“Aku punya alasan untuk ini semua” kata Rezo mencoba menjelaskan. Wailea hanya terdiam dan terus menangis. “Aku terpaksa menikahimu, Lea” lanjut Rezo. Wailea menoleh pada Rezo seolah bertanya apa yang membuatnya melakukan hal itu.
“Beberapa hari setelah pemakanan mama. Papa memintaku untuk menikahimu. Jika tidak mau, aku tidak akan dianggapnya anak lagi. Semua hasil kerja kerasku selama ini juga akan ditarik dan aku tidak dapat apa-apa” Rezo mencoba menjelaskan dengan nada suara lemas.
“Kenapa tidak jujur kalau kamu sudah punya pacar?” tanya Wailea kesal.
“Sudah kucoba. Tapi papa tidak setuju jika aku menikahi Ketty” Rezo menghela nafas. “Namun, setelah aku berhasil meyakinkan papa, malah Ketty yang belum siap untuk menikah. Dia masih dalam study dan di tambah lagi impiannya menjadi model terlalu tinggi saat itu” jelas Rezo.
Wailea frustasi mendengar pernyataan Rezo. Dia berfikir selama ini mereka akan saling mencoba mencintai satu sama lain, tapi ter
“Disini kamulah yang salah, Lea” kata Ketty dengan sangat lantang tanpa keraguan. Wailea tercengang mendengarnya. “Kamu yang masuk di tengah-tengah hubungan kami. Jadi kamulah pengganggunya, bukan aku” tegas Ketty. “Andaikan aku tahu, dari awal sudah ku tolak tanpa keraguan sedikit pun” jawab Wailea sambil berlalu meninggalkan Ketty dan Rezo. Rezo hendak mengejar Wailea, namun tertahan oleh pilihan yang diberikan Ketty. “Kalau kamu kejar dia, aku anggap kamu lebih memilih dia daripada aku” kata Ketty dengan lantang. Hal ini membuat Rezo tidak ada pilihan lain. Entah mengapa, hatinya berat melihat Wailea yang pergi dengan kehancuran hati. Rezo dilema setelah mendengar pengakuan Wailea yang mengatakan bahwa dia sudah mencintainya. Perasaan bersalah itu bertumbuh semakin besar dihati Rezo. Sambil menangis, Wailea berlari keluar dari kamar hotel. Langkah Wailea terhenti seketika saat ia menatap ke arah receptionist. Ternyata Luna, sang reception jug
Kemudian Helix bertanya, untuk apa mereka bertemu dan makan bersama. Lenny hanya menjawab jika memang ini hanyalah upayanya agar bisa berbincang tentang banyak hal dengan Helix. Helix memintanya untuk segera membahas apa yang ingin Lenny katakan, namun Lenny mencoba mengulur-ulurkan waktu demi bisa bersama Helix lebih lama lagi. Lenny menanyakan keadaan Helix, bagaimana pekerjaannya, apa kesibukannya saat ini dan lain-lain. Hal ini membosankan bagi Helix.“Silahkan, ini menunya” seorang pelayan restoran datang menghampiri meja Lenny dan Helix. Helix merasa terselamatkan saat pelayan ini datang.“Nasi goreng sapinya dua, mbak” kata Lenny tanpa menoleh. Ia masih saja sibuk melihat buku menu untuk mencari minuman.“Kentang goreng satu” kata Helix. Lenny menatap Helix sambil tersenyum. Membeli cemilan berarti dia ingin lama berbicara denganku, kata Lenny dalam hati. Lenny pun dengan semangat memilih minuman dan memesannya.
