Share

Bab 198

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-10 12:00:03

Setelah melakukan ibadah subuh di masjid dekat rumah, bersama dengan suaminya, Laras langsung pulang ke rumah dan masuk ke dalam kamarnya. Setelah menyimpan perlengkapan ibadahnya, wanita itu naik ke atas tempat tidur dan membuka ponselnya, untuk melihat pesan WhatsApp yang masuk.

"Mama, papa mau lari pagi, apa Mama mau ikut?" tanya Herman.

"Lagi malas pa," jawab Laras dengan tersenyum.

"Apa benar Fatan pulang, soalnya si bibi bilang semalam Fatan datang dengan membawa tas?" Herman memandang Laras.

"Mama nggak tahu, Mama nggak ada dengar si bibi cerita." Tidak biasanya, Fatan pulang ke rumah dengan membawa tas. Di rumah ini, pakaian putra bungsunya juga ada.

'Ya udah kalau gitu, papa mau cek dulu." Herman ingin memastikan, bahwa informasi itu benar.

"Iya pa," jawab Laras.

Laras melihat grup ibu-ibu sosialita yang merupakan teman-teman arisannya. Sudah banyak chat masuk yang tidak diketahuinya, karena chat itu masuk, ketika ia sudah tertidur. Awalnya Laras tidak berniat untuk mengeta
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 199

    "Aku belum memberikan uang, kepadanya," ungkap Fatan.Wajah Laras yang tadi tegang kini tampak lega setelah mendengar jawaban dari putranya. "Ada apa ini? "Herman memandang istrinya dan kemudian memandang putra bungsunya.Laras diam saat mendengar pertanyaan dari suaminya. Apa yang dilakukan Rina beserta Marno, sungguh sangat mencoreng nama baik keluarganya. Mengingat mereka sudah akan menjadi keluarga. Fatan hanya diam dan menunggu mamanya menjelaskan. Ia juga tidak tahu, apa yang sudah di ketahui mamanya. "Mama tidak pernah tahu pa, kalau ternyata Marno bersama dengan Rina itu penipu. Bisnis yang mereka jalankan beserta perusahaan tanam saham milik Marno, ternyata penipuan. Sudah banyak yang menjadi korban penipuan mereka." Laras berkata dengan takut-takut dan nada suara yang rendah. "Mama bagaimana sih, katanya mereka orang hebat, pengusaha sukses." Herman memandang istrinya dengan wajah yang memerah menahan rasa marah.Laras hanya menundukkan kepalanya. Ia tidak sanggup meliha

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-11
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 200

    Melihat rona kebahagiaan yang terpancar di wajah tampan putranya, membuat hati Laras menjadi senang. Tampak jelas di matanya, bawah putra bungsunya sedang jatuh cinta dan bahkan sekarang sedang tersenyum dengan malu-malu."Mengapa tidak mengatakan, bahwa kamu, punya pilihan lain. Jika seandainya kamu memberitahu kami, hal seperti ini tidak terjadi." Pria yang berusia 65 tahun itu, memandang putranya."Aku baru kenal Nara, ketika cari istri pak Daffin pa," ungkap Fatan. Pria berambut putih itu, tersenyum dan kemudian menganggukkan kepala. Walau bagaimanapun, ia bersyukur karena putra bungsunya terlepas dari jeratan Marno dan keluarganya. Herman tahu, bahwa Fatan, memang tidak pernah dekat dengan gadis manapun. Anaknya jenis pekerja keras dan sibuk bekerja, selain itu juga, tidak pandai mendekati para gadis. Hal ini yang membuat Fatan sulit mendapatkan calon istri. "Apa kamu yakin akan diterima oleh keluarga cewek itu? siapa namanya?" tanya Herman."Namanya Nara, pa. Insyaallah diteri

