Share

Bab 183

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-25 12:18:42

Hana merasakan jantungnya yang berdegup dengan hebat, ketika masuk ke dalam ruang pertemuan dengan para wartawan.

Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya. Ia kemudian duduk di kursi yang sudah disiapkan dengan gaya elegan. Sedangkan Hana duduk sebelahnya.

Didalam ruangan yang besar ini, sudah penuh, oleh para wartawan. Namun wartawan, tidak boleh mendekat ke meja. Fatan sudah mengatur, batas untuk wartawan. Bila ada yang maju ke depan, hanya perwakilan saja.

Di atas meja, sudah ada mikrofon, kamera dan alat rekam lainnya. Melihat banyaknya wartawan yang ada, membuat jantung Hana berdegup dengan hebatnya. Ia tidak hanya berdua dengan Daffin. Namun ada 2 orang pengacara yang mendampingi, dan Fatan, yang merupakan orang kepercayaan di perusahaan suaminya.

"Selamat pagi, bapak-bapak, ibu-ibu jurnalis semua. Terima kasih sudah datang ke kantor saya. Saya minta maaf, karena baru bisa memberikan klarifikasi. Berhubung, beberapa bulan ini saya sibuk mengurus istri saya. Jadi belum
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 184

    Wajah Hana bersemu merah ketika mendengar pertanyaan dari wartawan tersebut. "Sudah mau lahir ana,k masa nggak cinta," jawabnya sambil memandang suaminya.Wartawan yang ada di sana tertawa ketika mendengar jawaban singkat dari wanita berwajah cantik itu."Mbak Hana, bila dilihat, anda dengan Berliana, ini begitu sangat jauh berbeda, baik dari penampilan, gaya bicara dan pendidikan ya. Anda tampak jauh lebih santun daripada Berliana. Jadi menurut saya, wajar kalau pak Daffin jatuh cinta kepada Mbak Hana," ucap salah seorang wartawan yang memberikan pujian sesuai dengan apa yang dilihatnya.Daffin memandang istrinya. Sewaktu Hana datang ke kantor dan mendapat pujian dari sekretarisnya, dengan sangat enteng, meminta agar sekretaris pribadinya, diberi bonus karena sudah mengatakan bahwa dirinya lebih unggul daripada kakak tirinya. Kali ini Daffin berharap, istrinya tidak melakukan hal itu. Perkataan wartawan itu, sungguh membuatnya senang. Hana tersenyum dan menjawab terimakasih. Jika

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 185

    "Jadi kalau masalah di sana belum jelas, nggak boleh deket ya!" tanya Fathan."Nara nggak mau, dijadiin kambing putih. Dibilangin merusak hubungan Abang sama yang di sana." Nara memajukan bibirnya. Rasa cinta, rasa rindu, sudah sangat dirasakannya. Namun ia harus yakin dan percaya, bahwa dirinya bisa dan mampu untuk menahan itu semua."Ya sudah, Abang mau selesaikan dulu sama yang di sana, kalau maunya seperti itu. Tapi kalau Abang rindu gimana?" Pertanyaan ini begitu sangat mengganjal di hatinya. Baru semalam bertemu, sekarang sudah begitu sangat rindu. Bagaimana bila masalahnya tidak bisa selesai, secepat yang diinginkannya. Nara, merasakan debaran di dadanya yang semakin kuat, ketika mendengar Fatan mengatakan rindu kepadanya. "Ya untuk sementara kita komunikasi lewat video call dulu." Ditariknya napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan. "Ya sudah deh kalau gitu. Abang mau lanjut kerja, nanti shopping banyak-banyak ya.""Iya.""I love you, sayang.""I love

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 186

    Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Daffin mematikan layar komputer. Ia kemudian pergi ke kamar untuk membangunkan istrinya yang sedang tertidur."Sudah bangun ya." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya, yang duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur."Iya, tadi Hana bangun karena dapat telepon dari Nara," jawabnya"Oh, Nara cerita apa?" tanya Daffin."Nara ngasih tahu, kalau dia diterima kerja di kantor papa." Hana tersenyum. Mendengar sahabatnya itu sudah mendapatkan perkejaan, sungguh membuatnya senang."Wow keren." Daffin tersenyum."Abang, kalau nanti anak-anak sudah lahir, Hana boleh kerja juga nggak?" Hana memandang suaminya. Sejujurnya, ia ingin mencoba bekerja di kantoran dan memakai setelan blazer seperti wanita-wanita karir pada umumnya."Boleh, tapi itu si kembar apa mau dibawa?" tanya Daffin.Hana menggelengkan kepalanya. "Bila si kembar di bawa, ya sama aja, Hana bakalan jagain anak-anak, nggak jadi kerja," jawabnya dengan kesal."Terus anaknya ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-01
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 187

