Share

Emosi Yang Menyala

Penulis: Iyustine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-26 09:44:25

Mata itu terus mengikuti pergerakan Inge hingga sosok Inge tidak lagi terlihat. Kini hidungnya mendengkus kencang, mengeluarkan napas panas. Kemudian dia berjalan cepat menuju lift. Begitu pintu lift terbuka, dia cepat masuk.

Kepala, hati dan pikiran Sandra terbakar amarah. Tepatnya rasa cemburu yang menggunung. Dia tidak habis pikir kenapa Inge setelah diceraikan Armand, bisa menikah dengan pria kaya raya. Terlihat tadi dia memborong baju-baju bagus, dan sepatu mahal.

Tentang pria tampan nan gagah yang membelikan barang-barang bagus itu, apakah itu suami Inge yang sebenarnya? Kalau begitu, pria berwajah kampungan yang tadi dia lihat bersama Inge di depan kasir itu siapa? Apakah pengawal atau pembantunya?

“Gila! Belanja aja pakai dikawal, seberapa kaya sih suami barunya Inge?” gerutu Sandra dalam hati. Tangannya terkepal erat. Rasa-rasanya dia jadi ingin mengamuk hari ini. Sungguh dia tidak rela, jika Inge ternyata kini hidup bahagia.

Pintu lift terbuka. Area foodcourt terpampang di d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hatinya Panas

    “Kok bisa gara-gara Inge?” tanya Armand dengan nada ringan.Sandra melepas pelukan dengan segera. Kepalanya mendongak untuk menatap Armand dengan bebas. Sementara matanya menyala tajam. Perempuan itu tidak suka dengan apa yang baru saja Armand ucapkan.“Jadi Mas Armand menuduh kalau aku bohong?” tuduh Sandra marah. Dia kembali menolak tubuh Armand.“Loh yang bilang kamu bohong siapa?” Armand kembali duduk, setelah tadi sempat sedikit rebah karena dorongan dari Sandra yang begitu kuat.Sandra mendengkus. “Ya dengan pertanyaan seperti itu, artinya Mas Armand meragukan ceritaku kan? Itu sama saja menuduh aku berbohong!” cetus Sandra kesal.Armand menghembus napas. Digaruknya kepalanya beberapa saat. Sesungguhnya otaknya memang tidak bisa mencerna cerita sang kekasih.Bagaimana ceritanya Inge bisa membuat Sandra dipecat? Apa tadi Inge melabrak Sandra di tempat kerjanya? Seperti saat dia melabrak mereka berdua di kantor yang lama?“Bukan begitu maksudku, Sayang. Kan aku cuma pengen tau gi

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pergolakan Rasa

    Armand tersenyum canggung.“Ayolah, Sayang. Jangan ngambek begitu. Aku pasti nikahin kamu kok. Kurang apa lagi buktinya? Udah kuceraikan Inge demi kamu kan?” ujar lelaki itu.“Sekarang waktunya saja yang kurang tepat. Aku janji, begitu aku dapat kerjaan, kita langsung nikah,” rayu Armand selanjutnya.“Bener ya?” harap Sandra dengan mata sayu. Entah mengapa, ada separuh hatinya yang meragukan ucapan Armand. Perasaannya berbisik, jika sang kekasih tidak dengan tulus mengucapkan janjinya itu.Armand bergerak untuk mendapatkan badan Sandra. Dikecupnya pipi mulus nan menggemaskan itu beberapa kali hingga Sandra terkikik antara geli tetapi senang.Mendapat perlakuan seperti itu, hati Sandra perlahan kembali melunak.“Kalau gitu, aku minta bayarin kost-ku ya, Mas. Minggu depan jatuh tempo,” kata Sandra manja. Kedua tangannya melingkari leher Armand. Sedang mata mereka saling menatap satu sama lain.“Iya, nanti aku transfer ya,” sahut Armand. Nada suaranya seperti sedikit ditekan. Ada aura ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-26
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kejadian Tidak Terduga

