereka butuhkan. Nah, namun kali ini, hanya sapaan saja yang Rissa bisa sampaikan. Setelahnya, perempuan itu diam terpaku memandang sosok yang baru saja memasuki butik."Tamara?""Begitu cara kamu nyambut pelanggan?""Oh?" Rissa bergerak dengan kikuk. "Silakan masuk. Ada yang bisa aku bantu? Kamu mau cari baju apa?"" Actually, nothing." Perempuan semampai itu mengibaskan rambut panjangnya sembari memandang sekeliling. Membuat Rissa kesal saja."Jadi, ke sini mau ngapain, eh?""Aku mau cari Mami. Mana Mami?""Nggak ada." Rissa menjawab pendek dengan kesal. Jelas saja belum bisa ia lupakan pertemuan terakhirnya dengan perempuan ini yang menyebabkan dirinya nyaris keguguran atau bahkan kehilangan suami."Ke mana?" Tamara ternyata masih me

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-28
  • Bukan Pernikahan Palsu   126. Undangan

    **"Aku bilang kamu boleh aja kok dateng meskipun nggak ada undangan. Kamu tau, aku nggak bikin banyak undangan, Tam. Karena aku sama calon istriku udah sepakat kalo kita hanya akan bikin acara sederhana aja."Sagara yang baru datang di kantor siang ini mengerutkan dahi saat mendengar suara-suara familiar seperti tengah berdebat. Ia menengok lorong di mana suara-suara itu berasal. Dan benar saja, ternyata memang suara itu berasal dari orang yang familiar. Radit dan Tamara."Ngapain kalian di sini?" Tanpa bermaksud menyidak, Gara bertanya dengan suara sedikit keras.Radit segera menoleh. "Eh, hai, Gar! Baru dateng, lo?""Kalian ngapain?" Gara mengulang pertanyaannya. Memandang penuh selidik kepada dua orang yang tampak sedang bersitegang itu."Ah, ini. Tamara bilang dia pengen dateng ke acara nikahan gue, tapi nggak ada undangan. Gue bilang dateng aja nggak apa-apa walau nggak ada undangan. Tapi dianya nggak mau."Dengan kening masih berkerut, Gara mengalihkan pandangan kepada sosok ca

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-31
  • Bukan Pernikahan Palsu   127. Rencana Baik

    **"Sayang?"Gara menutup pintu di belakang punggungnya sembari memanggil sang istri yang entah berada di bagian rumah sebelah mana. Kediamannya tampak begitu hening, meski hari masih sore."Sayang, kamu di mana?" Gara melintasi ruangan demi ruangan dengan kepala menengok ke sana kemari. Namun, tak ia temukan sosok mungil yang selalu ia rindukan itu."Ah!" Baru ketika Gara menengok jendela yang menembus ke halaman belakang rumahnya, ia melihat sang istri sedang duduk di ayunan sembari memangku sebuah buku. "Di situ rupanya!""Sayang? Kok kamu di sini sore-sore? Nggak dingin?"Carissa menoleh begitu suara sang suami terdengar olehnya. Senyum lebarnya merekah sementara merentangkan kedua tangan, menyambut Gara dalam pelukan."Hai, Kak. Kok tumben masih terang benderang udah pulang? Biasanya kamu nyampe rumah selalu nunggu matahari tenggelam dulu."Gara mengedikkan bahu seraya menyusul duduk di atas ayunan, di samping sang istri. Ia melingkarkan lengan, merengkuh pinggang perempuan di sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-02
  • Bukan Pernikahan Palsu   128. Pernikahan Radit

    **"Kamu cantik."Carissa tersenyum saat pujian tulus itu terlontar dari mulut suaminya. Sagara jarang memuji, jadi sekalinya kata-kata manis itu ia sampaikan kepada sang istri, Carissa bisa salah tingkah sendiri."Kenapa kamu dandan cantik?"Nah, hilang seketika senyum Rissa saat mendengar lanjutan kata-kata Sagara."Kok gitu sih tanyanya?""Karena sebenernya kamu nggak boleh cantik kalau di luar rumah. Aku nggak rela."Carissa mendenguskan tawa pelan sembari mengoleskan liptint ke permukaan bibirnya. Ia mematut diri di depan cermin sekali lagi, memastikan penampilannya sempurna. Bukan sempurna yang bagaimana, hanya saja Rissa memastikan dirinya rapi dan enak dipandang."Nanti kamu ketemu Abian." Sagara ternyata masih melanjutkan merajuk. Membuat Rissa menghela napas dan berbalik menghadap lelaki kesayangannya itu."Ya terus kenapa kalo aku ketemu Abian, Kak? Kita kan emang mau berangkat bareng-bareng sekeluarga.""Abian jadi lihat kamu dandan cantik begini.""Astaga, Kak Gara." Riss