    "Apa ini artinya, aku membeli?" Fatan bertanya dengan mengangkat sudut bibir sebelah kiri. Sejak tadi, ia sudah muak dengan keluarga calon istrinya.Wajah Marno, memerah saat mendengar pertanyaan dari pria yang akan menjadi menantunya. "Uang hantaran, bukan uang untuk membeli," jelasnya."Bila uang hantaran bukan uang untuk membeli, mengapa minta sebanyak itu?" tanya Fatan."Apa mas, banyak? Uang segitu nggak banyak mas," jawab Emilia"Oh, ternyata ada yang ngasih jauh lebih besar ya daripada itu?" tanya Fatan.Wajahnya memucat, ketika mendengar pertanyaan dari calon suaminya. Namun Emilia mencoba untuk tetap tenang. "Yang namanya uang hantaran, ada yang sampai miliaran loh." Laras memandang putranya. Ia tidak mengerti, mengapa Fatan mempermasalahkan nominal uang hantaran yang diminta keluarga calon besannya. "Iya, ada yang minta sampai miliaran malah." Rina kini berbicara. "150 juta itu hanya hantaran, belum termasuk mas kawin." Marno menjelaskan.Fatan menarik napas panjang, kem

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 188

    Kini mereka akan merasakan varian rasa yang berbeda, dengan suasana yang berbeda pula. Apa yang terjadi saat ini sungguh sangat dinikmatinya. Setelah puas menikmati bibir nan ranum milik Hana, barulah dilepaskannya. "Duduk di sini sayang." Daffin menunjukkan meja kerjanya. Dengan cepat, laptop di atas meja, disingkirkannya terlebih dahulu. Hana diam memandang suaminya. "Ayolah sayang." Senyum mengembang di bibirnya. Pria itu kembali mencium bibir istrinya.Meskipun sadar sudah dijahili oleh suaminya sendiri, namun Hana tetap menurut. Mana mungkin ia tega menolak, ketika melihat wajah suaminya yang seperti ini. "Abang, mainnya jangan di sini ya?" tanyanya, ketika sudah duduk di atas meja kerja.Daffin hanya tersenyum tanpa menjawab. Pria itu kemudian berdiri dengan posisi tubuh yang membungkuk dan mencium bibir istrinya. Setelah puas mencium bibir, ia berpindah ke telinga. Sedangkan tangannya, sangat cepat membuka pakaian yang dipakai Hana.Apa yang dilakukan Daffin, sungguh memb

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 189

    Senyum mengembang di bibir pria berwajah tampan tersebut, ketika melihat foto-foto yang dikirimkan gadis pujaan hatinya. "Abang, Nara sudah belanja." Fatan membaca isi chat yang dikirimkan Nara.Dengan segera dihubunginya nomor WhatsApp Nara, lewat sambungan video call. Panggilan video call itu, dengan cepat diangkat oleh pemilik nomor."Abang, Nara sudah selesai belanjanya." Nara tersenyum dengan sangat manis, memandang layar ponselnya. "Apa sudah dibeli semua?" tanya Fatan."Sudah, tapi uangnya habis banyak." Nara tersenyum nyengir."Nggak apa-apa, nanti abang transfer lagi."Matanya terbuka lebar, mendengar apa yang dikatakan Fatan. "Nggak usah bang." Dengan cepat menolak."Nggak apa-apa dek, itu uang dikirimin, memang untuk beli kebutuhan kantor, sekalian untuk mama shopping." Fatan tersenyum."Tapi jangan kirim lagi." Nara merasa tidak enak hati. Pria itu belum tentu menjadi suaminya dan uangnya sudah habis dibuatnya."Ngga ada doa nolak rezeki, yang ada, doa meminta rezeki." F

