Helix dan Wailea terpaksa menghentikan percakapan mereka yang begitu serius karena banyaknya orang yang mulai mendekati mereka dan bertanya pertanyaan yang hampir sama. “Apakah Rose di dalam lukisan adalah wanita disamping anda pak?” tanya salah seorang dari kerumunan itu. Ada juga yang bertanya “Kalian sungguh serasi, apakah kalian sepasang kekasih?”
Wajah Wailea memerah saat mendengar pertanyaan yang sungguh diluar bayangannya. Namun, Helix malah terlihat cukup tenang menghadapi setiap pertanyaan dari para tamu. Wailea gugup, ia takut kalau Helix akan menjawab sesuatu yang berakibat fatal nantinya.
“Wanita di dalam lukisan itu memang Rose yang ada di samping saya. Dia bukanlah kekasih saya, melainkan rekan kerja” kata Helix sambil tersenyum menatap Wailea. Wailea pun tersenyum walau masih terasa sangat gugup.
Kira-kira satu jam lebih telah berlalu. Helix dan Wailea pun meninggalkan galeri dan memasuki mobil. Saat mereka sudah memasang sabuk pengaman, Wailea
“Bahkan orang lain lebih perduli, daripada suamiku sendiri” kata Wailea membalas sindiran Rezo. Rezo bangkit berdiri dan berjalan mendekati Wailea. “Setelah kamu tahu tentang aku dan Ketty, kapan kamu akan menceraikanku?” tanya Rezo masih dengan tatapannya yang menyeramkan. “Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikanmu!” jawab Wailea tegas. Mereka pun berdebat cukup hebat. Rezo mengingatkan Wailea mengapa ia menikahinya. Semua semata-mata agar ia tetap bisa mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Wailea pun tidak mau kalah, ia menyalahkan Rezo dalam keadaan ini karena tidak pernah memberitahunya jika kekasih yang Rezo miliki adalah Ketty, adik tirinya sendiri. Mungkin jika saat itu Wailea tahu, ia akan dengan tegas menolak perjodohan itu. Namun, akibat Ruben yang terlanjur sudah tidak suka terhadap Ketty, membuat Rezo tak memiliki keberanian mengungkapkan kebenarannya. “Aku mohon, Lea. Apa kamu tega, bayi di dalam perut Ketty lahir ta
Setelah hubungan terlarangnya diketahui oleh Weni, Faldy pun memutuskan untuk meninggalkan Weni dan Wailea. Ia lebih memilih untuk tinggal bersama Papinka. Akibat sikap buruk Papinka ini, membuat ayahnya mengalami serangan jantung dan akhirnya meninggal dunia. Tetapi bukannya menyesal, Papinka malah senang karena mendapatkan hak waris seutuhnya atas segala sesuatu yang ayahnya miliki. Faldy dan Papinka pun hidup bersama dengan dipenuhi harta kekayanan yang melimpah. Baru kira-kira dua minggu bersama, Faldy melihat ada yang aneh pada Papinka. Ia pun bertanya pada Papinka mengapa perutnya membuncit. Papinka pun tidak bisa mengelak lagi. Ia mengakui jika dirinya sedang mengandung anak dari mantan kekasihnya. Faldy terkejut dan menjadi marah, ia merasa ditipu oleh Papinka. Faldy pun meminta agar Papinka meminta pertanggung jawaban dari mantan kekasihnya itu. Tetapi Papinka tidak mau, dia menjelaskan pada Faldy jika dialah yang mengakhiri hubungannya dengan Fero. Walaupun ia tahu
Akhirnya Faldy pun keluar dari rumah dan mencoba bertahan hidup dengan berbagai cara. Tidak lama setelah itu, Papinka kembali ke Jakarta. Ia menemui Faldy dan mengajaknya untuk tinggal di luar negeri. Seolah mereka sengaja, Ketty pun dilupakan. Tanpa mengajak atau sekedar menanyakan kabar sang anak, mereka pergi tanpa beban. Beberapa tahun kemudian, barulah terdengar oleh Weni kabar jika Faldy dan Papinka ternyata telah kembali hidup bersama. Weni seolah mendapat puluhan sayatan pada hatinya. Kekecewaan ini semakin besar dan berkembang biak. Bukan karena masih berharap dengan mantan suami, tetapi bagaimana bisa malah Weni yang harus repot mengurus anak dari selingkuhan mantan suaminya itu. Saat itu Ketty baru saja kelulusan SMA. Karena malu mendengar kenyataan jika orang tuanya telah bersama kembali dan melupakannya, Ketty pun memutuskan untuk pindah ke Tokyo. Selama ia bersekolah, Ketty sering berpacaran dengan pria yang cukup kaya. Ini menjadikan kesempatannya untu