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 201

    Senyum di bibirnya hilang seketika, saat melihat sosok yang sudah berdiri di depan pintu. Ada rasa kecewa, ketika yang dilihatnya bukanlah orang yang diharapkan. "Kenapa bukan dia yang datang," batin Emilia. Laras dan Herman hanya diam berdiri di depan pintu sambil memandang Emilia. "Om, Tante." Wajah Emilia memuncak ketika memandang wanita yang akan menjadi mertuanya. Melihat cara Laras memandangnya, tampak jelas, bahwa wanita itu, begitu sangat marah. "Mama sudah janji untuk tidak emosi. Ingat tujuan kita datang ke sini." Ia berbisik di telinga Laras, sambil memegang tangan wanita yang sudah mulai keriput tersebut. Herman dengan sengaja mengikuti istrinya untuk bertemu dengan Emilia, ia tidak ingin istrinya meluapkan emosinya.Laras diam saat suaminya mengingatkan."Om, tante." Emilia dengan sangat sopan menyalami tangan pasangan suami istri yang berdiri di depannya. Sampai saat ini, ia masih tidak tahu, alasan pasangan suami-isteri itu datang.Laras memandang Emilia dengan mara

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 202

    "Mama aku akan ke kantor, apa mama jadi menghubungi mamanya, Nara?" Fatan bertanya dengan tersenyum malu."Nggak sabaran sekali sih kamu, nggak sabar pengen nikah ya?" ejek Herman."Walau bagaimanapun, aku ingin menjadi anak yang berbakti untuk papa dan mama. Agar mama dan papa tidak pusing lagi memikirkan nasib aku yang tidak kawin-kawin," jawabnya dengan tertawa."Kemarin aja disuruh nikah banyak gaya. Sok-sok nolak, sekarang minta-minta." Herman tak ada hentinya menggoda putranya yang saat ini sedang jatuh cinta.Laras yang duduk di posisi tengah, hanya bisa tersenyum, memandang ke arah putranya. Fatan hanya tersenyum malu saat mendengar ucapan dari papanya tersebut."Kamu tidak usah pikirkan masalah menghubungi Mama Nara. Ini urusan orang tua, jadi biar mama selaku orang tua yang akan menghubunginya. Mama akan menghubungi abang-abang dulu dan menanyakan, kira-kira kapan kita datang berkunjung ke rumah orang tua Nara. Jadi nanti ketika Mama menghubungi keluarga Nara, Mama sudah b

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 203

    "Ada apa ini, pagi-pagi sudah pada ngerumpi." Bambang memandang istri dan juga putrinya."Ini bukan ngerumpi pa, tapi berita penting." Yanti sedikit tersenyum."Apa itu?" tanya Bambang."Fatan bilang ke Nara, kalau orang tuanya akan menghubungi Mama, untuk membahas masalah Nara dan juga Fatan," jelas Yanti.Bambang diam memandang istrinya. Pria itu kemudian memandang putrinya. Entah mengapa waktu terasa begitu sangat cepat berlalu. Baru kemarin rasanya menyambut kelahiran Nara, namun kini putrinya sudah tumbuh dewasa dan bahkan sudah ada yang ingin datang melamar. Nara tersenyum malu memandang papanya."Apa Nara pacaran sama Fatan?" tanya Bambang. Sering melakukan perjalanan ke luar kota, membuatnya tidak tahu banyak tentang hubungan yang dijalani Nara dan Fatan. Nara menggelengkan kepalanya. "Hanya sekedar dekat pa," jawabnya."Kalau cuman sekedar dekat, kenapa dia sampai ngasih uang sebanyak-banyak itu?" tanya Bambang. "Katanya untuk DP calon istri," kata Nara dengan jujur."Ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 204

    "Hahaha, namanya juga lagi hamil bang, kalau ngerjain sendiri, susah," alasannya.Daffin tersenyum saat mendengar jawaban istrinya tersebut. Dengan sangat sabar, di diusapnya lulur di bagian ketiak. "Untung aja kalian belum lahir nak, andainya kalian sudah lahir, kalian lihat apa yang dilakukan mami, kalian pasti akan menertawakan papi." Daffin berkata sambil membersihkan bagian ketiak dengan menggunakan lulur.Hana tertawa saat mendengar ucapan suaminya tersebut. "Abang sendiri yang bilang, sama istri nggak boleh geli, apa lagi jijik, masa sih cuman lulurin ketiak aja ngomel-ngomel," sindirnya. "Abang geli atau jijik dek. Mana mungkin Abang geli, lihat ketiak bersih dan wangi gini." Pria itu, berbicara dengan sangat hati-hati. Diciumnya, ketiak istrinya yang sudah di lulur, sebagai pembuktian. "Geli bang." Hana tersenyum ketika mendengar jawaban dari suaminya.Setelah selesai melulur ketiak bagian kanan, Daffin berpindah ke ketiak bagian kiri. "Direktur utama, disuruh lulurin keti