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 190

    Berulang kali, ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, dan kemudian memandang layar ponsel. Menunggu seperti ini membuat dirinya tidak nyaman. "Kenapa dia belum juga mengirimkan aku pesan." Emilia berencana akan langsung menuju ke tempat yang ditentukan Fatan, untuk bertemu dengannya. Matanya memandang panggilan yang masuk di ponselnya. Ada rasa kecewa, ketika melihat telpon yang masuk, tidak dari orang yang di tunggunya. Agar tidak ada yang mendengarkan obrolan yang dilakukanya, Emilia sedikit menjauh dari meja kerjanya. Ia tidak ingin, ada teman-temannya yang mendengar obrolannya lewat via telepon tersebut "Halo Emilia." Terdengar suara wanita di seberang sana, menyapanya dengan penuh kepanikan."Iya ma, kenapa tidak kirim aku chat saja.""Mama tidak sabar kalau menunggu balasan chat dari kamu. Ngetik juga lambat. Bagaimana dengan uang yang dijanjikan Fatan, apa dia sudah memberikannya?" "Aku belum pulang dari kantor ma, tadi dia mengatakan akan menghubungi aku.

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-06
  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 191

    "Mas." Emilia berkata dengan sangat ragu. Jujur saja, ia begitu sangat malu ketika harus mendesak uang pernikahan seperti ini. Yang lebih ironisnya, uang itu tidak akan dipakai untuk acara pernikahannya, namun dipakai untuk membayar hutang kedua orang tuanya kepada nasabah."Masalah uang?" tanya Fatan tanpa basa-basiEmilia menganggukkan kepalanya.Fatan memberikan amplop berwarna coklat di depan Emilia.Senyum mengembang di bibirnya, ketika melihat amplop tersebut. Ia yakin bahwa isi dalam amplop itu adalah uang. Sungguh tidak diduganya bawa Fatan akan memberikan uang secara cash seperti ini. "Kenapa tidak ditransfer?" tanya Emilia yang mengambil amplop amplop di depannya.Fatan hanya diamEmilia membuka amplop tersebut dan mengintip ke dalam. Keningnya berkerut ketika melihat isi dari amplop itu yang ternyata bukan uang. "Ini maksudnya apa mas?" tanya Emilia yang menutup amplop di tangannya."Bukankah, sudah ada di tanganmu, jadi lihat saja,' jawab Fatan.Emilia mengeluarkan isi dal

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07

Bab terbaru

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 264

    Hana hanya diam saat kalung indah itu melingkar di lehernya. "Abang, beneran ini?" Tanyanya yang masih tidak percaya. "Iya sayang, nanti kasih Abang bonus ya." Daffin tersenyum dan mengangkat 3 jarinya.Mata Hana terbuka lebar saat melihat tiga jari suaminya. "Maksudnya 3 ronde?" Wanita cantik itu bertanya dengan wajah serius."Iya dong sayang," jawab Daffin.Hana diam dan menelan air ludahnya. Namun wanita itu tidak mampu untuk menolak, berhubungan apa yang diberikan Daffin tidak sebanding dengan apa yang dia inginkan. "Jangankan 3, 10 aja Hana layani bang," kata Hana dengan candaan.Namun berbeda dengan tanggapan yang diberikan Daffin. Pria itu ternyata mengganggap apa yang dikatakan istrinya serius. "Kalau gitu sampai pagi ya sayang." Dengan sangat genit Daffin mengedipkan matanya.Hana diam dan menelan air ludahnya. Mengapa dia berkata seperti itu sehingga Daffin salah mengartikan. "Emang sanggup?" Dengan bodohnya Hana bertanya dan terkesan menantang sang suami. "Ya jelas sanggu

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 263

    Hana begitu sangat menikmati liburnya di kota Dewata Bali. Sesuai dengan apa yang di katakan Daffin, ini merupakan perjalanan bulan madu pertama mereka setelah menikah. Ia memiliki waktu berdua dengan sang suami. Sedangkan kedua anaknya diasuh nenek, kakek dan baby sitter nya. Mama mertuanya benar-benar memberikannya waktu untuk berbulan madu. Hana tersenyum malu-malu ketika melihat Daffin menatapnya. "Kalau ada si kembar pasti lebih asik," ucapnya untuk menghilangkan rasa canggung. Meskipun sekarang mereka sudah memiliki dua bayi kembar, namun tetap saja Hana merasa canggung jika Daffin menatapnya tanpa berkedip."I love you," jawab Daffin dengan menyelisikan jari telunjuk dan jempolnya.Hana tertawa ketika melihat tingkah suaminya. "Lain yang dibilangin lain yang dijawab," ucapnya yang tersenyum malu."Emangnya tadi bilangin apa?" tanya Daffin yang mengulum senyumnya."Andaikan ada si kembar disini, pasti asik." Hana kembali mengulang ucapannya."Mana boleh si kembar datang kesini.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 262

