Pada lukisan pertama, terlihat seorang pria sedang berjalan kaki sambil memegang secarik kertas dengan tulisan berwarna hitam. Jauh diujung jalan ada terlihat bulan dan matahari, bagian kiri adalah siang dan kanan malam. Makna yang ditulis oleh sang pelukis adalah, pria tersebut telah melakukan perjalanan yang cukup panjang tanpa arah tujuan. Melewati siang dan malam. Mencatat setiap tempat dan wilayah, hanya untuk mendapatkan satu hal yang ia cari.
Wailea kini berjalan kearah lukisan yang kedua. Lukisan tersebut memperlihatkan seorang pria muda sedang memetik sebuah bunga mawar berwana merah ditangan kanannya dan sebuah patahan hati di tangan kirinya. Wajah pria itu sedang merintih kesakitan akibat duri mawar yang tertancap di kulitnya. Makna dari lukisan ini adalah disaat pria muda itu menemukan bunga mawar yang ia cari selama ini, ia pun harus terluka akibat duri pada mawar tersebut. Inilah yang membuat hatinya patah dan hancur. Wailea menghayati makna dari lukisan ini da
Helix dan Wailea terpaksa menghentikan percakapan mereka yang begitu serius karena banyaknya orang yang mulai mendekati mereka dan bertanya pertanyaan yang hampir sama. “Apakah Rose di dalam lukisan adalah wanita disamping anda pak?” tanya salah seorang dari kerumunan itu. Ada juga yang bertanya “Kalian sungguh serasi, apakah kalian sepasang kekasih?” Wajah Wailea memerah saat mendengar pertanyaan yang sungguh diluar bayangannya. Namun, Helix malah terlihat cukup tenang menghadapi setiap pertanyaan dari para tamu. Wailea gugup, ia takut kalau Helix akan menjawab sesuatu yang berakibat fatal nantinya. “Wanita di dalam lukisan itu memang Rose yang ada di samping saya. Dia bukanlah kekasih saya, melainkan rekan kerja” kata Helix sambil tersenyum menatap Wailea. Wailea pun tersenyum walau masih terasa sangat gugup. Kira-kira satu jam lebih telah berlalu. Helix dan Wailea pun meninggalkan galeri dan memasuki mobil. Saat mereka sudah memasang sabuk pengaman, Wailea
“Bahkan orang lain lebih perduli, daripada suamiku sendiri” kata Wailea membalas sindiran Rezo. Rezo bangkit berdiri dan berjalan mendekati Wailea. “Setelah kamu tahu tentang aku dan Ketty, kapan kamu akan menceraikanku?” tanya Rezo masih dengan tatapannya yang menyeramkan. “Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu!” jawab Wailea tegas. Mereka pun berdebat cukup hebat. Rezo mengingatkan Wailea mengapa ia menikahinya. Semua semata-mata agar ia tetap bisa mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Wailea pun tidak mau kalah, ia menyalahkan Rezo dalam keadaan ini karena tidak pernah memberitahunya jika kekasih yang Rezo miliki adalah Ketty, adik tirinya sendiri. Mungkin jika saat itu Wailea tahu, ia akan dengan tegas menolak perjodohan itu. Namun, akibat Ruben yang terlanjur sudah tidak suka terhadap Ketty, membuat Rezo tak memiliki keberanian mengungkapkan kebenarannya. “Aku mohon, Lea. Apa kamu tega, bayi di dalam perut Ketty lahir ta