Helix lepas kendali, ia memukul pipi pria itu hingga bibirnya pun mengeluarkan darah. Suasa bahagia berubah menjadi kacau, Lenny sangat kebigungan. Receptionist segera memanggil petugas keamanan untuk melerai. Dengan perasaan yang teramat sakit, Helix bertanya siapa pria itu. Lenny pun tidak bisa mengelak lagi. Pria itu adalah Wijaya, kekasihnya selama satu tahun terakhir. Gilanya, Wijaya tahu tentang hubungan Helix bersama Lenny. Ini membuat Helix semakin panas dan geram. Setelah apa yang ia lakukan selama ini, begitu teganya Lenny padanya. “Sepertinya tidak ada masa depan dalam hubungan kita, Hel” kata Lenny dengan lantang. Kalimat itu bagaikan pedang yang menghujam jantungnya. Sakit, ya inilah yang membuat Helix menjadi seperti sekarang ini. Setelah sekian lama, Lenny kembali dan membangkitkan rasa sakit hati itu lagi. Helix semakin merasa benci pada Lenny setelah pertemuannya dengan Wailea. Helix merasa wanita itu seharusnya memiliki pendirian yang kuat akan pili
“Sialan!” Helix mendaratkan pukulannya di pipi seorang pria dengan penuh emosi. “Siapa, lo?” tanya pria mabuk itu yang terlihat kesakitan dan memegang rahangnya. “Pergi, lo!” teriak Helix. “Makanya punya cewek itu dijaga, jangan dibiarkan ke tempat ini sendirian!” sahut pria mabuk itu sambil berteriak dan berlalu meninggalkan Helix. Tempat yang bising ini membuat mereka harus berteriak agar suaranya terdengar. Helix melihat Wailea yang sedang menopang kepalanya pada lengan yang bertumpu pada minibar. Apa sebenarnya yang terjadi pada Wailea. Mengapa dia nekat pergi ke club sendiri tanpa ada yang menemani. Namun, pakaiannya sangat rapi, tidak selayaknya wanita yang hendak menghabiskan malamnya di dalam sebuah kotak gelap, bising dan pengap asap rokok. Helix mencoba untuk membantu Wailea agar bisa berdiri, tetapi kakinya begitu lemas hingga tak mampu menopang tubuhnya sendiri. “Helix” kata Wailea saat wajahnya berhadapan dengan wajah Helix. Aroma
“Jadi ini rumah kamu, Hel?” tanya Wailea yang tersengal-sengal.“Nampaknya nada bicaramu mengandung penyesalan! Lalu kamu berharap ini rumah siapa? Rumah pria-pria yang tidak ada sopan santunnya semalam?” teriak Helix kesal. Wailea meliriknya lalu menghela nafas.“Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sana?” tanya Wailea sambil menatap Helix sinis. Helix terlihat gugup dan menggaruk kepala. “GPS lagi?” sambung Wailea.“Kalau bukan karena GPS, aku mana mungkin tahu keberadaanmu. Bisa-bisa kamu sudah dibawa orang yang tidak bertanggung jawab. Kamu mabuk dan tidak sadar sama sekali. Bukannya berterima kasih, malah marah” sahut Helix kesal.“Ya sudah, aku mau ke kantor dulu” kata Wailea. Helix memegang wajah Wailea dengan kedua tangannya lalu mengarahkan kepada jam dinding yang menempel di ruang tamu. Ternyata jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Wailea menghela nafas yang sangat dalam.
“Jangan bilang kalau kamu yang mengganti pakaianku!!!” teriak Wailea. Helix mengayunkan tangannya menandakan jika memang bukan dia. Wailea merasa takut, ia segera berlari mendapatkan tas dan ponselnya, ia hendak kabur. Helix yang ikut panik mencoba menahan pintu agar Wailea tidak keluar dan salah paham. Helix mencoba menjelaskan pada Wailea tentang apa yang terjadi semalam. Helix mengatakan jika semalam ia sengaja meminta asisten rumah tangganya datang tengah malam hanya untuk membantunya mengurus Wailea. Menggantikan pakaian Wailea yang kotor dan basah akibat muntahnya semalam dan memberikan minyak untuk menghangatkan tubuhnya. Untung saja sang asisten tinggal tidak jauh dari rumah Helix, sehingga ia bisa segera datang dan membantu. Wailea yang masih merasa tidak nyaman belum bisa percaya akan ucapan Helix. Helix pun kembali meyakinkan Wailea dengan rekaman cctv yang ia punya. Terlihat bu Sri yang memang masuk ke dalam kamar, tidak lama setelah itu bu Sri kembali ke
