Share

Masalah Baru

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-26 07:32:43

“Inge, saya berharap kamu sedang tidak membuat masalah dengan Pak Lucas,” kata Bu Farah lagi. Matanya memandang tajam kepada Inge. “Kamu tahu kan siapa Pak Lucas itu?”

Inge diam. Ia hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan atasannya.

“Dia bukan sekedar wali murid biasa, tapi dia masih bos kita, karena Pak Lucas itu putra Pak Benny, pendiri sekaligus direktur sekolah kita,” jelas Bu Farah kemudian, mengatakan sesuatu yang sudah Inge tahu. 

“Y-ya, Miss,” jawab Inge dengan nada tipis. 

“Ya sudah, segera temui Pak Lucas.”

Inge mengundurkan diri dengan sedikit membungkukkan punggung. Kemudian menuju ke ruang tamu, yang letaknya di sebelah ruang guru.

Tubuh Inge bergetar ketika mendorong pintu. Apalagi saat menemukan lelaki itu sedang duduk di salah satu sofa. Perasaan malu, benci dan takut seketika mencuat dalam dadanya. 

Perempuan itu berdiri kaku di dekat pintu yang baru dia ditutup, tangannya terkepal spontan menahan getaran yang tak kunjung reda.

Dari sudut matanya, Inge dapat melihat Lucas berdiri. Karena itu Inge refleks mundur, tangan kanannya terangkat di depan dada, meminta agar Lucas tidak perlu mendekatinya. 

Inge tidak ingin bersalaman, tidak seperti kebiasaan jika mereka bertemu sebelum-sebelumnya.

Seakan paham, Lucas kemudian menghela napas panjang. 

“Miss Inge, saya berutang penjelasan dan permintaan maaf kepada Anda,” ucap Lucas. Suaranya yang dalam terdengar rendah, tapi penuh penekanan. “Namun, penjelasan apa pun, rasanya tidak akan cukup menebus perbuatan saya yang memalukan.” 

Inge mendongak, mendapati bahwa ternyata Lucas tengah menatapnya. 

Pandangan mereka bertemu beberapa detik, sebelum akhirnya Inge membuang wajah dengan cepat. 

Sekalipun memang pria itu tampak menyesal dan permintaan maafnya terdengar tulus, tanpa bisa dicegah, air mata Inge tetap keluar begitu saja. 

Wanita itu berkedip beberapa kali untuk menghalau air matanya agar tidak jatuh.

“Tidak. Aku tidak boleh menangis lagi,” kukuh Inge dalam hati.

“Saya minta maaf,” ucap Lucas lagi, saat Inge tidak kunjung menatapnya. Sejujurnya, pria itu bingung dengan cara apa ia menjelaskan kesalahannya kemarin. Ia tidak menyangka beberapa gelas alkohol yang diminumnya mampu membuat pikirannya kabur, hingga salah melihat Inge sebagai ibu Naomi. “Jika ada yang Anda inginkan, saya–”

“Mohon maaf, Pak.” Tiba-tiba Inge berucap, sekuat tenaga menyembunyikan getar dalam suaranya. Rupanya, sekalipun ia telah mendengar permintaan maaf, perasaannya tidak berubah. Jadi, memang–  “Lebih baik kita lupakan saja.” 

Hening sejenak.

“Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, saya mohon izin untuk permisi,” tutur Inge selanjutnya, tidak memberikan ruang pada Lucas. 

Perempuan itu membungkukkan badan sedikit pada Lucas, sebelum kemudian berbalik. Menyembunyikan air mata yang sudah kembali menggenangi matanya.

Apa yang ia inginkan? Sejujurnya, Inge sendiri bingung. Bisakah ia mendapatkan kehormatannya kembali?

Ucapan Bu Farah kembali terngiang di kepalanya. Inge tidak ingin terlibat masalah. Ia masih membutuhkan pekerjaannya yang sekarang. 

“Tunggu.”

Inge yang akan melangkah pergi terhenti mendengar suara Lucas tersebut. Ia sedikit berbalik dan mendapati Lucas tengah mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna hitam dari saku celananya. Name tag berlogo sekolah yang di atasnya ada tulisan: Inge Diandrea.