Setelah hubungan terlarangnya diketahui oleh Weni, Faldy pun memutuskan untuk meninggalkan Weni dan Wailea. Ia lebih memilih untuk tinggal bersama Papinka. Akibat sikap buruk Papinka ini, membuat ayahnya mengalami serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia. Tetapi bukannya menyesal, Papinka malah senang karena mendapatkan hak waris seutuhnya atas segala sesuatu yang ayahnya miliki. Faldy dan Papinka pun hidup bersama dengan dipenuhi harta kekayanan yang melimpah. Baru kira-kira dua minggu bersama, Faldy melihat ada yang aneh pada Papinka. Ia pun bertanya pada Papinka mengapa perutnya membuncit. Papinka pun tidak bisa mengelak lagi. Ia mengakui jika dirinya sedang mengandung anak dari mantan kekasihnya. Faldy terkejut dan menjadi marah, ia merasa ditipu oleh Papinka. Faldy pun meminta agar Papinka meminta pertanggung jawaban dari mantan kekasihnya itu. Tetapi Papinka tidak mau, dia menjelaskan pada Faldy jika dialah yang mengakhiri hubungannya dengan Fero. Walaupun ia tahu
Akhirnya Faldy pun keluar dari rumah dan mencoba bertahan hidup dengan berbagai cara. Tidak lama setelah itu, Papinka kembali ke Jakarta. Ia menemui Faldy dan mengajaknya untuk tinggal di luar negeri. Seolah mereka sengaja, Ketty pun dilupakan. Tanpa mengajak atau sekedar menanyakan kabar sang anak, mereka pergi tanpa beban. Beberapa tahun kemudian, barulah terdengar oleh Weni kabar jika Faldy dan Papinka ternyata telah kembali hidup bersama. Weni seolah mendapat puluhan sayatan pada hatinya. Kekecewaan ini semakin besar dan berkembang biak. Bukan karena masih berharap dengan mantan suami, tetapi bagaimana bisa malah Weni yang harus repot mengurus anak dari selingkuhan mantan suaminya itu. Saat itu Ketty baru saja kelulusan SMA. Karena malu mendengar kenyataan jika orang tuanya telah bersama kembali dan melupakannya, Ketty pun memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Selama ia bersekolah, Ketty sering berpacaran dengan pria yang cukup kaya. Ini menjadikan kesempatannya untu
“Temani papa makan malam ya, Lea?” pinta Ruben. Wailea tersenyum tanda setuju akan ajakkan ayah mertuanya itu. Keakraban mereka selayaknya ayah dan anak kandung. Mendengar suara sang ayah, Rezo pun berjalan keluar dari kamar dan menghampiri Ruben dan Wailea. Ruben baru tahu jika anaknya itu berada di rumah, karena yang Ruben tahu kalau Rezo sedang keluar kota menemui Weni sang ibu mertua. Mereka pun berangkat menuju restoran langganan dengan mengendarai mobil masing-masing. Wailea bersama Rezo dan Ruben mengendarai mobil seorang diri. Di sepanjang perjalanan, Rezo masih saja bungkam. Ia belum memberikan keputusan apakah dia bersedia memberikan kesempatan itu pada Wailea atau tidak. Kira-kira waktu menunjukkan pukul enam sore. Langit cerah mentari digantikan warna langit senja yang begitu cantik. Mereka pun tiba di restoran setelah melewati kemacetan yang cukup menyebalkan. Tanpa basa-basi, mereka langsung memesan makanan kesukaan masing-masing. Tidak terlupak
Helix menunjukkan rekaman ponselnya yang berisi semua ucapan Rezo tadi. Ini membuat Rezo semakin kebingungan, pikirannya mendadak buntu dan jadi salah tingkah. “Mau lo apa?” tanya Rezo panik. “Sebenarnya banyak yang pengen gua tanya sama lo. Tapi yang paling buat gua penasaran itu satu. Apa kurangnya Wailea, sampai lo tega buat pernikahan palsu seperti ini ?” “Dia tidak memiliki kekurangan, disini memang gua yang salah, harus melibatkan dia yang sama sekali tidak bersalah. Tapi gua tidak punya pilihan lain” kata Rezo membela diri. “Kalau gua jadi lo, banyak hal yang akan gua lakukan asalkan tidak menjadikan orang lain korban” tegas Helix. “Gua lakukan semua ini demi kebahagiaan bokap” sambung Rezo. “Iya, kebahagiaan bokap dan kebahagiaan lo sendiri. Tanpa lo sadari, lo sudah meniadakan kebahagiaan orang lain” nada bicara Helix mulai meninggi. “Dari dulu sampai sekarang gua hanya cinta satu wanita, yaitu Ketty!” seru Rezo.
