Berliana terbangun ketika mendengar suara ribut-ribut di dalam apartemennya. Meskipun kepalanya masih terasa sakit dan juga pusing, ia tetap berangsur duduk dan keluar dari kamar. Betapa terkejutnya, ketika melihat mamanya yang sedang menangis-nangis dan menolak untuk dibawa polisi. Sedangkan para wartawan sudah ramai dan masuk ke dalam apartemennya, memberikan berbagai macam pertanyaan. "Ada apa ini?" Melihat mamanya yang diperlakukan seperti ini oleh pihak kepolisian, tidak bisa diterimanya. Di dorongnya tubuh pria nan tegak tersebut. "Kami memiliki surat perintah untuk menangkap ibu Susi dan juga Mbak Berliana." Pria berseragam coklat itu, menunjukkan surat perintah di tangannya.Wajah Berliana memucat ketika mendengar apa yang disampaikan oleh polisi itu. Tanpa mengetahui kesalahan yang dilakukannya, ia d ini dijemput paksa seperti ini "Kalian pasti salah," tolaknya. Ditepisnya tangan petugas yang akan memegang tangannya. "Kami tidak punya salah dengan siapapun. Kami juga ti
"Klien saya menuntut Mbak Berliana dan juga ibu Susi dengan tuduhan penipuan. Selain penipuan, pak Daffin juga mengatakan bahwa kalian menjual harta milik istri beliau."Tubuh Susi melemas, kakinya gemetar, ketika mendengar apa yang disampaikan pengacara Daffin. Apakah seperti ini bencinya Daffin kepada putrinya, sehingga dengan tega menghancurkan hidup Berliana. Berliana hanya diam dan merasakan sakit di hatinya. Apa yang dilakukan Daffin, sungguh membuat dirinya marah dan kecewa. Permasalahan ini sudah sangat lama dan mengapa mengungkitnya kembali. "Saya sudah menyiapkan semua berkas yang terkait dengan kasus penjualan rumah milik ibu Hana. Berkas-berkas ini akan menjadi bukti atas penipuan yang telah ibu Berliana lakukan bersama dengan ibu Susi. Penipuan ini terjadi sekitar hampir 5 tahun yang lalu." Effendi menunjukkan berkas-berkas yang ada di dalam map yang dipegangnya. Wajah Berliana memucak ketika mendengar ucapan pria tersebut."Apa maksudnya?" tanya Susi yang mendadak pik
Mulut Hana terbuka ketika mengetahui berita kakak tirinya, ditangkap oleh polisi. Dalam berita itu, tampak jelas bahwa Berliana dijemput paksa bersama dengan mama tirinya. "Kenapa mereka ditangkap. Apa yang mereka lakukan, tindakan kejahatan Apa yang sudah mereka perbuat." Hana bertanya dalam hatinya. Setelah kematian papanya, ia bagaikan orang yang diusir dari rumahnya sendiri. Hubungannya juga semakin menjauh dari keluarga Mama tirinya. Mereka hanya akan datang menemuinya, bila ada perlu saja. Meskipun Berliana dan juga Susi begitu sangat jahat, namun melihat nasib ibu dan anak itu membuat Hana merasa kasihan. "Lagi apa?" tanya Mita yang duduk di samping Hana. Matanya memandang ke layar televisi tanpa berbicara lagi. Dilihatnya berita tentang penangkapan Berliana dan Susi."Kenapa mereka ditangkap ya ma?" Hana memandang Mita."Mama juga nggak tahu," jawab Mita. Dalam berita yang saat ini tayang, tidak disampaikan apa alasan penangkapannya. "Kita dengar aja, berita tentang mere
Untuk acara kencannya malam ini, dengan sengaja Daffin membeli baju kemeja koleksi terbaru, hasil rancangan desainer busana langganannya. Malam ini, ia ingin terlihat tampan dan juga gagah di hadapan wanita pujaan hatinya.Daffin memakai baju kemeja berwarna hitam, lengan yang panjang. Kemudian celana jeans berwarna navy. Lihatnya tampilannya di depan cermin. Layaknya pria yang akan berkencan dengan kekasihnya. Daffin ingin wanita pujaan hatinya, terpesona bila melihatnya nanti.Meskipun tidak suka memakai minyak rambut, namun malam ini, pria itu dengan sengaja memberikan minyak di rambutnya dan menyisir rapi. "Hana sangat suka dengan wangi parfum yang ini." Diambilnya botol parfum yang berbahan kaca di atas meja rias istrinya dan menyemprotkan parfum di bajunya. Ia teringat, Hana begitu sangat senang mencium leher dan juga menempel di dadanya bila memakai aroma parfum yang saat ini sudah melekat di tubuhnya."Ini kencan pertama, nggak boleh gagal." Pria itu tersenyum lebar. Rasa ke