“Ini ketinggalan di kamar saya,” ucap Lucas. Pria itu meletakkan benda itu di meja. “Saya betul-betul minta maaf, Miss.”

Inge menggigit bibirnya samar, lalu pelan-pelan dia beranikan diri untuk berkata, “Semoga saya tidak perlu mengantar pulang putri Bapak lagi setelah ini.”

Lucas mengangguk, seakan mengerti maksud ucapan Inge.

***

Beberapa minggu berlalu usai peristiwa itu. Inge menenggelamkan dirinya dalam pekerjaan, untuk melupakan masalah-masalah hidupnya, terutama perasaan tersebut.

Untungnya, Lucas tampak menghargai permintaannya waktu itu. Sejak saat itu, Inge tidak perlu lagi mengantar Naomi. Gadis cilik itu selalu dijemput tepat waktu. Inge bahkan beberapa kali melihat Lucas sendiri yang menjemput putri kecilnya, sekalipun mereka tidak bertatap muka.

Saat itu, Inge berpikir bahwa hidupnya sudah pulih seperti sedia kala.

“Bu Inge kelihatan pucat sekali!” Tiba-tiba saja rekan kerja yang sedang bersama Inge saat ini berkomentar, saat mereka tengah mempersiapkan pentas seni sekolah. “Sedang tidak enak badan?”

Inge menggeleng. Memang sejak tadi pagi, ia merasa cukup mual dan badannya lemas, tapi karena tanggung jawab yang ia tanggung, wanita itu mengabaikannya dan tetap beraktivitas seperti biasa.

Tapi ternyata ia terlalu nekad.

“Aduh.” Inge memegang kepala. Dia merasa tiba-tiba pandangannya berputar. “Memang agak pusing—“

Belum sempurna Inge menyelesaikan kalimatnya, tubuh Inge meluruh. Samar-samar telinga perempuan itu mendengar rekannya berseru minta tolong, lalu pandangannya menjadi gelap.

Saat Inge membuka matanya, ia sudah berada di rumah sakit.  Bau obat menyerbu indra penciumannya.

Kepalanya masih sangat pusing. Saat dia menoleh ke kiri, seraut wajah dengan pakaian putih menyambutnya dengan senyuman.

“Syukurlah Ibu sudah sadar,” ucap perempuan yang sepertinya adalah dokter tersebut. “Jangan bangun tiba-tiba, Bu. Tetap berbaring saja dulu.”

Inge menganguk. Wanita itu menutup matanya sejenak untuk meredakan sakit kepala yang masih mengusiknya.

“Jadi dia sakit apa, Dok?”

Sebuah suara yang membuat syaraf telinga Inge menajam. Wanita itu membuka matanya dan refleks menoleh ke kanan. 

Lucas. Pria itu sedang berdiri di samping tempat tidurnya. Sorot matanya yang tajam terarah pada dokter yang tengah menangani Inge,

Mata Inge membulat sempurna.

“Kenapa dia ada di sini?” tanya Inge dalam hati. Matanya terus melirik tajam ke arah Lucas yang berada di samping kanannya. 

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Pak,” jawab sang dokter. “Justru ini adalah kabar bahagia. Istri Anda sedang mengandung. Selamat ya, Pak.” 

Bab terkait

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hamil

    “S-saya hamil, Dok?” Suara Inge tercekat. Bibir perempuan itu bergetar, kemudian getarannya merambat ke tangan, kaki dan sekarang sekujur tubuhnya sudah bergetar. Inge memandang nanar ke arah Lucas. Yang dibalas tatap datar oleh lelaki itu. Hampir sekira tiga detik mereka saling menatap. Sampai akhirnya Inge menggigit bibirnya sendiri sambil mengalihkan pandangan ke arah langit-langit. “Apakah ini kehamilan Anda yang pertama, Bu?” tebak sang dokter. Seakan dia sudah sangat terbiasa dengan ekspresi yang baru saja dia lihat.Inge memandang Lucas lagi. Kemudian dia mengangguk lemah. Bersamaan dengan itu air mata mengalir tanpa permisi.Sang dokter tersenyum. “Sekali lagi, selamat ya, Bu. Memang Ibu sudah memasuki usia yang terbilang cukup rawan untuk kehamilan yang pertama, tapi tidak perlu khawatir. Yang penting jaga pola makan, istirahat cukup dan hindari stres.”Lalu sang dokter berganti menatap ke arah Lucas. “Bapak juga wajib membantu istri Bapak untuk mengingatkan hal-hal tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Menjadi Yang Kedua