Saat itu, Helix merasa ada yang aneh dari hubungan Rezo dan Wailea. Seperti bukan layaknya suami istri yang saling mencintai dan penuh rasa kecemburuan. Dia berfikir jika memang ada pasangan yang saling percaya dan tidak cemburuan, tetapi ini sungguh berbeda. Bahkan disepanjang acara, tidak ada tindakan romantis yang dilakukan Rezo dan Wailea. Walaupun hanya sekedar mengusap rambut ataupun memberikan segelas minuman, tidak dari Wailea maupun Rezo. Mereka menikmati sepanjang acara dengan kesibukkan masing-masing. Bukan hanya itu saja, dengan sangat jelas di depan mata Rezo, Helix dan Wailea bergurau hingga tertawa terbahak-bahak dan saling menepuk pundak satu sama lain. Tetapi tak ada reaksi dari Rezo padahal dia terlihat sadar dan tidak dalam pengaruh alkohol. Tidak ada lirikan mata yang mengisyaratkan kekesalan ataupun perasaan cemburu. Seolah itu adalah hal yang biasa saja. Ini membuat Helix semakin yakin jika ada yang salah dalam hubungan mereka. Itu juga sebabnya
“Lalu mengapa kamu memakai masker?” tanya Ruben ingin tahu. Wailea hanya menatap Rezo tanpa kata. “Sepertinya aku kurang enak badan. Mungkin terlalu lelah” jawab Rezo sambil melirik Wailea. “Kita ke dokter ya, Zo?” ajak Wailea. “Tidak perlu khawatir, aku hanya perlu istirahat saja nanti sampai di rumah” jawab Rezo dengan tatapan yang masih terasa sinis pada Wailea. “Oke, sebelum kita pulang papa ada pertanyaan untuk kalian berdua. Kapan papa diberikan cucu?” tanya Ruben dengan wajah berharap. Wailea terpaku, Rezo hanya menghela nafas. Mereka tidak pernah terfikirkan jika Ruben akan menanyakan hal ini pada. Wailea lalu menjawab pertanyaan Ruben dengan tenang. Dia "Sabar ya, pa. Mungkin belum saatnya. Masih disuruh berduaan dulu saja dengan Rezo. kata Wailea sambil tersenyum berat. Respon yang diberikan Wailea berbanding terbalik dengan respon yang Rezo berikan. Rezo menyela pembicaraan Wailea. “Wailea tidak bisa hamil!” seru Rez
"Saya rasa istri bapak takut saat mendengar suara anda, makanya dia pergi dari sini tanpa membawa barang" ujar Luna saat Helix hendak menduduki kursi plastik merah di teras rumah Luna. Helix terheran, mengapa bisa wanita di hadapannya itu berfikir jika dia adalah suami dari Wailea. Helix pun bertanya-tanya siapakah wanita ini, karena baru pertama kalinya dia melihat Luna. "Saya ini resepsionis hotel di Bali yang berhasil anda buat kehilangan pekerjaan. Pantas saja anda tega kepada orang lain, kepada istri anda sendiri saja anda teganya bukan main" sahut Luna kesal. Helix semakin bingung dibuatnya. "Dari tadi saya perhatikan ucapan anda melantur tidak ada arahnya. Kenapa anda pikir saya ini suami Wailea?" tanya Helix penasaran. "Kalau anda bukan suaminya, lalu kenapa foto anda ada di dompetnya?" tegas Luna. Helix terdiam dan berfikir. "Saya tidak sengaja melihat foto anda di dompet mbak Wailea. Foto 3x4 sih, tapi sangat jelas kalau itu foto anda" lanjut Luna. Ingin rasanya Helix
Setelah selesai diobati, Wailea berjalan menuju toko disebelah klinik. Dia membeli sebuah topi dan masker. Tujuannya agar perban dikepala tidak terlihat dan wajahnya pun tidak terlihat karena ditutupi masker. Setelah itu kembali Wailea mencari taksi dan melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Seolah sudah di lancarkan jalannya, disaat Wailea sampai dia pun langsung mendapatkan penerbangan tepat pada waktunya. Dia segera mengurus tiket dan lain sebagainya. Beberapa jam kemudian Wailea telah tiba di Sumatra. Tak sabar rasa hati ingin bertemu sang ibu dan memeluknya erat. Dia sudah membayangkan untuk menceritakan semua yang telah dialaminya selama ini. Setelah menggunakan kendaraan umum, Wailea pun sampai di halaman rumah sang ibu. Tangisan tak mampu lagi ditahan olehnya, dia segera berlari menuju pintu utama. Tooookkk... Tokk... Tokkk.. Suara ketukan pintu yang sangat lembut. Seseorang dari dalam rumah membukakan pintu. Wailea terkejut saat melihat seseorang yang tidak dia kenal be