Saat Wailea mengambil kotak itu dan berjalan hendak memasuki kamar, terdengar suara pintu depan yang sedang dibuka. Bu Sri akhirnya sampai di rumah. Wailea segera berlari mendapatkan bu Sri. Ia mengucapkan banyak terima kasih dan menyampaikan permintaan maaf pada bu Sri karena telah merepotkannya semalam. Bu Sri yang baik dan ramah hanya tersenyum dan tertawa kecil. Wajar saja jika Helix merasa dekat dengan bu Sri, Wailea yang baru mengenalnya pun merasakan kehangatan seorang ibu.Saat melihat bu Sri, Wailea jadi teringat akan Weni. Entah ia harus marah dan menyalahkan ibunya tentang apa yang terjadi pada dirinya ini atau malah harus tetap berjuang demi kebahagiaan sang ibu. Ini sungguh menyiksa batin Wailea. Hatinya berkecamuk setiap kali mengingat nasib dirinya saat ini.Wailea menatap Helix yang sedang asik berbincang dengan bu Sri lalu berkata dalam hatinya, ijinkan aku bahagia hari ini saja sebelum kembali ke rumah yang penuh air mata dan luka. Setelah puas
Pada lukisan pertama, terlihat seorang pria sedang berjalan kaki sambil memegang secarik kertas dengan tulisan berwarna hitam. Jauh diujung jalan ada terlihat bulan dan matahari, bagian kiri adalah siang dan kanan malam. Makna yang ditulis oleh sang pelukis adalah, pria tersebut telah melakukan perjalanan yang cukup panjang tanpa arah tujuan. Melewati siang dan malam. Mencatat setiap tempat dan wilayah, hanya untuk mendapatkan satu hal yang ia cari. Wailea kini berjalan kearah lukisan yang kedua. Lukisan tersebut memperlihatkan seorang pria muda sedang memetik sebuah bunga mawar berwana merah ditangan kanannya dan sebuah patahan hati di tangan kirinya. Wajah pria itu sedang merintih kesakitan akibat duri mawar yang tertancap di kulitnya. Makna dari lukisan ini adalah disaat pria muda itu menemukan bunga mawar yang ia cari selama ini, ia pun harus terluka akibat duri pada mawar tersebut. Inilah yang membuat hatinya patah dan hancur. Wailea menghayati makna dari lukisan ini da
"Saya rasa istri bapak takut saat mendengar suara anda, makanya dia pergi dari sini tanpa membawa barang" ujar Luna saat Helix hendak menduduki kursi plastik merah di teras rumah Luna. Helix terheran, mengapa bisa wanita di hadapannya itu berfikir jika dia adalah suami dari Wailea. Helix pun bertanya-tanya siapakah wanita ini, karena baru pertama kalinya dia melihat Luna. "Saya ini resepsionis hotel di Bali yang berhasil anda buat kehilangan pekerjaan. Pantas saja anda tega kepada orang lain, kepada istri anda sendiri saja anda teganya bukan main" sahut Luna kesal. Helix semakin bingung dibuatnya. "Dari tadi saya perhatikan ucapan anda melantur tidak ada arahnya. Kenapa anda pikir saya ini suami Wailea?" tanya Helix penasaran. "Kalau anda bukan suaminya, lalu kenapa foto anda ada di dompetnya?" tegas Luna. Helix terdiam dan berfikir. "Saya tidak sengaja melihat foto anda di dompet mbak Wailea. Foto 3x4 sih, tapi sangat jelas kalau itu foto anda" lanjut Luna. Ingin rasanya Helix
Setelah selesai diobati, Wailea berjalan menuju toko disebelah klinik. Dia membeli sebuah topi dan masker. Tujuannya agar perban dikepala tidak terlihat dan wajahnya pun tidak terlihat karena ditutupi masker. Setelah itu kembali Wailea mencari taksi dan melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Seolah sudah di lancarkan jalannya, disaat Wailea sampai dia pun langsung mendapatkan penerbangan tepat pada waktunya. Dia segera mengurus tiket dan lain sebagainya. Beberapa jam kemudian Wailea telah tiba di Sumatra. Tak sabar rasa hati ingin bertemu sang ibu dan memeluknya erat. Dia sudah membayangkan untuk menceritakan semua yang telah dialaminya selama ini. Setelah menggunakan kendaraan umum, Wailea pun sampai di halaman rumah sang ibu. Tangisan tak mampu lagi ditahan olehnya, dia segera berlari menuju pintu utama. Tooookkk... Tokk... Tokkk.. Suara ketukan pintu yang sangat lembut. Seseorang dari dalam rumah membukakan pintu. Wailea terkejut saat melihat seseorang yang tidak dia kenal be