    “Istri Kedua? Maksudnya?” Inge mengernyit tidak mengerti. “Saya masih terikat pernikahan sah dengan mamanya Naomi.”Kerut di dahi Inge bertambah dalam. Dia hanya mendengar Lucas duda, tetapi sejujurnya dia tidak paham betul tentang penyebab status yang disandang lelaki ini. Apa mungkin karena Lucas belum sempat mengurus dokumen-dokumen, sehingga secara hukum dia dan mamanya Naomi masih resmi sebagai suami istri?“Istri saya sakit. Dia koma saat melahirkan Naomi, sampai hari ini.”Inge terjengit. Dia sangat terkejut. Jadi rumor yang selama ini salah?“Kalau begitu saya lebih baik menggugurkan bayi ini. S-saya wanita baik-baik, Pak. Wanita baik tidak akan menjadi istri kedua dalam kondisi apa pun,” ucap Inge cepat. Inge berdiri. “Saya permisi.”“Tunggu!” Lucas mengejar Inge yang sudah melangkah cepat.“Pergilah Pak Lucas, tinggalkan saya sendiri,” tegas Inge. Dia terus berjalan. Entah mengapa ada emosi yang tiba-tiba memenuhi relung hatinya. Apakah dia kecewa karena ternyata Lucas buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Mendadak Menikah

    “B-baiklah, s-saya bersedia,” kata Inge setelah bisa menguasai keadaan. Dia menarik tubuhnya, mengurai pelukan. Melihat ketulusan Lucas yang ingin bertanggung jawab, tiba-tiba mengubah pikiran Inge. Lagi pula bayinya memang tidak bersalah, bayinya punya hak sama dengan bayi-bayi yang lain. Hanya itu yang Inge pikirkan. Namun mendadak dia tersadar, bagaimana jika Lucas ternyata berbohong? “Tapi saya mau ketemu dengan mamanya Naomi dulu.”Lucas mengangguk. “Ayo!”Kemudian mereka berdua naik ke dalam mobil. Suasana hening mengisi udara di sekitar mereka. Inge tenggelam dalam pikirannya sendiri. Berkali-kali melempar pertanyaan dalam benaknya, apakah yang akan dilakukannya ini benar?Inge segera memejamkan mata ketika menyadari ternyata mobil Lucas menuju ke arah rumah lelaki itu. Dia pikir istri Lucas berada di rumah sakit. Tubuh Inge menjadi panas dingin, apalagi setelah mobil berhenti di halaman rumah Lucas. Lucas pun turun. Inge bergeming, dia sedang mencoba menaklukkan debaran jan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kejadian di Kamar Kost

    “Baik, Pak, kalau-- aduh… .” Inge mendadak memegangi kepalanya. Pusing yang sudah dia derita beberapa hari ini kambuh lagi. Demikian pula dengan perutnya yang tiba-tiba sangat mual.Buru-buru dia membuka pintu mobil, lalu tergesa turun. Begitu pintu kamarnya terbuka, Inge pun bergegas mendapatkan kamar mandi.Perutnya terus bergolak bagai diaduk-aduk. Inge membungkuk, siap mengeluarkan sesuatu yang terasa sangat tidak enak dalam perutnya. Namun dia hanya mengeluarkan bunyi seperti orang muntah, tidak ada apa pun yang keluar dari mulutnya.Rasa itu terus berulang, dan Inge terus saja merasa ingin muntah.Tiba-tiba sebuah tangan menempel di punggung Inge, terasa hangat, dan kehangatannya bisa Inge rasakan sampai ke sekujur syarafnya. Lalu tangan itu membuat gerakan mengusap dengan lembut. Inge pun menoleh dan menemukan wajah Lucas yang terlihat sedikit cemas.Entah mengapa Inge spontan menerbitkan senyum. Lucas membalas dengan senyuman kecil. Lalu mereka memalingkan wajah secara bersama