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 205

    Nara duduk di samping kursi kemudi. Rasa senang, namun malu, tidak mampu ditutupinya. Fatan tersenyum memandang gadis cantik yang duduk di sampingnya. Tanpa berkata apa-apa, pria itu kemudian menjalankan mobilnya dan keluar dari halaman rumah orang tua Nara. "Fatan tersenyum diambilnya tangan Nara dan kemudian mencium punggung tangan gadis tersebut. "Nara juga," ucapnya dengan tersenyum malu-malu Ada rasa rindu dan juga malu, saat menatap wajah tampan milik Fatan. "Bulan depan kita sudah halal ya dek?" Fatan mengulum senyumnya.Nara memandang Fatan dengan mata yang terbuka lebar. Ia seakan tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. "Maksudnya?""Kita nikah dulu dek, setelah nikah, baru siapin resepsi pernikahan. Jadi nggak usah sekaligus nikah langsung resepsi." Fatan menjelaskan, sesuai dengan rencana yang sudah dipikirkannya semalaman. Ia ingin secepatnya bisa menjadikan Nara, sebagai kekasih halalnya. "Jadi maksudnya, nikah dulu atau kawin dulu." Nara sedikit bercanda, gu

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-15
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 206

    Hana duduk di taman belakang dan menikmati angin segar di sore hari. Tangannya tiada henti, mengusap perut yang besar dan bulat. Rasanya sangat bahagia dan senang, setiap kali merasakan gerak kedua bayinya."Mami senang, lihat kalian sehat seperti ini. Tapi kalau kalian main bola setiap saat, perut mami rasanya ngilu." Hana tersenyum. Dilihatnya tonjolan-tonjolan yang muncul di perutnya, setiap kali kedua bayinya menendang ataupun meninju. "Kalau ada papi, lihat seperti ini, pasti langsung o ditangkap." Hana tersenyum dan kemudian mengusap bagian perut tersebut, hingga tonjolan itu menghilang. "Duh mami lupa, kalau yang satu cewek dan yang satu lagi belum diketahui. Jadi gak mungkin main bola ya." Hana tertawa kecil. Sejak mengetahui kandungannya, ia tidak merasa kesepian lagi, bila tidak ada Daffin ataupun Mama mertuanya, yang menemani seperti ini. Berbicara dengan kedua calon anak-anaknya, sudah membuatnya terhibur."Pasti kalian gelut-gelut ya, main tendang-tendangan," tebaknya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-16

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 264

    Hana hanya diam saat kalung indah itu melingkar di lehernya. "Abang, beneran ini?" Tanyanya yang masih tidak percaya. "Iya sayang, nanti kasih Abang bonus ya." Daffin tersenyum dan mengangkat 3 jarinya.Mata Hana terbuka lebar saat melihat tiga jari suaminya. "Maksudnya 3 ronde?" Wanita cantik itu bertanya dengan wajah serius."Iya dong sayang," jawab Daffin.Hana diam dan menelan air ludahnya. Namun wanita itu tidak mampu untuk menolak, berhubungan apa yang diberikan Daffin tidak sebanding dengan apa yang dia inginkan. "Jangankan 3, 10 aja Hana layani bang," kata Hana dengan candaan.Namun berbeda dengan tanggapan yang diberikan Daffin. Pria itu ternyata mengganggap apa yang dikatakan istrinya serius. "Kalau gitu sampai pagi ya sayang." Dengan sangat genit Daffin mengedipkan matanya.Hana diam dan menelan air ludahnya. Mengapa dia berkata seperti itu sehingga Daffin salah mengartikan. "Emang sanggup?" Dengan bodohnya Hana bertanya dan terkesan menantang sang suami. "Ya jelas sanggu