Cuaca pagi yang mulai terasa hangat oleh mentari. Wailea terbangun dan tersadar jika dirinya tidak di rumah itu lagi. Wailea mengambil ponselnya dan kemudian menyambungkan pada kabel pengisian daya. Pasti sudah banyak pesan dari orang-orang yang mencariku, katanya dalam hati. "Selamat pagi mbak. Ayo sarapan dulu" ajak Luna. Luna kembali dikejutkan dengan darah yang mulai memenuhi perban dan juga bahkan meninggalkan noda pada sarung bantalnya. "Maaf Luna, saya jadi mengotori barang kamu" kata Wailea sungkan. "Itu bukan masalah mbak, bisa dicuci dan kembali bersih. Yang jadi masalah sekarang adalah, perban dan obat saya kebetulan habis. Jadi saya harus beli dulu ke apotek" kata Luna. Wailea mengambil dompetnya dan memberikan sejumlah uang. "Terima uang ini ya. Kamu sudah memberiku tempat dan makanan bahkan obat. Aku tidak tenang jika kamu tidak menerimanya". "Mbak Wailea sama sekali tidak merepotkan saya. Saya malah senang bisa membantu. Tapi apa tidak lebih baik mbak Lea ke ruma
Wailea terus mengendarai motornya ke arah yang dia sendiri pun tak tahu. Untuk sementara darahnya sudah terhenti karena perban dan obat yang dia pakai sebelum pergi. Mengapa Wailea memilih pergi? Mengapa dia tidak tetap tinggal disana dan meminta pertolongan? Karena merasa Ruben sangat marah padanya dan juga Rezo, dia pun memilih untuk bertahan sendiri. Dia juga tahu jika Helix masih dalam keadaan kesal padanya, jadi lebih baik dia tidak menghubungi siapapun. Dengan sebuah ransel kecil, Wailea membawa sedikit pakaiannya. Dia yakin untuk kembali ke rumah Weni. Hatinya kini terasa sangat lelah dengan semuanya. Karena kepalanya yang terasa masih sangat berat, Wailea pun tak imbang kemudian hampir menabrak seorang wanita. Dia membanting stang motornya dan kemudian terjatuh. "Mbak baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang terlihat panik. "Maafkan saya, saya tidak hati-hati" kata Wailea sembari melepaskan helm di kepalanya. "Mbak Wailea" kata wanita itu. Wailea mencoba mengingat siapa
Ttookkk... Tookkk... Ttoookkkk. Suara ketukan itu terdengar sangat kasar. Helix segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama dan membukakan pintu. Bbbuuukkkkk... Sebulan pukulan yang sangat kuat mendarat di pelipis Helix. "Apa-apaan ini?" tanya Helix sembari menyentuh pelipisnya yang langsung membiru dan bengkak. "Apa anda puas sekarang menghancurkan rumah tangga anak dan juga menantu saya?" tanya Ruben dengan sangat geram. "Maksud bapak apa?" tanya Helix kebingungan. "Saya tahu jika anda memiliki hubungan dengan menantu saya" jawab Ruben dengan penuh emosi. "Saya memang punya hubungan dengan menantu anda, tetapi hanya sebatas hubungan rekan kerja dan juga teman dekat. Apanya yang salah?" tanya Helix lagi. "Terlalu banyak kebohongan yang kalian semua ciptakan" ujar Ruben. "Saya memang punya perasaan dengan Wailea, tetapi dia tidak pernah menyambut perasaan saya ini sekalipun. Mungkin saya akan sangat bahagia jika anda memukul saya karena tuduhan anda benar. Asal anda tahu,