    Inge mengangguk. Mencoba tersenyum, meski air mata yang tersimpan dalam indera penglihatannya seperti mendesak ingin keluar.Pada akhirnya sisa perjalanan mereka hanya diisi dengan keheningan. Lucas dan Inge sesekali saling melirik. Keduanya menjadi canggung untuk memulai percakapan.Sampai di rumah, begitu mobil berhenti di halaman, Lucas bergegas keluar dari mobil dan menghampiri Inge. Dia mengambil Naomi dari pangkuan sang istri.Tiba-tiba Naomi menggeliat panjang, nyaris saja terlepas dari genggaman Lucas. Inge dan Lucas tentu saja sama-sama kaget. Beruntung mereka berdua sigap merespon dengan bergerak cepat berbarengan. Akan tetapi… .Cup.Tanpa sengaja bibir Inge menempel sekilas di pipi Lucas. Keduanya pun kembali terkejut berbarengan. Manik-manik mata mereka bertemu, dan saling terpaku beberapa detik.Lucas merekahkan senyum. Ada binar-binar kecil yang muncul di aura wajahnya.Inge menunduk malu.“Maaf,” desis Inge. “Tidak sengaja.”Lucas tertawa kecil sembari membawa Naomi ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-27
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Tuduhan Tak Masuk Akal

    “Sudahlah Inge, jangan terus berpura-pura polos padahal otakmu sedang menyusun rencana jahat,” tukas Bu Emma.Inge menghela napas. Dia terdiam, menundukkan kepala. Kali ini dia berpikir untuk mengalah lagi, menerima semua tuduhan Bu Emma, walau sebetulnya dia tidak tahu apa yang sedang diributkan oleh mama mertua Lucas ini.“Kenapa diam? Kamu tidak bisa mengelak kan?” cetus Bu Emma.Inge tetap menunduk.“Saya tidak habis pikir kalau kamu menggunakan Mimi untuk kepentinganmu! Tega-teganya kamu melarang Mimi sekolah, bahkan berniat memindahkan sekolah Mimi. Apa maksudmu begitu?” tuding Bu Emma dengan wajah memerah rata.Inge mendongak. Menatap Bu Emma dengan kebingungan. Tuduhan macam apa lagi ini?“Kamu mau mempermalukan keluarga saya hah? Masa cucu pemilik sekolah elit akan sekolah di tempat lain? Pikir pakai otakmu itu!”Bu Emma berjalan mendekati Inge. Matanya tajam menghunjam kepada sosok Inge. Kemudian dia mencondongkan kepalanya, sehingga mulutnya dekat dengan telinga Inge.“Saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Laporan Nona Kecil

    “Miss Inge batuk-batuk, huek huek gitu,” ujar Nona Naomi, seraya menirukan suara Miss Inge. Sebenarnya yang dia maksud adalah muntah, tetapi entah mengapa bibir gadis kecil itu mengeluarkan kata ‘batuk’.“Mimi juga liat Miss Inge nangis, ada air mata di pipinya. Nanti Oma Emma harus ganti dimarahin sama Papa ya, karena Oma Emma udah bikin Miss Inge sedih,” celotehnya tanpa beban.Hal itu membuat Bi Yati yang berada di samping Nona Naomi menjadi semakin kalut. Dia berpikir cepat, apakah perlu memberitahu Miss Inge tentang aduan Nona Naomi ini? Bagaimana kalau hal ini akan memicu pertengkaran yang lebih besar antara Nyonya Emma dan Miss Inge?Bi Yati meremas-remas jari jemarinya dengan perasaan tidak tentu. ART itu menjadi sedikit lega ketika mendengar Nona Naomi mengucapkan salam kepada sang papa, kemudian mengulurkan gagang telepon itu kembali kepadanya. Setidaknya tidak ada informasi aneh-aneh lebih banyak yang diadukan Nona Naomi kepada Tuan Lucas.“Papa Nona bilang apa?” tanya Bi Y