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Menghadapi Tudingan

    Inge mengambil napas panjang. Tidak ada pilihan selain memenuhi perintah Bu Farah. Semakin lama ditunda, atasannya itu pasti akan semakin murka. Inge mengenal betul karakter Bu Farah. Dia sudah bekerja di sekolah itu selama empat tahun. Bu Farah orang yang sangat baik tetapi dia sangat keras kepada anak buahnya yang melanggar perintahnya.Menggunakan ojek online, Inge akhirnya mencapai halaman sekolah. “Selamat siang, Miss Inge,” sapa penjaga keamanan sekolah dengan ramah. Inge pun membalas sapaannya dengan anggukan kepala.Suasana sekolah sudah lumayan sepi. Memang kalau ditengok dari jadwal yang sudah dia susun, pentas seni telah usai sekitar setengah jam yang lalu. Namun seperti biasa, tetap ada beberapa siswa yang masih menunggu untuk dijemput. Mereka berada di ruang playground, di sebelah pos keamanan.Ketika Inge melewati ruang tersebut, matanya bertemu dengan seorang guru yang sedang bertugas di situ. Guru itu terlihat sangat jelas melengos, menghindari tatapannya.Inge menelan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Yang Berubah-Ubah

    “Selamat siang, Bu Farah, saya datang untuk menjemput istri saya,” ucap Lucas dengan nada datar.Inge dan Bu Farah sama-sama terkesiap. Tentu saja yang membuat dua perempuan itu terkejut adalah hal yang berbeda. Inge benar-benar tidak menyangka bahwa Lucas akan datang menjemputnya, apalagi langsung membuka status mereka tanpa basa basi. Dia tadi sempat berpikir bahwa Lucas akan merahasiakan pernikahan ini dari siapa pun.“I-istri?” Bu Farah terbata. Matanya yang membola besar, melihat kepada Inge dan Lucas berganti-ganti. Lucas menerbitkan segaris senyuman. “Jika diskusinya sudah selesai… .”“O-oh, baik, Pak Lucas. Kebetulan pembicaraan kami memang sudah selesai. Iya kan, Ing– eh Miss Inge?” Bu Farah menatap kepada Inge. Sinar matanya mengandung banyak pertanyaan yang tidak terucapkan.Inge mengangguk dengan gerakan patah-patah. Dia melempar pandangan kepada Lucas, dan lelaki itu juga mengangguk ke arahnya. Kemudian mata Inge menatap lurus kembali kepada Bu Farah.“Saya permisi dulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Fakta Baru

    Inge menjengkit mendengar ucapan Bu Emma. Dia membeku spontan. Yang selama ini dia dengar, Pak Benny dan Bu Emma adalah orang tua Lucas. Namun telinganya baru saja mendengar hal yang berbeda dari orangnya sendiri.Matanya bertemu dengan tatapan Lucas sekejap. Ingin sekali dia mengkonfirmasi berita tersebut, namun sepertinya situasi tidak memungkinkan. Lucas sedang berusaha memeluk Bu Emma yang terlihat histeris. Perempuan itu meronta sambil berteriak-teriak.“Mama tau kamu pria baik, Luc. Pasti perempuan itu yang memperdaya kamu kan?” jerit Bu Emma. Matanya nyalang menatap Inge.Inge tersentak ketika Lucas memberinya perintah sekali lagi dengan nada lebih tinggi. Kaki perempuan itu pun buru-buru mendapatkan kamar yang dimaksud Lucas.Tangis Inge p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perjanjian