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-04
  • Bukan Pernikahan Palsu   129. Trouble Maker

    **"Wah, wah ... a drama queen."Carissa seketika mengerutkan dahi. Seharusnya tidak mengherankan jikalau Tamara berada di sini. Perempuan itu juga mengenal Radit di kantor. Namun entah mengapa, Rissa masih pula merasa aneh melihatnya di sini sekarang."Tamara?" Carissa mencoba menyapa. Mengabaikan celetukannya beberapa saat yang lalu. "Kamu juga dateng, Tam?""Yah, gimana lagi. Masa bawahanku ada acara, aku nggak dateng, sih?"Carissa mengerling kepada Aneska setelah mendengar kata-kata dari Tamara barusan. Khawatir bahwa adik sepupunya itu akan tersinggung atau entah apa. Karena Tamara mengucapkan bawahanku dengan penuh penekanan."Terimakasih udah dateng." Namun, hanya itu yang diucapkan oleh Aneska. Ia kemudian menggamit lengan Carissa sebelum melanjutkan. "Silakan dinikmati hidangannya, Kak. Kebetulan ada beberapa keluarga yang mau ketemu sama Kak Rissa. Kami masuk dulu, ya."Keluarga siapa? Carissa tak sempat bertanya sebab Aneska sudah lebih dulu menyeretnya ke sisi lain ruanga

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-06
  • Bukan Pernikahan Palsu   130. More Careful

    **"Kok kamu sama Abian, Ris?"Carissa menelan saliva. Memandang suaminya dengan kedua netra bergetar. Kebiasaan Carissa adalah, ketika dirinya sedang gugup seperti ini, kemampuan berbicaranya jadi menurun. Itulah sebabnya kehidupan rumah tangganya dengan Sagara seringkali diwarnai salah paham."I-itu, Kak, tadi–""Aku cari kamu ke mana-mana, ternyata kamu sama Abian?""Dia tadi digangguin sama Tamara, jadi gue anter nyusul lo ke depan," kilah Abian dengan nada datar, menyelamatkan situasi."Digangguin Tamara?" Alis tebal Sagara otomatis bertaut. "Digangguin gimana maksudnya?""Nggak, Kak–""Dia lagi jalan, dibikin kesandung. Untung aja gue pas liat, jadi nggak sampe jatuh."Carissa sungguh tidak mengira bahwa Abian akan mengatakan yang sebenarnya dengan ringan begitu. Meski demikian, tak pelak ekspresi Sagara yang berubah menjadi murka."Bangsat! Bisa-bisanya itu uler cari masalah di sini. Biar gue kasih pelajaran–""Kak, Kak nggak, jangan." Namun, Carissa buru-buru menarik lengan sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-08

Bab terbaru

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part 2

    **Sagara berlari kencang menyusuri deretan kursi-kursi ruang tunggu bandara. Ia menerabas palang pintu dan tiba tepat sebelum gate keberangkatan akan ditutup. Dengan napas memburu, pria itu menyerahkan boarding pass-nya kepada pramugari yang menatap tak habis pikir. Meski demikian, pramugari cantik itu tidak mengatakan apapun dan memilih bekerja dalam diam sebab tahu bahwa penumpang yang ini bukanlah orang sembarangan. Ia hanya menampakkan seulas senyum kecut.“Silakan duduk di tempat yang sudah anda reservasi, Pak,” ucap si pramugari, mempersilahkan Gara masuk, sebelum kemudian menyudahi proses check-in terakhir. Menghela napas lega, Gara kemudian melangkah masuk dan menghempaskan tubuh berkeringatnya di kursi penumpang yang berada di samping jendela pesawat. Menata napasnya yang tadi sempat terputus-putus.“Rissa, tunggu sebentar ya, Sayang. Aku pulang,” bisiknya sembari memejamkan mata. Jantungnya menderu seperti suara mesin pesawat yang sudah menyala. Ia merapalkan doa, semoga ma

  • Bukan Pernikahan Palsu   Extra Part

    **Abian tersenyum saat meletakkan sebuah foto ke dalam kotak besar bersama bermacam-macam benda lain di dalamnya. Boneka, buku diary, baju, dan semacam itu. Ia pandangi baik-baik foto tersebut dengan senyum yang belum lindap.“Maaf dan terimakasih,” bisiknya bermonolog sementara masih menatap lekat fotonya. “Kamu selalu akan jadi kenangan indah buat aku, Ris. Kamu perempuan terbaik yang pernah aku miliki, tapi Sagara adalah pria terbaik yang dipilihkan Tuhan untukmu.” Abian mengusap foto dirinya dan Rissa itu dengan sayang. “Berbahagialah selalu. Terimakasih masih menjadi bagian dari keluargaku meski kamu nggak bersamaku. Tetaplah hidup bahagia, menjadi pendamping kakakku, ya. Aku tahu dengan lembutnya tutur kata dan tindakanmu, hati batu manusia satu itu pasti bisa meleleh.”Abian menutup kotak tersebut. Kotak yang berisi barang-barang kenangannya dengan sang mantan kekasih.“Nggak ada lagi yang perlu disesalkan sesudah ini. Aku dan Rissa sudah hidup sendiri-sendiri dengan baik. Dia