Hana menghentikan pekerjaannya, ketika mendengar suara orang yang berbicara kepadanya.Tanpa mendapat jawaban pria itu duduk di kursi yang ada di depan Hana.Ia masih diam tanpa memandang orang yang saat ini duduk di depannya. Apakah telinganya yang salah dengar atau memang benar yang duduk di depannya adalah suaminya. Aroma parfum yang tercium di Indra penciumannya, meyakinkannya, bahwa yang saat ini yang duduk dan memandangnya adalah Daffin.Berada di posisi seperti ini sungguh membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Ia tidak menduga akan bertemu Daffin di sini. Daffin hanya diam dan memandang istrinya yang hanya menundukkan kepala. "Halo apa kabar?" pria itu menyapa istrinya, layaknya menyapa kekasihnya yang baru saja ditemuinya.Hana mengangkat kepalanya dan memandang pria yang duduk di depannya. Melihat wajah tampan suaminya, sungguh membuat jantungnya berdegup dengan hebatnya. Bukan hanya dirinya saja yang merasa senang, namun juga kedua anak di dalam perutnya yang
Daffin tersenyum melihat istrinya makan dengan lahap. Makan sepiring berdua, membuat suasana makan malamnya semakin romantis. Ini untuk yang ke 3 kalinya, ia memasukkan nasi ke dalam piring dengan porsi yang banyak. Bukan hanya Hana saja yang makan dengan banyak, ia juga makan dengan lahap. Setelah beberapa hari ini selera makannya menurun drastis. "Apa masih mau tambah?" Daffin tersenyum menawarkan Hana."Hana sudah kenyang. Kalau makan terlalu banyak, nanti perut sesak." Hana tersenyum. Hatinya senang, melihat istrinya yang sudah mau tersenyum seperti ini. "Abang juga." "Kok tahu Hana di sini?" "Oh tadi kebetulan Abang datang ke restoran ini. Niatnya mau makan di sini. Soalnya sudah beberapa hari ini gak ada selera sama sekali. Tiba-tiba aja kepengen sekali makan nasi padang. Eh gak tahunya, tadi sewaktu di parkiran ketemu mama dan papa. Mama cerita kalau adek ada di sini, ya terus abang langsung ke sini dong," ucapnya dengan tersenyum dan mengarang cerita.Mulut Hana membula
Hana hanya diam dan memandang keluar jendela. Tidak ada satu katapun yang diucapkannya. Berada di dekat Daffin seperti ini, sungguh membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebat. Dipandangnya secara diam-diam wajah tampan suaminya. Wajahnya begitu sangat merah, menahan rasa malu, ketika tertangkap basah menatap wajah Daffin. "Kalau mau lihat Abang, lihat aja dek." Daffin mengulum senyumnya. Mendengar ucapan Daffin, membuat Hana semakin malu. Sedangkan suaminya tampak begitu sangat bahagia dengan senyum yang tidak pernah hilang dari bibirnya. Pria itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang sangat rendah dan sebelah tangannya memegang tangan istrinya. Berulang kali diciumnya punggung tangan Hana. " Rindu sekali dek." Daffin berkata dengan jujur.Hana hanya diam tanpa menjawab. Bila Daffin, begitu sangat entengnya mengatakan rindu, namun tidak dengan dirinya, yang begitu sangat malu untuk mengatakan rindu. "Ini kapan nyampenya sih?" Dipandangnya wajah suaminya sekilas dan kemu
Hana memajukan bibirnya memandang punggung lebar suaminya. "Katanya rindu tapi buktinya mana," batinnya.Sedih dan kecewa, ketika melihat Daffin pergi tanpa ingin menikmati malam berdua bersama dengannya. "Tadi, Hana nolak diajak muter-muter sampai pagi. Tapi kalau misalnya, abang temanin di kamar sampai pagi, bahkan pagi lagi, Hana nggak nolak." Hana tidak ada henti-hentinya berkata di dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.Surya dan Mita memandang putranya yang keluar dari rumah. Ada rasa kasihan ketika melihat raut wajah putra mereka, yang tampak lemas. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi. Surya, dengan sengaja memerintahkan pengawal khusus untuk melindungi putranya. "Kenapa nggak disuruh aja, dia nginep di sini, bila masih rindu." Mita mengusap punggung Hana. Senyum mengembang di bibirnya."Hana nggak rindu kok." Bagaikan tomat masak, seperti itulah wajahnya saat ini. Ia begitu sangat malu ketika mama mertuanya, bisa mengetahui apa yang dirasakannya. Dengan cepat