    Inge hanya berdiri saja di depan pintu besar yang tertutup itu. Pikirannya mengedar, mencoba menerka-nerka isi perjanjian yang ditolak oleh Lucas.Di tengah dia berpikir, Bu Emma terlihat keluar dari sebuah ruangan. Inge menggigit bibirnya samar, dia tidak tahu harus bagaimana bersikap. Saat mata mereka bertemu, Inge mencoba membungkukkan sedikit badan. Namun Bu Emma membalasnya dengan tatapan begitu sinis, membuat Inge cepat menunduk.Dia bersiap jika Bu Emma menghampiri dirinya, kemudian murka atau menamparnya lagi. Ternyata tidak. Inge justru mendengar detak sepatu Bu Emma menjauh, lalu perlahan memudar, hingga akhirnya tidak terdengar lagi. Ketika Inge memberanikan diri mendongak, sosok Bu Emma sudah hilang.Inge menghela napas, bersamaan dengan itu pintu terbuka. Inge menoleh dan menemukan sor

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18

Bab terbaru

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perintah Mama Niken

    “Gimana keadaanmu, Ma?” tanya Lucas begitu panggilan tersambung. “Maksudku, kamu baik-baik saja kan setelah perjalanan jauh?”Inge tidak langsung menjawab, melainkan menarik napas dalam terlebih dahulu. Entahlah, dia merasa tidak karuan saat Lucas ternyata masih juga memanggilnya dengan panggilan ‘Mama’.“Saya baik, Pak Lucas. Baby boy juga baik.”“Syukurlah… ,” sahut Lucas cepat. Namun setelah itu dia seperti kehilangan kata-kata lagi, sehingga mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Inge berinisiatif memutus panggilan terlebih dahulu dengan alasan sang mama memanggilnya.Inge begitu terkejut saat ternyata mamanya benar-benar sedang berdiri di belakangnya saat dia menutup telepon.“Maaf, Ing, enggak ada maksud Mama menguping. Mama hanya mau ambil baju,” ujar Mama Niken. “Tapi… sepertinya kamu berutang penjelasan sama Mama ya. Apa ada sesuatu dengan pernikahanmu?”Inge mengangguk. “Ya, Ma. Ini cerita panjang. Sebaiknya Mama mandi dulu, aku beresin kamarku ya.”Mama Niken ganti meng

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pulang

    “Jangan membuat posisiku bertambah salah,” ucap Lucas. Dia memandang Inge. Namun tiga detk kemudian, dia memalingkan wajahnya.Lucas menghela napas. “Maafkan aku… . Aku tidak akan menyembunyikan status kita pada Karina, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat.”“Saya hanya ingin ketemu Mama saya, tidak ada hubungannya dengan Bu Karina.” Inge menekan suaranya sedemikian rupa. “Saya ingin mengambil momen ini, sebab antara saya dan mama saya memang sudah kurang baik sejak saya bercerai dulu. Mumpung hati Mama saya lagi baik, jadi tidak ada salahnya. Iya kan?”Mereka berdua saling memandang beberapa saat. Sampai akhirnya Lucas berkata, “Oke. Pergilah, tapi diantar Pak Ali. Aku akan menjemputku.”Inge menunduk, lalu mengiyakan dengan suara pelan.“Saya akan pergi malam ini,” pamit Inge. Ditahan isaknya dengan sekuat tenaga.Lucas menghela napas lagi. Dia bisa saja mendebat lagi, tetapi lelaki itu berpikir mungkin Inge sedang benar-benar membutuhkan kebersamaan dengan ibunya.Dan bagian

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Bertemu Karina

    Diantar oleh Pak Ali, Inge kembali ke rumah sakit dengan banyak pertanyaan di benaknya. Bagaimana mungkin Karina bisa mencari dirinya? Bukankah mereka tidak pernah saling mengenal?Tiba-tiba jantung Inge berdebar keras. Jangan-jangan, Lucas atau Pak Benny telah memberitahu tentang statusnya ini. Astaga! Inge memegangi dada kirinya yang semakin berdenyut. Dia pun mulai memikirkan kalimat-kalimat yang harus dia ucapkan pada Karina. Tentu saja serangkaian kalimat yang dia rasa tidak akan membuat situasi bertambah keruh.Sampai di rumah sakit, Inge berjalan di koridor dengan langkah terasa mengambang. Otaknya kosong sekarang setelah sepanjang perjalanan ke mari ribut sendiri. Mendadak dia sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang apa yang akan Karina tanyakan padanya.Dari kejauhan, Inge melihat Bu Emma yang tampak mondar mandir gelisah. Begitu ibu kandung Karina itu melihat kedatangan Inge, dia terlihat berlari menyongsong. Seolah-olah sudah tidak sabar untuk bi