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 263

    Hana begitu sangat menikmati liburnya di kota Dewata Bali. Sesuai dengan apa yang di katakan Daffin, ini merupakan perjalanan bulan madu pertama mereka setelah menikah. Ia memiliki waktu berdua dengan sang suami. Sedangkan kedua anaknya diasuh nenek, kakek dan baby sitter nya. Mama mertuanya benar-benar memberikannya waktu untuk berbulan madu. Hana tersenyum malu-malu ketika melihat Daffin menatapnya. "Kalau ada si kembar pasti lebih asik," ucapnya untuk menghilangkan rasa canggung. Meskipun sekarang mereka sudah memiliki dua bayi kembar, namun tetap saja Hana merasa canggung jika Daffin menatapnya tanpa berkedip."I love you," jawab Daffin dengan menyelisikan jari telunjuk dan jempolnya.Hana tertawa ketika melihat tingkah suaminya. "Lain yang dibilangin lain yang dijawab," ucapnya yang tersenyum malu."Emangnya tadi bilangin apa?" tanya Daffin yang mengulum senyumnya."Andaikan ada si kembar disini, pasti asik." Hana kembali mengulang ucapannya."Mana boleh si kembar datang kesini.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 262

    Udara yang tadi terasa dingin kini sudah berangsur menghangat dan matahari sudah mulai mengeluarkan panas paginya yang menyehatkan.Hana masih sangat nyaman dengan duduk di tepi pantai bersama bersama dengan Daffin. Dengan sangat manja menyandarkan kepalanya di bahu sang suami."Sayang, Abang mau ke kamar, ambil si kembar. Kalau nunggu bangun, takutnya nanti terlalu siang dan keburu panas." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya."He... He.... Tahu aja kalau Hana lagi malas berdiri," ucapnya dengan tersenyum. Sejak tadi ia begitu malas untuk beranjak dari duduknya. Duduk di tepi pantai, melihat air omba yang saling berkejaran, membuat hatinya tenang. Dalam waktu sebentar saja permasalahan yang selama ini menghimpit dadanya berangsur-angsur terlupakan."Mami si kembar malasnya level tinggi." Daffin tersenyum dan beranjak dari duduknya. Panas pagi seperti ini sangat dibutuhkan oleh kedua anaknya, karena itu mereka sudah berniat untuk menjemur si kembar setiap pagi, selama berad

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 261

    Udara pagi terasa sangat segar ketika masuk ke lubang hidung dan mengisi paru-parunya. Hana berulang kali menarik napas yang panjang dan menghembuskan secara berlahan-lahan. Pagi ini dia menikmati segarnya udara pagi di tepi pantai. Matahari yang mulai terbit, menambah indahnya suasana pagi ini.Daffin menggenggam tangan istrinya. Pria berwajah tampan itu tersenyum ketika melihat rona bahagia yang terpancar di wajah ibu dua anak tersebut. "Nanti kalau si kembar sudah bangun pasti dia senang ya lihat pantai." Hana tersenyum. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kiandra dan juga Keyzia saat melihat keindahan pantai seperti sekarang. "Pasti minta masuk ke dalam air." Daffin tertawa. Baru saja membayangkan saja sudah membuat ia gemas sendiri. Si kembar sudah sangat pintar bermain. Apalagi jika diajak bermain air. Biasanya bayi kembar itu tidak akan mau keluar dari dalam air dan mami mereka akan kesulitan ketika membujuk kedua bayi kembarnya agar mau berhenti berendam. Daffin bis

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 260

    Berliana mendongakkan kepalanya ke atas dan memandang langit yang sudah semakin gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan kembali turun. Angin yang berhembus kencang, membuatnya sedikit takut. "Mama, tenanglah di sini. Mau seperti apapun mama, aku akan tetap selalu menyayangi mama. Mama, aku pamit pulang, Aku juga akan pergi meninggalkan Indonesia, dalam waktu 3 bulan ini. Jadi mungkin aku tidak datang ke sini untuk melihat mama. Tapi aku janji, aku akan langsung ke sini, setelah aku kembali dari Korea. Aku akan menuruti semua yang mama katakan. Aku juga sudah mendapatkan identitas baru. Aku sudah tidak menjadi Berliana lagi." Diusapnya air mata yang mengalir deras. Semua kisah hidupnya, semua cerita indah tentang kebersamaannya dengan sang mama, akan disimpan di dalam memori ingatannya. Berliana sudah mendapatkan kabar dari pria yang membantunya membuat identitas baru. Pria itu mengabarkan bahwa identitas barunya sudah selesai. Itu artinya, ia sudah bisa pergi meninggalkan Indonesia.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 259