“Temani papa makan malam ya, Lea?” pinta Ruben. Wailea tersenyum tanda setuju akan ajakkan ayah mertuanya itu. Keakraban mereka selayaknya ayah dan anak kandung. Mendengar suara sang ayah, Rezo pun berjalan keluar dari kamar dan menghampiri Ruben dan Wailea. Ruben baru tahu jika anaknya itu berada di rumah, karena yang Ruben tahu kalau Rezo sedang keluar kota menemui Weni sang ibu mertua. Mereka pun berangkat menuju restoran langganan dengan mengendarai mobil masing-masing. Wailea bersama Rezo dan Ruben mengendarai mobil seorang diri. Di sepanjang perjalanan, Rezo masih saja bungkam. Ia belum memberikan keputusan apakah dia bersedia memberikan kesempatan itu pada Wailea atau tidak. Kira-kira waktu menunjukkan pukul enam sore. Langit cerah mentari digantikan warna langit senja yang begitu cantik. Mereka pun tiba di restoran setelah melewati kemacetan yang cukup menyebalkan. Tanpa basa-basi, mereka langsung memesan makanan kesukaan masing-masing. Tidak terlupak
Helix menunjukkan rekaman ponselnya yang berisi semua ucapan Rezo tadi. Ini membuat Rezo semakin kebingungan, pikirannya mendadak buntu dan jadi salah tingkah. “Mau lo apa?” tanya Rezo panik. “Sebenarnya banyak yang pengen gua tanya sama lo. Tapi yang paling buat gua penasaran itu satu. Apa kurangnya Wailea, sampai lo tega buat pernikahan palsu seperti ini ?” “Dia tidak memiliki kekurangan, disini memang gua yang salah, harus melibatkan dia yang sama sekali tidak bersalah. Tapi gua tidak punya pilihan lain” kata Rezo membela diri. “Kalau gua jadi lo, banyak hal yang akan gua lakukan asalkan tidak menjadikan orang lain korban” tegas Helix. “Gua lakukan semua ini demi kebahagiaan bokap” sambung Rezo. “Iya, kebahagiaan bokap dan kebahagiaan lo sendiri. Tanpa lo sadari, lo sudah meniadakan kebahagiaan orang lain” nada bicara Helix mulai meninggi. “Dari dulu sampai sekarang gua hanya cinta satu wanita, yaitu Ketty!” seru Rezo.
Saat itu, Helix merasa ada yang aneh dari hubungan Rezo dan Wailea. Seperti bukan layaknya suami istri yang saling mencintai dan penuh rasa kecemburuan. Dia berfikir jika memang ada pasangan yang saling percaya dan tidak cemburuan, tetapi ini sungguh berbeda. Bahkan disepanjang acara, tidak ada tindakan romantis yang dilakukan Rezo dan Wailea. Walaupun hanya sekedar mengusap rambut ataupun memberikan segelas minuman, tidak dari Wailea maupun Rezo. Mereka menikmati sepanjang acara dengan kesibukkan masing-masing. Bukan hanya itu saja, dengan sangat jelas di depan mata Rezo, Helix dan Wailea bergurau hingga tertawa terbahak-bahak dan saling menepuk pundak satu sama lain. Tetapi tak ada reaksi dari Rezo padahal dia terlihat sadar dan tidak dalam pengaruh alkohol. Tidak ada lirikan mata yang mengisyaratkan kekesalan ataupun perasaan cemburu. Seolah itu adalah hal yang biasa saja. Ini membuat Helix semakin yakin jika ada yang salah dalam hubungan mereka. Itu juga sebabnya
“Lalu mengapa kamu memakai masker?” tanya Ruben ingin tahu. Wailea hanya menatap Rezo tanpa kata. “Sepertinya aku kurang enak badan. Mungkin terlalu lelah” jawab Rezo sambil melirik Wailea. “Kita ke dokter ya, Zo?” ajak Wailea. “Tidak perlu khawatir, aku hanya perlu istirahat saja nanti sampai di rumah” jawab Rezo dengan tatapan yang masih terasa sinis pada Wailea. “Oke, sebelum kita pulang papa ada pertanyaan untuk kalian berdua. Kapan papa diberikan cucu?” tanya Ruben dengan wajah berharap. Wailea terpaku, Rezo hanya menghela nafas. Mereka tidak pernah terfikirkan jika Ruben akan menanyakan hal ini pada. Wailea lalu menjawab pertanyaan Ruben dengan tenang. Dia "Sabar ya, pa. Mungkin belum saatnya. Masih disuruh berduaan dulu saja dengan Rezo. kata Wailea sambil tersenyum berat. Respon yang diberikan Wailea berbanding terbalik dengan respon yang Rezo berikan. Rezo menyela pembicaraan Wailea. “Wailea tidak bisa hamil!” seru Rez
Rezo berjalan menuju ruang makan dengan langkah kaki yang terlihat berat. Ini adalah rutinitas paginya, bangun dan pergi ke ruang makan untuk sarapan. Namun pagi ini cukup berbeda, biasanya dia beranjak meninggalkan kamar menuju ruang makan dengan keadaan sudah rapi tetapi kali ini dia masih menggunakan baju tidur dan dengan wajah yang belum di bersihkan. Tidak seperti biasanya, jam setengah delapan dia sudah rapi dengan jas dan dasi. Wailea sedikit merasa aneh melihat Rezo bersikap seperti ini. Karena memang ini adalah pemandangan baru bagi Wailea dari beberapa bulan menjadi istri Rezo. Hatinya bertanya, sebenarnya dia kenapa? Kemarin wajahnya tiba-tiba memar lalu hari ini dia bangun kesiangan, entah itu disengaja atau tidak. Tetapi ekspresi wajahnya datar, seolah tidak ada masalah sama sekali dengan bangun siangnya. “Banyak sekali menu sarapan pagi ini, ada apa?” tanya Rezo dengan suara yang masih terdengar berat. Wailea yang masih terlihat sibuk membersihk