  • Bukan Pernikahan Palsu   233. Everything's Gonna Be Okay

    **Matahari bersinar dengan cerah saat Rissa menarik terbuka tirai tebal yang menutupi jendela kamarnya. Pemandangan di balik kaca jendela itu membuatnya tersenyum. Para maid berlalu lalang di bawah, menata meja dan kursi serta dekorasi cantik di tengah halaman belakang mansion. Sepertinya akan ada acara di sana.Suara derit pintu yang terbuka membuat Rissa mengalihkan atensi. Sagara datang sembari menggendong putri kecilnya.“Good morning, Mama,” ucapnya disertai senyum manis. Sementara Stella seketika mengoceh sembari menggapai-gapaikan tangan mungilnya begitu melihat sang ibu.“Good morning my angels.” Rissa melangkah mendekat. Ia ulurkan tangan, menyambut putri kecilnya yang melonjak-lonjak senang.“Tidur nyenyak, Sayang?” Gara memberikan kening istrinya kecupan kecil.“Banget. Maaf kamu jadi bangun duluan dan ngurus Stella pagi-pagi ya, Kak?”“Aku kan ayahnya Stella, jadi ya memang sudah kewajibanku ngurus dia. She is our child, not only yours or mine, Rissa. Kita bikin berdua, j

  • Bukan Pernikahan Palsu   232. Prasangka Yang Salah

    **Carissa sudah tenang saat Sagara kembali ke ruangan di mana ia dirawat. Seorang suster yang menemani mohon diri untuk keluar dengan menyembunyikan pipinya yang merona begitu pria rupawan itu masuk. Benar, walau kini Gara sudah bukan lagi bujangan, sudah memiliki seorang istri dan putri kecil yang cantik, namun pesonanya justru bertambah-tambah. Seringkali membuat Rissa jengkel sebab para perempuan itu seperti tak sungkan-sungkan menunjukkan rasa ketertarikan mereka kepada suaminya.“Jangan cemberut begitu, Sayang,” kata Gara, yang seperti biasa, sangat peka melihat perubahan raut wajah istrinya.“Makanya kamu biasa aja, nggak usah seramah itu,” cetus Rissa, semakin cemberut.Gara terkekeh pelan sembari melangkah mendekat kepada wanitanya yang duduk di atas ranjang. “Ya masa orang senyum nggak disenyumin balik. Itu namanya kan sombong.”“Mending dianggap sombong daripada kamu baperin anak orang begitu. Pura-pura nggak tahu apa gimana kalau pemilik sahnya ada di sini?”Tawa Gara kian

  • Bukan Pernikahan Palsu   231. Freddy Fernandez

    **Freddy Fernandez.Carissa belum pernah bertemu muka dengan orang ini, jadi ia tidak tahu siapakah gerangan pria berusia sekitar lima atau enam puluh tahun yang memiliki paras begitu menawan itu. Hanya saja dari gerak-geriknya, bisa ditebak bahwa pria itu bukanlah orang sembarangan. Terlebih ditinjau dari barang-barang branded mewah yang menempel di sekujur tubuhnya. Mulai dari suit berwarna abu-abu gelap yang ia kenakan, hingga jam tangan seharga sebuah unit apartemen eksklusif di ibukota. Golongan old money yang mungkin berada satu tingkat di atas strata sosial keluarga Aditama.Meski demikian, Sagara sama sekali tidak repot-repot menampakkan raut segan atau sesuatu. Ia justru melayangkan tatapan tajam kepada si pria setengah baya yang masih diam di ambang pintu. Dan saat itulah Rissa baru menyadari bahwa pria itu dikawal oleh banyak bodyguard di belakangnya.“Selamat sore, Sagara,” ucapnya dengan nada tegas. Suaranya dalam dan berwibawa, sangat mencerminkan sebesar apa dirinya be