Cuaca pagi yang mulai terasa hangat oleh mentari. Wailea terbangun dan tersadar jika dirinya tidak di rumah itu lagi. Wailea mengambil ponselnya dan kemudian menyambungkan pada kabel pengisian daya. Pasti sudah banyak pesan dari orang-orang yang mencariku, katanya dalam hati. "Selamat pagi mbak. Ayo sarapan dulu" ajak Luna. Luna kembali dikejutkan dengan darah yang mulai memenuhi perban dan juga bahkan meninggalkan noda pada sarung bantalnya. "Maaf Luna, saya jadi mengotori barang kamu" kata Wailea sungkan. "Itu bukan masalah mbak, bisa dicuci dan kembali bersih. Yang jadi masalah sekarang adalah, perban dan obat saya kebetulan habis. Jadi saya harus beli dulu ke apotek" kata Luna. Wailea mengambil dompetnya dan memberikan sejumlah uang. "Terima uang ini ya. Kamu sudah memberiku tempat dan makanan bahkan obat. Aku tidak tenang jika kamu tidak menerimanya". "Mbak Wailea sama sekali tidak merepotkan saya. Saya malah senang bisa membantu. Tapi apa tidak lebih baik mbak Lea ke ruma
Wailea terus mengendarai motornya ke arah yang dia sendiri pun tak tahu. Untuk sementara darahnya sudah terhenti karena perban dan obat yang dia pakai sebelum pergi. Mengapa Wailea memilih pergi? Mengapa dia tidak tetap tinggal disana dan meminta pertolongan? Karena merasa Ruben sangat marah padanya dan juga Rezo, dia pun memilih untuk bertahan sendiri. Dia juga tahu jika Helix masih dalam keadaan kesal padanya, jadi lebih baik dia tidak menghubungi siapapun. Dengan sebuah ransel kecil, Wailea membawa sedikit pakaiannya. Dia yakin untuk kembali ke rumah Weni. Hatinya kini terasa sangat lelah dengan semuanya. Karena kepalanya yang terasa masih sangat berat, Wailea pun tak imbang kemudian hampir menabrak seorang wanita. Dia membanting stang motornya dan kemudian terjatuh. "Mbak baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang terlihat panik. "Maafkan saya, saya tidak hati-hati" kata Wailea sembari melepaskan helm di kepalanya. "Mbak Wailea" kata wanita itu. Wailea mencoba mengingat siapa
Ttookkk... Tookkk... Ttoookkkk. Suara ketukan itu terdengar sangat kasar. Helix segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama dan membukakan pintu. Bbbuuukkkkk... Sebulan pukulan yang sangat kuat mendarat di pelipis Helix. "Apa-apaan ini?" tanya Helix sembari menyentuh pelipisnya yang langsung membiru dan bengkak. "Apa anda puas sekarang menghancurkan rumah tangga anak dan juga menantu saya?" tanya Ruben dengan sangat geram. "Maksud bapak apa?" tanya Helix kebingungan. "Saya tahu jika anda memiliki hubungan dengan menantu saya" jawab Ruben dengan penuh emosi. "Saya memang punya hubungan dengan menantu anda, tetapi hanya sebatas hubungan rekan kerja dan juga teman dekat. Apanya yang salah?" tanya Helix lagi. "Terlalu banyak kebohongan yang kalian semua ciptakan" ujar Ruben. "Saya memang punya perasaan dengan Wailea, tetapi dia tidak pernah menyambut perasaan saya ini sekalipun. Mungkin saya akan sangat bahagia jika anda memukul saya karena tuduhan anda benar. Asal anda tahu,