    "Selamat tidur anak ganteng mami." Hana tersenyum dan mencium pipi bulat Keandra kiri dan kanan. Ia juga mencium bibir kecil bayi laki-laki tersebut.Selamat tidur sayang mami yang cantik jelita." Hana tersenyum dan mencium pipi kiri dan kanan, bayi cantiknya. Di mata ibu dua anak itu, anak-anaknya makhluk yang paling sempurna. Keandra yang terlihat begitu tampan dan Keyzia yang tampak begitu sangat cantik. "Kenapa ya, kalau cium adek nggak pernah ada puasnya. Mami ngerasa selalu aja kurang." Hana tersenyum sambil menatap wajah cantik putrinya. Meskipun kedua anaknya sudah tidur, namun Hana tetap saja berbicara, seakan kedua bayi itu mendengar apa yang dikatakannya. Ia kembali mencium kening dan juga puncak kepala bayi yang berambut tebal tersebut. "Abang Kean, jangan nakal ya sama adek. Jangan digigit kuping, jangan disedot hidung dan juga pipi adek ya." Hana tersenyum memandang Keandra. Sebenarnya ia ingin memisahkan tempat tidur kedua bayi itu, namun jika tidur ditempat tidur ter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    bab 258

    Bian tersenyum penuh kepuasan ketika melihat hasil persidangan Susi. "Manusia iblis," ejeknya. Selama beberapa minggu ini pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus Susi. Dan hari ini dia begitu sangat bahagia karena mendengar keputusan hakim. Wanita itu membayar perbuatannya dengan nyawanya sendiri. Diambilnya telpon genggam yang terletak di atas meja. Ia langsung menghubungi nomor ponsel yang tersimpan di kontak telepon. Nomor ponsel yang selalu akan disimpannya. Suara panggilan telepon yang dilakukannya baru di angkat di panggil yang sudah ketiga kalinya. Biasanya Bian akan marah jika panggilan telepon yang dilaksanakannya diabaikan begitu saja. Namun saat ini, ia tidak marah, mungkin karena suasana hatinya yang sangat senang. "Halo." Suara serak yang menjawab telpon darinya, menandakan si penjawab telpon sedang menangis. "Pantas saja kamu bisa seperti ini Berliana, ternyata kamu keturunan iblis, betul nggak sih." Senyum penuh kemenangan terukir di wajah tampannya.Berliana

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 257

    "Hana mau dengar semuanya ma." Hana memandang punggung Susi yang membelakanginya.Saya juga pernah merencanakan agar para preman melakukan perbuatan asusila kepada Hana. Setelah mereka puas dengan tubuhnya saya meminta agar menghabisi nyawanya. Karena apa Saya ingin terkesan seperti korban kejahatan preman yang mabuk. Namun nyatanya Hana tidak pulang ke rumah karena dia menginap di rumah teman sekolahnya. Dan hal itu sudah saya lakukan berulang kali. Namun selalu saja gagal dan pada akhirnya saya membatalkan rencana tersebut.Hana memegang dada yang terasa begitu sangat sakit dan sesak. Tidak terbayang olehnya ternyata wanita yang dinikahi ayahnya memang benar-benar iblis."Saya bahkan tidak pernah menyesal karena menghilangkan nyawa suami saya yang kebetulan bodoh itu. Karena jujur, saya tidak pernah mencintainya. Saya menikah dengan dia, hanya untuk mendapatkan harta dan uangnya. Dan semua itu karena dia yang terlalu bodoh dan terlalu berharap lebih kepada saya. Karena nyatanya, say

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 256

    "Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat

DMCA.com Protection Status