  • Bukan Pernikahan Palsu   230. Rumah Sakit Lagi

    **Carissa merasa kesadarannya timbul dan tenggelam. Ia mengerjap perlahan, berusaha membuka kelopak matanya yang terasa perih sekali. Saat atensinya pelan-pelan mulai jelas, ia menyadari bahwa ini adalah tempat yang asing. Kembali, rasa trauma akan tempat asing seperti membuatnya nyaris kembali pingsan. Terlebih lagi, rasa sakit yang hebat di dada seperti mencekik lehernya saat ia bergerak. Pada saat-saat demikian, tanpa sadar perempuan itu menyebut nama satu-satunya sosok yang melekat dalam ingatannya.“Kak Gara ….”Carissa tidak berharap apapun sebab berpikir Aldric masih menyekap dirinya. Ya, itu adalah hal terakhir yang perempuan itu ingat. Namun kemudian, sebuah suara menjawab rintihannya, membuat kesadarannya seperti seketika dijejalkan dengan paksa ke dalam raganya yang remuk redam.“Sayang? Sayang, kamu bangun? Ini aku, aku. Kamu bisa lihat aku, kan?”Rissa menoleh dengan terkejut, mendapati wajah Sagara yang berada sangat dekat. Ia ingin mengulurkan tangan dan menyentuh waja

  • Bukan Pernikahan Palsu   229. Sudah Berakhir?

    **Dua kali Sagara berada pada situasi seperti ini. Kalut, panik dan ketakutan menunggu dokter keluar membawa kabar tentang bagaimana kondisi istrinya. Dua kali pula Sagara merasa gagal menjadi suami yang bertanggung jawab, hingga lagi-lagi istri tercintanya harus berhadapan dengan maut. Sebuah kecelakaan bodoh yang seharusnya tidak perlu terjadi.“Kenapa lama banget?” Ia berdecak kesal, menatap dengki kepada pintu ruangan UGD yang tak kunjung membuka. “Sial! Gue dobrak juga lama-lama pintu sialan itu!”“Sabar sebentar, Pak. Pak Gara bisa duduk dulu, biar nggak terlalu tegang,” saran petugas kepolisian muda yang mendampingi dirinya hingga ke rumah sakit.“Menurutmu aku bisa tenang dalam keadaan seperti ini?” sahut Gara ketus. Membuat si petugas tidak lagi mengatakan kalimat penghiburan. Tuan muda yang satu ini sungguh tidak bisa diajak berbasa-basi. Hanya dengan istrinya seorang ia bisa bersikap seperti manusia biasa.Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka dengan seorang dokter

  • Bukan Pernikahan Palsu   228. Jatuh!

    **"Rissa!" Sagara mengguncang tubuh dalam pelukannya itu kuat-kuat. Rasa takut kembali menjalar di sepanjang aliran darahnya saat ia lihat wanitanya memejamkan mata tanpa bergerak. "Rissa, bangun Sayang! Rissa, jangan begini! Bangun!""Kita bawa ke rumah sakit saja, Pak," saran seorang petugas. Membuat Gara membatalkan niatnya untuk mengguncang kembali tubuh sang istri. Dengan bodoh ia menyadari, bahwa seharusnya memang melarikan Rissa ke rumah sakit segera, alih-alih memaksanya bangun seperti itu.Maka, pria itu segera membopong tubuh istrinya. Menjauh dari keramaian dan kerumunan orang-orang yang masih shock, menuju pintu lift yang terlihat berkilauan dari kejauhan. Seorang petugas kepolisian berlari-lari mengikuti dari belakang untuk membantunya membuka pintu lift."Gimana nasibnya Aldric?" desah Gara dengan risau, kepada petugas yang mengikutinya."Aldric?" Pria itu berkata dengan wajah ngeri. "Meninggal di tempat, tentu saja, Pak. Sudah pasti kan, Pak? Nggak ada orang yang bisa

  • Bukan Pernikahan Palsu   227. Misi Penyelamatan

    **Apakah ini mimpi buruk yang datang dari dasar neraka?Sagara hanya bisa terbelalak menyaksikan apa yang baru saja terjadi. Itu bukanlah potongan adegan film action. Manusia sakit jiwa bernama Aldric Fernandez itu menarik tubuh istrinya dan membawanya jungkir balik melewati tembok pembatas balkon. Terjun bebas lima belas lantai ke bawah sana.Lantas apa yang bisa Gara lakukan? Pria itu seketika jatuh berlutut. Kedua kakinya tak lagi mampu menopang berat tubuh. Dunia terasa berguncang dan hendak menimpanya sekaligus. Ia butuh seseorang untuk menampar pipinya keras-keras dan menyadarkannya dari ilusi ini.Ilusi?Bukan. Derap langkah para petugas yang berlarian melewatinya menuju balkon di seberang ruangan itu, bukanlah ilusi belaka. Namun sekali lagi, Gara merasa jiwanya melayang keluar, meninggalkan raganya yang mendadak lumpuh. Ia terlalu bingung dan shock untuk melakukan sesuatu.“Ya Tuhan, dia jatuh? Jatuh!” Seruan para petugas itu terdengar sayup-sayup, seperti datang dari kejauh

DMCA.com Protection Status