    Udara yang tadi terasa dingin kini sudah berangsur menghangat dan matahari sudah mulai mengeluarkan panas paginya yang menyehatkan.Hana masih sangat nyaman dengan duduk di tepi pantai bersama bersama dengan Daffin. Dengan sangat manja menyandarkan kepalanya di bahu sang suami."Sayang, Abang mau ke kamar, ambil si kembar. Kalau nunggu bangun, takutnya nanti terlalu siang dan keburu panas." Daffin tersenyum dan mengusap kepala istrinya."He... He.... Tahu aja kalau Hana lagi malas berdiri," ucapnya dengan tersenyum. Sejak tadi ia begitu malas untuk beranjak dari duduknya. Duduk di tepi pantai, melihat air omba yang saling berkejaran, membuat hatinya tenang. Dalam waktu sebentar saja permasalahan yang selama ini menghimpit dadanya berangsur-angsur terlupakan."Mami si kembar malasnya level tinggi." Daffin tersenyum dan beranjak dari duduknya. Panas pagi seperti ini sangat dibutuhkan oleh kedua anaknya, karena itu mereka sudah berniat untuk menjemur si kembar setiap pagi, selama berad

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 261

    Udara pagi terasa sangat segar ketika masuk ke lubang hidung dan mengisi paru-parunya. Hana berulang kali menarik napas yang panjang dan menghembuskan secara berlahan-lahan. Pagi ini dia menikmati segarnya udara pagi di tepi pantai. Matahari yang mulai terbit, menambah indahnya suasana pagi ini.Daffin menggenggam tangan istrinya. Pria berwajah tampan itu tersenyum ketika melihat rona bahagia yang terpancar di wajah ibu dua anak tersebut. "Nanti kalau si kembar sudah bangun pasti dia senang ya lihat pantai." Hana tersenyum. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kiandra dan juga Keyzia saat melihat keindahan pantai seperti sekarang. "Pasti minta masuk ke dalam air." Daffin tertawa. Baru saja membayangkan saja sudah membuat ia gemas sendiri. Si kembar sudah sangat pintar bermain. Apalagi jika diajak bermain air. Biasanya bayi kembar itu tidak akan mau keluar dari dalam air dan mami mereka akan kesulitan ketika membujuk kedua bayi kembarnya agar mau berhenti berendam. Daffin bis

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 260

    Berliana mendongakkan kepalanya ke atas dan memandang langit yang sudah semakin gelap. Mungkin sebentar lagi hujan akan kembali turun. Angin yang berhembus kencang, membuatnya sedikit takut. "Mama, tenanglah di sini. Mau seperti apapun mama, aku akan tetap selalu menyayangi mama. Mama, aku pamit pulang, Aku juga akan pergi meninggalkan Indonesia, dalam waktu 3 bulan ini. Jadi mungkin aku tidak datang ke sini untuk melihat mama. Tapi aku janji, aku akan langsung ke sini, setelah aku kembali dari Korea. Aku akan menuruti semua yang mama katakan. Aku juga sudah mendapatkan identitas baru. Aku sudah tidak menjadi Berliana lagi." Diusapnya air mata yang mengalir deras. Semua kisah hidupnya, semua cerita indah tentang kebersamaannya dengan sang mama, akan disimpan di dalam memori ingatannya. Berliana sudah mendapatkan kabar dari pria yang membantunya membuat identitas baru. Pria itu mengabarkan bahwa identitas barunya sudah selesai. Itu artinya, ia sudah bisa pergi meninggalkan Indonesia.