Wailea terdiam membeku, air matanya yang sedari tadi menetes kini berhenti seketika. Keadaan hatinya sangat buruk dan sama sekali tidak beraturan. Kini matanya tertuju kepada secarik kertas bermaterai di atas meja. Bercerai? Apakah ini ujung dari perjuanganku selama ini? Wailea berjalan mendekati meja dan mulai meraih dokumen tersebut. Dipandangilah isi surat itu dari atas hingga bawah. Ini kali pertama di dalam hidupnya merasakan begitu berat ketika memegang secarik kertas. Bayang-bayang yang menakutkan kini meliputi pikirannya. Bagaimana dengan mama? Bagaimana dengan papa Ruben? Bagaimana nasibku nanti? Apa pandangan orang-orang terhadapku yang menjadi janda hanya dalam waktu sekejap mata? Aku harus bagaimana? Terlalu banyak suara yang kini bersarang di kepalanya. "Boleh aku bertanya? Jika kalian menjawabnya dengan jujur, maka aku akan segera menandatangani surat ini dan pergi" tantang Wailea. Ketty dan Rezo saling pandang dan kemudian mempersilahkan Wailea untuk mengajukan perta
Hati Papinka terasa membara mendengar sindiran Ruben yang begitu menyakitkan namun benar adanya. Wajah Papinka dan Ketty memerah karena menahan malu dan emosi. Seolah mereka terkena telak dari Ruben, Ketty pun memutar otak agar bagaimana caranya mereka bisa kembali berada di posisi yang aman. "Asal om tahu, kami tidak pernah menyembunyikan hubungan kami ini di depan Wailea. Bahkan dia tahu jika saya dan Rezo berlibur di Bali" kata Ketty membuat suasana semakin kacau. Ruben tercengang dan seketika itu juga menatap Wailea. "Apa benar yang dia katakan?" tanya Ruben. Bibir Wailea terasa berat hendak menjawab pertanyaan itu. Entah dia harus bagaimana sekarang menghadapi situasi yang mulai menyudutkannya itu. "Maafkan Lea, pa" sahut Wailea tanpa pembelaan apapun. Jantung Ruben kini terasa nyeri dan sakit. Dia pun memegang dadanya dan mencoba untuk tetap bertahan. Sungguh sulit dipercaya namun pernyataan itu tak dibantah oleh Wailea. "Om tahu kenapa Wailea tidak bertindak apa-apa? Karen
Helix tersungkur lemas tak berdaya, matanya tak sanggup menahan air mata. Tersadar jika ternyata perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Betapa hancurnya dia, menyaksikan orang yang mencintainya harus mengorbankan kehidupannya demi orang lain. Cinta memang tidak harus memiliki, tetapi cinta yang mereka alami adalah sesuatu yang sangat rumit dan pelik. Helix mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Wailea. Namun sayang, ponsel Wailea dalam keadaan kehabisan baterai dan mati. Helix terus menatap surat itu diiringi dengan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi. Mencintai orang selama bertahun tahun dan akhirnya bertemu dengan dia tetapi dalam keadaan telah dimiliki orang lain, bukanlah hal terberat bagi Helix. Namun saat mengetahui jika orang yang dia cintai juga mencintainya namun berjuang demi kebahagiaan orang lain membuatnya rapuh dan terasa sangat menyakitkan. Disaat Helix tengah merasakan kepedihannya seorang diri di sudut ruangan, Wailea dan Ruben pun sampai di halam
"Helix, ini hari terakhir Wailea bekerja. Jadi tolong kamu bahas berdua dengannya untuk setiap projek yang masih dalam tahap pengerjaan" kata Robin."Hari teakhir? Maksudnya bagaimana?" tanya Helix terkejut. "Kalian bicara ya, saya tinggal" sahut Robin lalu meninggalkan ruangan mereka."Ada apa Wailea?" tanya Helix panik."Aku akan pindah besok, Hel" jawab Wailea lemas."Kenapa mendadak sekali?" tanya Helix lagi."Memang mendadak, karena ini keputusan Rezo" jawab Wailea. "Kamu bahkan tahu kalau selingkuhan suamimu sedang mengandung, tetapi kamu tetap bertahan?" tanya Helix jengkel. Dia menggaruk kepalanya dengan sangat keras. Perasaan kesal yang tidak mampu ditutupi. -----Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepanjang hari Helix dan Wailea hanya diam dan fokus akan pekerjaan. Komunikasi mereka pun dilakukan melalui chat. Keheningan dan kebekuan yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara mereka.Hingga tiba saatnya jam pulang kerja, He