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Saling Memendam

    Lucas mendekati Naomi. Lalu berjongkok di hadapan sang putri.“Mimi jangan ganggu Miss Inge dulu hari ini ya! Nanti main sama Papa, tapi sekarang Mimi sama Bi Yati dulu, Papa mau tengok Miss Inge. Oke?” ujar Lucas panjang lebar.“Ya, Pap. Tapi Mimi titip ini buat Miss Inge, jus mangga enak. Mimi sharing sama Miss Inge,” sahut Naomi mengulurkan gelas jusnya kepada Lucas.Lucas menerima gelas itu sembari tertawa kecil. Dia lalu mengusap kepala Naomi dengan sayang. Lelaki itu berdiri kembali, lalu menatap Bi Yati yang tampak tertunduk di belakang Naomi.“Saya titip Naomi ya, Bi,” ucap Lucas. Tanpa menunggu jawaban dari ART-nya dia segera menuju tangga. Naik dengan cepat lalu tiba di kamar Inge.Lucas mengetuk dengan perlahan pintunya dua kali, setelah itu dia buka.“Pak Lucas,” desis Inge. Tampak dia berusaha setengah duduk sembari mencari posisi bersandar yang nyaman.“Tiduran saja kalau kamu pusing, Ing,” Lucas cepat merespon. Kakinya melangkah cepat mendekati Inge.Inge menyeringai ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-28
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pengakuan Lucas

    Lucas segera merespon telepon Papa Benny di depan Inge.“Halo, Pa, aku telpon balik sepuluh menit lagi ya,” kata Lucas. Setelah itu dia mematikan sambungan, lalu mengantongi telepon genggamnya. Kemudian dia menatap Inge kembali. Dilihatnya perempuan itu menunduk, ada gerak gerik kegelisahan yang Inge perlihatkan.Lucas menghela napas. “Baiklah Inge, agar hatimu menjadi tenang, aku akan membuat pengakuan.”Inge mendongak cepat, kekagetan tidak dapat dia tutupi. Terpancar jelas dari ekspresi wajahnya. Mata yang melebar, mulut melongo dan alis bertaut tinggi.“Aku sebenarnya kuatir Mimi memaksamu ikut hadir di sekolah, aku hanya tidak ingin sesuatu yang tidak baik menimpamu di sana,” lirih Lucas. Manik matanya bergerak satu kali ke kanan.Inge menatap dalam. Kali ini dia merasakan kejujuran dalam ucapan Lucas. Mendadak dia merasa matanya menjadi panas, dan sosok Lucas secara perlahan menjadi tidak jelas. Itu karena matanya berangsur-angsur diselimuti air.Hati perempuan itu merasa tersan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29
  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Mengurai Kabar Kusut

    Lucas menegakkan badan. Kenapa pertanyaan Papa Benny sama dengan pertanyaan Inge tadi? Mendadak pikirannya dipenuhi berbagai kemungkinan.“Sebenarnya tadi pagi Mama sudah mendengar berita ini, Papa pikir itu hanya gosip saja. Tapi barusan Bu Farah mengkonfirmasi langsung, katanya Mimi juga sudah tidak masuk tiga hari ini,” lanjut Papa Benny. Yang dimaksud mama oleh Papa Benny tentu saja Mama Emma.Otak Lucas langsung menjalar. Lalu berkesimpulan bahwa pertanyaan Inge tadi kemungkinan besar berasal dari Mama Emma. Kemudian dia teringat laporan Naomi, pastilah Mama Emma datang, dan marah-marah karena berita ini juga. Firasat Lucas semakin yakin, jika Mama Emma mempersalahkan Inge dalam hal ini.“Luc!” panggil Papa Benny, nadanya menjadi naik, sebab sampai detik-detik berlalu dia tidak mendengar suara menantunya sama sekali.Lucas tidak langsung menjawab, dia malah menghela napas panjang.“Memangnya kenapa sampai Bu Farah berkesimpulan begitu?” Lucas bukannya menjawab, malah melempar pe