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sepotong Hati

    “Ing, Karina sadar!” Lucas setengah berteriak. Setelah itu dia berlari ke arah mereka datang tadi.Inge melihat betapa Lucas menghilang sangat cepat, bahkan lelaki itu sempat menabrak pot bunga yang menjadi pembatas antara trotoar dan lahan parkir. Beruntung tidak sampai terjadi apa-apa.Sejenak Inge tercenung. Dia menjadi bingung, apakah dia harus balik ke ruangan Karina atau kembali ke rumah? Dia menoleh ke belakang. Naomi tampak amat lelap. Rasanya Inge pun tidak mungkin menggendong Naomi sejauh itu. Kandungannya sudah besar, dan dia merasa tenaganya tidak sekuat dulu. Dia juga gampang sekali lelah. Untuk membangunkannya, tampak lebih tidak mungkin.Inge menghela napas, mencoba menunggu sejenak. Barangkali Lucas akan kembali, atau setidaknya menelepon untuk memberitahu apa yang harus dia lakukan. Namun detik-detik berlalu, tidak ada tanda-tanda kabar dari Lucas. Inge akhirnya memilih keluar dari mobil, kemudian berjalan mengitari bagian depan mobil untuk duduk di belakang kemudi.M

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Baby Boy

    “Pap, Adik ternyata baby boy, bukan baby girl,” ucap Naomi sedikit kecewa, setelah tawa mereka berdua habis.Lucas membeliak. Dadanya mengembang, demikian pula dengan senyumnya. Perasaan bahagia mendengar kabar itu seperti arus listrik yang cepat menjalar, dari ujung kakinya lalu naik melesat.“Oh iya?” jawabnya dengan nada gembira.“Mimi baru tengok Adik di komputer, fotonya dibawa Mama Inge tuh, Papa mau liat?” tutur Naomi sembari menunjuk Inge yang mematung, sekitar sepuluh langkah dari mereka.Senyum Lucas menghilang seketika. Apalagi saat dia menoleh pada Inge, dan melihat tangan perempuan itu yang berada ke wajahnya sendiri, terlihat seperti sedang menghapus air mata. Lucas menjadi amat bersalah telah lupa dengan janjinya hari ini. Seharusnya dia ada di samping Inge tadi.Lucas menurunkan Naomi perlahan. Gadis cilik itu kembali berlari kepada Inge, lalu terlihat meminta amplop besar yang dipegang oleh Inge.“Ini gambar Adik, Pap!” Naomi berteriak seraya berbalik badan dan kembal

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Mendesak

    Dengan tangan bergetar, Inge merespon panggilan tersebut.“Inge… .”Suaranya terdengar amat lembut. Membuat Inge memejam, dan spontan menggulirkan air mata. Setelah sekian lama sengaja menutup diri dari Inge, akhirnya… .“Mama,” desis Inge. Dia mendengar ibu kandungnya mengisak di seberang. Sementara dia sendiri pun memperdengarkan sedu sedan. Beberapa jenak mereka berdua bertangisan, tangis yang sama-sama tertahan.“Maafkan Mama, Ing. Armand baru saja cerita semuanya, dia sampai bersujud di kaki Mama untuk minta maaf,” ucap Mama, suaranya bergetaran.“Maksud Mama, Mas Armand ke rumah?” tanya Inge tidak percaya.“Iya, baru aja dia pergi, mungkin sekitar lima menit yang lalu,” lirih sekali Mama menjawab. “Dia bilang akan balik ke kota asalnya.”Inge menghela napas. Begitu niatnya Armand bertemu mamanya, padahal kota asal Armand ada di barat, sedang mama tinggal di arah yang berlawanan. Sudah terbayang bagaimana capeknya, apalagi jika Armand menyetir sendiri.“Ing, maafkan Mama ya.” Ibu