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 259

    "Selamat tidur anak ganteng mami." Hana tersenyum dan mencium pipi bulat Keandra kiri dan kanan. Ia juga mencium bibir kecil bayi laki-laki tersebut.Selamat tidur sayang mami yang cantik jelita." Hana tersenyum dan mencium pipi kiri dan kanan, bayi cantiknya. Di mata ibu dua anak itu, anak-anaknya makhluk yang paling sempurna. Keandra yang terlihat begitu tampan dan Keyzia yang tampak begitu sangat cantik. "Kenapa ya, kalau cium adek nggak pernah ada puasnya. Mami ngerasa selalu aja kurang." Hana tersenyum sambil menatap wajah cantik putrinya. Meskipun kedua anaknya sudah tidur, namun Hana tetap saja berbicara, seakan kedua bayi itu mendengar apa yang dikatakannya. Ia kembali mencium kening dan juga puncak kepala bayi yang berambut tebal tersebut. "Abang Kean, jangan nakal ya sama adek. Jangan digigit kuping, jangan disedot hidung dan juga pipi adek ya." Hana tersenyum memandang Keandra. Sebenarnya ia ingin memisahkan tempat tidur kedua bayi itu, namun jika tidur ditempat tidur ter

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    bab 258

    Bian tersenyum penuh kepuasan ketika melihat hasil persidangan Susi. "Manusia iblis," ejeknya. Selama beberapa minggu ini pria itu selalu mengikuti perkembangan kasus Susi. Dan hari ini dia begitu sangat bahagia karena mendengar keputusan hakim. Wanita itu membayar perbuatannya dengan nyawanya sendiri. Diambilnya telpon genggam yang terletak di atas meja. Ia langsung menghubungi nomor ponsel yang tersimpan di kontak telepon. Nomor ponsel yang selalu akan disimpannya. Suara panggilan telepon yang dilakukannya baru di angkat di panggil yang sudah ketiga kalinya. Biasanya Bian akan marah jika panggilan telepon yang dilaksanakannya diabaikan begitu saja. Namun saat ini, ia tidak marah, mungkin karena suasana hatinya yang sangat senang. "Halo." Suara serak yang menjawab telpon darinya, menandakan si penjawab telpon sedang menangis. "Pantas saja kamu bisa seperti ini Berliana, ternyata kamu keturunan iblis, betul nggak sih." Senyum penuh kemenangan terukir di wajah tampannya.Berliana

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 257

    "Hana mau dengar semuanya ma." Hana memandang punggung Susi yang membelakanginya.Saya juga pernah merencanakan agar para preman melakukan perbuatan asusila kepada Hana. Setelah mereka puas dengan tubuhnya saya meminta agar menghabisi nyawanya. Karena apa Saya ingin terkesan seperti korban kejahatan preman yang mabuk. Namun nyatanya Hana tidak pulang ke rumah karena dia menginap di rumah teman sekolahnya. Dan hal itu sudah saya lakukan berulang kali. Namun selalu saja gagal dan pada akhirnya saya membatalkan rencana tersebut.Hana memegang dada yang terasa begitu sangat sakit dan sesak. Tidak terbayang olehnya ternyata wanita yang dinikahi ayahnya memang benar-benar iblis."Saya bahkan tidak pernah menyesal karena menghilangkan nyawa suami saya yang kebetulan bodoh itu. Karena jujur, saya tidak pernah mencintainya. Saya menikah dengan dia, hanya untuk mendapatkan harta dan uangnya. Dan semua itu karena dia yang terlalu bodoh dan terlalu berharap lebih kepada saya. Karena nyatanya, say

  • Bukan Istri Pilihan Suamiku    Bab 256

    "Mama Berliana berlari dan memeluk Susi dengan erat. Air mata kesedihan tidak bisa di tutupinya. Susi tersenyum dan mengusap punggung putrinya. Senyum yang ditunjukkan sebagai bukti bahwa dirinya baik-baik saja. "Mama baik-baik aja nak.""Mama aku sungguh tidak sanggup." Berliana berkata di tengah isak tangisnya. Menyaksikan persidangan sang mama, sungguh membuat tubuhnya lemas dan tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit atas hukuman yang akan diterima oleh wanita yang sudah melahirkannya. Namun yang lebih membuat hatinya terasa sakit dan juga perih, ketika tidak bisa membela mamanya sama sekali. Ribuan kata makian untuk menghakimi perbuatan Susi. Mereka terlalu pandai untuk menilai dan menghakimi kesalahan yang orang lain lakukan. Ingin rasanya Berliana marah dan menangkis semua perkataan orang-orang itu. Namun apa yang dikatakan mereka benar. Semua fakta tidak bisa di pungkiri. Pada akhirnya dia berusaha untuk tuli dan tidak mendengarkan. Meskipun kenyataannya, apa yang dikat

DMCA.com Protection Status