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-29

Bab terbaru

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perintah Mama Niken

    “Gimana keadaanmu, Ma?” tanya Lucas begitu panggilan tersambung. “Maksudku, kamu baik-baik saja kan setelah perjalanan jauh?”Inge tidak langsung menjawab, melainkan menarik napas dalam terlebih dahulu. Entahlah, dia merasa tidak karuan saat Lucas ternyata masih juga memanggilnya dengan panggilan ‘Mama’.“Saya baik, Pak Lucas. Baby boy juga baik.”“Syukurlah… ,” sahut Lucas cepat. Namun setelah itu dia seperti kehilangan kata-kata lagi, sehingga mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Inge berinisiatif memutus panggilan terlebih dahulu dengan alasan sang mama memanggilnya.Inge begitu terkejut saat ternyata mamanya benar-benar sedang berdiri di belakangnya saat dia menutup telepon.“Maaf, Ing, enggak ada maksud Mama menguping. Mama hanya mau ambil baju,” ujar Mama Niken. “Tapi… sepertinya kamu berutang penjelasan sama Mama ya. Apa ada sesuatu dengan pernikahanmu?”Inge mengangguk. “Ya, Ma. Ini cerita panjang. Sebaiknya Mama mandi dulu, aku beresin kamarku ya.”Mama Niken ganti meng

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Pulang

    “Jangan membuat posisiku bertambah salah,” ucap Lucas. Dia memandang Inge. Namun tiga detk kemudian, dia memalingkan wajahnya.Lucas menghela napas. “Maafkan aku… . Aku tidak akan menyembunyikan status kita pada Karina, aku hanya sedang menunggu waktu yang tepat.”“Saya hanya ingin ketemu Mama saya, tidak ada hubungannya dengan Bu Karina.” Inge menekan suaranya sedemikian rupa. “Saya ingin mengambil momen ini, sebab antara saya dan mama saya memang sudah kurang baik sejak saya bercerai dulu. Mumpung hati Mama saya lagi baik, jadi tidak ada salahnya. Iya kan?”Mereka berdua saling memandang beberapa saat. Sampai akhirnya Lucas berkata, “Oke. Pergilah, tapi diantar Pak Ali. Aku akan menjemputku.”Inge menunduk, lalu mengiyakan dengan suara pelan.“Saya akan pergi malam ini,” pamit Inge. Ditahan isaknya dengan sekuat tenaga.Lucas menghela napas lagi. Dia bisa saja mendebat lagi, tetapi lelaki itu berpikir mungkin Inge sedang benar-benar membutuhkan kebersamaan dengan ibunya.Dan bagian

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Bertemu Karina

    Diantar oleh Pak Ali, Inge kembali ke rumah sakit dengan banyak pertanyaan di benaknya. Bagaimana mungkin Karina bisa mencari dirinya? Bukankah mereka tidak pernah saling mengenal?Tiba-tiba jantung Inge berdebar keras. Jangan-jangan, Lucas atau Pak Benny telah memberitahu tentang statusnya ini. Astaga! Inge memegangi dada kirinya yang semakin berdenyut. Dia pun mulai memikirkan kalimat-kalimat yang harus dia ucapkan pada Karina. Tentu saja serangkaian kalimat yang dia rasa tidak akan membuat situasi bertambah keruh.Sampai di rumah sakit, Inge berjalan di koridor dengan langkah terasa mengambang. Otaknya kosong sekarang setelah sepanjang perjalanan ke mari ribut sendiri. Mendadak dia sama sekali tidak mempunyai gambaran tentang apa yang akan Karina tanyakan padanya.Dari kejauhan, Inge melihat Bu Emma yang tampak mondar mandir gelisah. Begitu ibu kandung Karina itu melihat kedatangan Inge, dia terlihat berlari menyongsong. Seolah-olah sudah tidak sabar untuk bi