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kisahmu Sudah Berakhir

    Setelah mengambil bungkusan dari Armand, Inge naik. Di ujung tangga dia bertemu dengan Bi Yati yang tengah mencarinya.“Miss, saya kira ke mana. Saya sampai cari ke kamar Nyonya Karina. Lupa kalau Nyonya udah nggak di situ lagi, karena biasanya Miss Inge jam segini ada di kamar Nyonya,” ucap Bi Yati panjang lebar.Inge tersenyum menanggapinya. Entah mengapa sudut hatinya kembali tercubit mendengar nama Karina.“Saya ambil ini dulu, Bi. Tadi lupa dibawa turun sekalian dari mobil,” sahut Inge.“Harusnya Miss tadi tinggal telpon ke pos, biar diambilkan sama Pak Ali.”Inge hanya tersenyum saja.“Oh iya, buah potongnya sudah saya taruh di atas meja, Miss. Saya bawakan kroket juga, semoga Miss Inge berkenan,” ujar Bi Yati. Dia tahu jika istri kedua majikannya ini belum sarapan, sebab tadi terburu-buru mengantar Naomi.Inge mengucapkan terima kasih, tetapi menolak saat Bi Yati berniat untuk memberikan bantuan dengan membawakan bungkusan besar yang ada di tangannya. Dia pun kembali berjalan m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Rindu

    “Ya, Sayang. Ayo sebelum bobo kita sama-sama berdoa biar Mama Karina cepat bangun dan bisa main sama Mimi, bisa—”“Mimi enggak mau!” tukas Naomi. “Mimi mau sama Mama Inge aja, sama Adik. Kenapa Adik lama banget enggak keluar-keluar, Ma?”Inge tersenyum. “Sebentar lagi, Kakak. Udah enggak sabar main sama Adik ya?”Naomi mengangguk. Selanjutnya dia memeluk pinggang Inge, menciumi perut Inge beberapa kali sambil tertawa-tawa senang.“Oh iya, besok kita tengok Adik ya,” kata Inge. Dia baru saja teringat bahwa besok dia ada janji dengan dokter Yoda. Pada pemeriksaan minggu kemarin jenis kelamin bayinya belum terlihat sebab posisi sang bayi, sehingga dokter Yoda menjadwal ulang, sebelum beliau pergi ke luar negeri untuk berlibur selama satu bulan.“Tengok Adik di komputer ya, Ma?” tanya Naomi antusias.“Iya, Sayang, setelah Mimi pulang sekolah,” jawab Inge. “Sekarang kita bobo yuk.”Naomi menurut. Dia kembali ke posisi tidurnya dengan lurus, tidak meringkuk seperti yang baru saja dia lakuka

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hati Yang Tercubit

    Inge tersenyum. Kebiasaan Naomi, kalau dia sudah mengantuk sekali, pasti akan meletakkan kepalanya di sembarang tempat. Naomi memang belum istirahat sejak pulang sekolah tadi. Jadi sangat wajar kalau gadis cilik ini kelelahan.“Kita pulang?” tanya Inge. Dia meraih dagu bocah itu, dan dia gemas pipinya sekejap.Naomi mengangguk lesu. Matanya tampak sudah tidak kuat untuk dia buka.Inge terpaksa meminta agar sotonya dibungkus saja. Entah nanti termakan olehnya atau tidak. Dia hanya tidak ingin si pemilik warung tersinggung jika soto yang baru dia cicipi kuahnya itu ditinggalkan begitu saja.Dibantu seseorang yang ada di situ, Inge membawa Naomi yang sudah terlelap ke dalam mobil. Rencana untuk jalan-jalan sudah hangus. Inge pun melajukan mobilnya menuju pulang. Sesekali dia melihat pada Naomi yang rebah di jok belakang, untuk memastikan anak tiri kesayangannya itu aman.Sampai di rumah, Pak Husen yang terlihat tengah mengobrol dengan penjaga keamanan segera mendekat ketika Inge memanggi

DMCA.com Protection Status