Wailea terdiam membeku, air matanya yang sedari tadi menetes kini berhenti seketika. Keadaan hatinya sangat buruk dan sama sekali tidak beraturan. Kini matanya tertuju kepada secarik kertas bermaterai di atas meja. Bercerai? Apakah ini ujung dari perjuanganku selama ini? Wailea berjalan mendekati meja dan mulai meraih dokumen tersebut. Dipandangilah isi surat itu dari atas hingga bawah. Ini kali pertama di dalam hidupnya merasakan begitu berat ketika memegang secarik kertas. Bayang-bayang yang menakutkan kini meliputi pikirannya. Bagaimana dengan mama? Bagaimana dengan papa Ruben? Bagaimana nasibku nanti? Apa pandangan orang-orang terhadapku yang menjadi janda hanya dalam waktu sekejap mata? Aku harus bagaimana? Terlalu banyak suara yang kini bersarang di kepalanya. "Boleh aku bertanya? Jika kalian menjawabnya dengan jujur, maka aku akan segera menandatangani surat ini dan pergi" tantang Wailea. Ketty dan Rezo saling pandang dan kemudian mempersilahkan Wailea untuk mengajukan perta
Hati Papinka terasa membara mendengar sindiran Ruben yang begitu menyakitkan namun benar adanya. Wajah Papinka dan Ketty memerah karena menahan malu dan emosi. Seolah mereka terkena telak dari Ruben, Ketty pun memutar otak agar bagaimana caranya mereka bisa kembali berada di posisi yang aman. "Asal om tahu, kami tidak pernah menyembunyikan hubungan kami ini di depan Wailea. Bahkan dia tahu jika saya dan Rezo berlibur di Bali" kata Ketty membuat suasana semakin kacau. Ruben tercengang dan seketika itu juga menatap Wailea. "Apa benar yang dia katakan?" tanya Ruben. Bibir Wailea terasa berat hendak menjawab pertanyaan itu. Entah dia harus bagaimana sekarang menghadapi situasi yang mulai menyudutkannya itu. "Maafkan Lea, pa" sahut Wailea tanpa pembelaan apapun. Jantung Ruben kini terasa nyeri dan sakit. Dia pun memegang dadanya dan mencoba untuk tetap bertahan. Sungguh sulit dipercaya namun pernyataan itu tak dibantah oleh Wailea. "Om tahu kenapa Wailea tidak bertindak apa-apa? Karen
Helix tersungkur lemas tak berdaya, matanya tak sanggup menahan air mata. Tersadar jika ternyata perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Betapa hancurnya dia, menyaksikan orang yang mencintainya harus mengorbankan kehidupannya demi orang lain. Cinta memang tidak harus memiliki, tetapi cinta yang mereka alami adalah sesuatu yang sangat rumit dan pelik. Helix mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Wailea. Namun sayang, ponsel Wailea dalam keadaan kehabisan baterai dan mati. Helix terus menatap surat itu diiringi dengan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi. Mencintai orang selama bertahun tahun dan akhirnya bertemu dengan dia tetapi dalam keadaan telah dimiliki orang lain, bukanlah hal terberat bagi Helix. Namun saat mengetahui jika orang yang dia cintai juga mencintainya namun berjuang demi kebahagiaan orang lain membuatnya rapuh dan terasa sangat menyakitkan. Disaat Helix tengah merasakan kepedihannya seorang diri di sudut ruangan, Wailea dan Ruben pun sampai di halam
"Helix, ini hari terakhir Wailea bekerja. Jadi tolong kamu bahas berdua dengannya untuk setiap projek yang masih dalam tahap pengerjaan" kata Robin."Hari teakhir? Maksudnya bagaimana?" tanya Helix terkejut. "Kalian bicara ya, saya tinggal" sahut Robin lalu meninggalkan ruangan mereka."Ada apa Wailea?" tanya Helix panik."Aku akan pindah besok, Hel" jawab Wailea lemas."Kenapa mendadak sekali?" tanya Helix lagi."Memang mendadak, karena ini keputusan Rezo" jawab Wailea. "Kamu bahkan tahu kalau selingkuhan suamimu sedang mengandung, tetapi kamu tetap bertahan?" tanya Helix jengkel. Dia menggaruk kepalanya dengan sangat keras. Perasaan kesal yang tidak mampu ditutupi. -----Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepanjang hari Helix dan Wailea hanya diam dan fokus akan pekerjaan. Komunikasi mereka pun dilakukan melalui chat. Keheningan dan kebekuan yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara mereka.Hingga tiba saatnya jam pulang kerja, He