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Sepotong Hati

    “Ing, Karina sadar!” Lucas setengah berteriak. Setelah itu dia berlari ke arah mereka datang tadi.Inge melihat betapa Lucas menghilang sangat cepat, bahkan lelaki itu sempat menabrak pot bunga yang menjadi pembatas antara trotoar dan lahan parkir. Beruntung tidak sampai terjadi apa-apa.Sejenak Inge tercenung. Dia menjadi bingung, apakah dia harus balik ke ruangan Karina atau kembali ke rumah? Dia menoleh ke belakang. Naomi tampak amat lelap. Rasanya Inge pun tidak mungkin menggendong Naomi sejauh itu. Kandungannya sudah besar, dan dia merasa tenaganya tidak sekuat dulu. Dia juga gampang sekali lelah. Untuk membangunkannya, tampak lebih tidak mungkin.Inge menghela napas, mencoba menunggu sejenak. Barangkali Lucas akan kembali, atau setidaknya menelepon untuk memberitahu apa yang harus dia lakukan. Namun detik-detik berlalu, tidak ada tanda-tanda kabar dari Lucas. Inge akhirnya memilih keluar dari mobil, kemudian berjalan mengitari bagian depan mobil untuk duduk di belakang kemudi.M

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Baby Boy

    “Pap, Adik ternyata baby boy, bukan baby girl,” ucap Naomi sedikit kecewa, setelah tawa mereka berdua habis.Lucas membeliak. Dadanya mengembang, demikian pula dengan senyumnya. Perasaan bahagia mendengar kabar itu seperti arus listrik yang cepat menjalar, dari ujung kakinya lalu naik melesat.“Oh iya?” jawabnya dengan nada gembira.“Mimi baru tengok Adik di komputer, fotonya dibawa Mama Inge tuh, Papa mau liat?” tutur Naomi sembari menunjuk Inge yang mematung, sekitar sepuluh langkah dari mereka.Senyum Lucas menghilang seketika. Apalagi saat dia menoleh pada Inge, dan melihat tangan perempuan itu yang berada ke wajahnya sendiri, terlihat seperti sedang menghapus air mata. Lucas menjadi amat bersalah telah lupa dengan janjinya hari ini. Seharusnya dia ada di samping Inge tadi.Lucas menurunkan Naomi perlahan. Gadis cilik itu kembali berlari kepada Inge, lalu terlihat meminta amplop besar yang dipegang oleh Inge.“Ini gambar Adik, Pap!” Naomi berteriak seraya berbalik badan dan kembal

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Perasaan Mendesak

    Dengan tangan bergetar, Inge merespon panggilan tersebut.“Inge… .”Suaranya terdengar amat lembut. Membuat Inge memejam, dan spontan menggulirkan air mata. Setelah sekian lama sengaja menutup diri dari Inge, akhirnya… .“Mama,” desis Inge. Dia mendengar ibu kandungnya mengisak di seberang. Sementara dia sendiri pun memperdengarkan sedu sedan. Beberapa jenak mereka berdua bertangisan, tangis yang sama-sama tertahan.“Maafkan Mama, Ing. Armand baru saja cerita semuanya, dia sampai bersujud di kaki Mama untuk minta maaf,” ucap Mama, suaranya bergetaran.“Maksud Mama, Mas Armand ke rumah?” tanya Inge tidak percaya.“Iya, baru aja dia pergi, mungkin sekitar lima menit yang lalu,” lirih sekali Mama menjawab. “Dia bilang akan balik ke kota asalnya.”Inge menghela napas. Begitu niatnya Armand bertemu mamanya, padahal kota asal Armand ada di barat, sedang mama tinggal di arah yang berlawanan. Sudah terbayang bagaimana capeknya, apalagi jika Armand menyetir sendiri.“Ing, maafkan Mama ya.” Ibu

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Kisahmu Sudah Berakhir

    Setelah mengambil bungkusan dari Armand, Inge naik. Di ujung tangga dia bertemu dengan Bi Yati yang tengah mencarinya.“Miss, saya kira ke mana. Saya sampai cari ke kamar Nyonya Karina. Lupa kalau Nyonya udah nggak di situ lagi, karena biasanya Miss Inge jam segini ada di kamar Nyonya,” ucap Bi Yati panjang lebar.Inge tersenyum menanggapinya. Entah mengapa sudut hatinya kembali tercubit mendengar nama Karina.“Saya ambil ini dulu, Bi. Tadi lupa dibawa turun sekalian dari mobil,” sahut Inge.“Harusnya Miss tadi tinggal telpon ke pos, biar diambilkan sama Pak Ali.”Inge hanya tersenyum saja.“Oh iya, buah potongnya sudah saya taruh di atas meja, Miss. Saya bawakan kroket juga, semoga Miss Inge berkenan,” ujar Bi Yati. Dia tahu jika istri kedua majikannya ini belum sarapan, sebab tadi terburu-buru mengantar Naomi.Inge mengucapkan terima kasih, tetapi menolak saat Bi Yati berniat untuk memberikan bantuan dengan membawakan bungkusan besar yang ada di tangannya. Dia pun kembali berjalan m

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Aku Rindu

    “Ya, Sayang. Ayo sebelum bobo kita sama-sama berdoa biar Mama Karina cepat bangun dan bisa main sama Mimi, bisa—”“Mimi enggak mau!” tukas Naomi. “Mimi mau sama Mama Inge aja, sama Adik. Kenapa Adik lama banget enggak keluar-keluar, Ma?”Inge tersenyum. “Sebentar lagi, Kakak. Udah enggak sabar main sama Adik ya?”Naomi mengangguk. Selanjutnya dia memeluk pinggang Inge, menciumi perut Inge beberapa kali sambil tertawa-tawa senang.“Oh iya, besok kita tengok Adik ya,” kata Inge. Dia baru saja teringat bahwa besok dia ada janji dengan dokter Yoda. Pada pemeriksaan minggu kemarin jenis kelamin bayinya belum terlihat sebab posisi sang bayi, sehingga dokter Yoda menjadwal ulang, sebelum beliau pergi ke luar negeri untuk berlibur selama satu bulan.“Tengok Adik di komputer ya, Ma?” tanya Naomi antusias.“Iya, Sayang, setelah Mimi pulang sekolah,” jawab Inge. “Sekarang kita bobo yuk.”Naomi menurut. Dia kembali ke posisi tidurnya dengan lurus, tidak meringkuk seperti yang baru saja dia lakuka

  • Bukan Mauku Menjadi Istri Kedua   Hati Yang Tercubit

    Inge tersenyum. Kebiasaan Naomi, kalau dia sudah mengantuk sekali, pasti akan meletakkan kepalanya di sembarang tempat. Naomi memang belum istirahat sejak pulang sekolah tadi. Jadi sangat wajar kalau gadis cilik ini kelelahan.“Kita pulang?” tanya Inge. Dia meraih dagu bocah itu, dan dia gemas pipinya sekejap.Naomi mengangguk lesu. Matanya tampak sudah tidak kuat untuk dia buka.Inge terpaksa meminta agar sotonya dibungkus saja. Entah nanti termakan olehnya atau tidak. Dia hanya tidak ingin si pemilik warung tersinggung jika soto yang baru dia cicipi kuahnya itu ditinggalkan begitu saja.Dibantu seseorang yang ada di situ, Inge membawa Naomi yang sudah terlelap ke dalam mobil. Rencana untuk jalan-jalan sudah hangus. Inge pun melajukan mobilnya menuju pulang. Sesekali dia melihat pada Naomi yang rebah di jok belakang, untuk memastikan anak tiri kesayangannya itu aman.Sampai di rumah, Pak Husen yang terlihat tengah mengobrol dengan penjaga keamanan segera mendekat ketika Inge memanggi

DMCA.com Protection Status