Untuk acara kencannya malam ini, dengan sengaja Daffin membeli baju kemeja koleksi terbaru, hasil rancangan desainer busana langganannya. Malam ini, ia ingin terlihat tampan dan juga gagah di hadapan wanita pujaan hatinya.Daffin memakai baju kemeja berwarna hitam, lengan yang panjang. Kemudian celana jeans berwarna navy. Lihatnya tampilannya di depan cermin. Layaknya pria yang akan berkencan dengan kekasihnya. Daffin ingin wanita pujaan hatinya, terpesona bila melihatnya nanti.Meskipun tidak suka memakai minyak rambut, namun malam ini, pria itu dengan sengaja memberikan minyak di rambutnya dan menyisir rapi. "Hana sangat suka dengan wangi parfum yang ini." Diambilnya botol parfum yang berbahan kaca di atas meja rias istrinya dan menyemprotkan parfum di bajunya. Ia teringat, Hana begitu sangat senang mencium leher dan juga menempel di dadanya bila memakai aroma parfum yang saat ini sudah melekat di tubuhnya."Ini kencan pertama, nggak boleh gagal." Pria itu tersenyum lebar. Rasa ke
Hana menghentikan pekerjaannya, ketika mendengar suara orang yang berbicara kepadanya.Tanpa mendapat jawaban pria itu duduk di kursi yang ada di depan Hana.Ia masih diam tanpa memandang orang yang saat ini duduk di depannya. Apakah telinganya yang salah dengar atau memang benar yang duduk di depannya adalah suaminya. Aroma parfum yang tercium di Indra penciumannya, meyakinkannya, bahwa yang saat ini yang duduk dan memandangnya adalah Daffin.Berada di posisi seperti ini sungguh membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Ia tidak menduga akan bertemu Daffin di sini. Daffin hanya diam dan memandang istrinya yang hanya menundukkan kepala. "Halo apa kabar?" pria itu menyapa istrinya, layaknya menyapa kekasihnya yang baru saja ditemuinya.Hana mengangkat kepalanya dan memandang pria yang duduk di depannya. Melihat wajah tampan suaminya, sungguh membuat jantungnya berdegup dengan hebatnya. Bukan hanya dirinya saja yang merasa senang, namun juga kedua anak di dalam perutnya yang
Daffin tersenyum melihat istrinya makan dengan lahap. Makan sepiring berdua, membuat suasana makan malamnya semakin romantis. Ini untuk yang ke 3 kalinya, ia memasukkan nasi ke dalam piring dengan porsi yang banyak. Bukan hanya Hana saja yang makan dengan banyak, ia juga makan dengan lahap. Setelah beberapa hari ini selera makannya menurun drastis. "Apa masih mau tambah?" Daffin tersenyum menawarkan Hana."Hana sudah kenyang. Kalau makan terlalu banyak, nanti perut sesak." Hana tersenyum. Hatinya senang, melihat istrinya yang sudah mau tersenyum seperti ini. "Abang juga." "Kok tahu Hana di sini?" "Oh tadi kebetulan Abang datang ke restoran ini. Niatnya mau makan di sini. Soalnya sudah beberapa hari ini gak ada selera sama sekali. Tiba-tiba aja kepengen sekali makan nasi padang. Eh gak tahunya, tadi sewaktu di parkiran ketemu mama dan papa. Mama cerita kalau adek ada di sini, ya terus abang langsung ke sini dong," ucapnya dengan tersenyum dan mengarang cerita.Mulut Hana membula
Hana hanya diam dan memandang keluar jendela. Tidak ada satu katapun yang diucapkannya. Berada di dekat Daffin seperti ini, sungguh membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebat. Dipandangnya secara diam-diam wajah tampan suaminya. Wajahnya begitu sangat merah, menahan rasa malu, ketika tertangkap basah menatap wajah Daffin. "Kalau mau lihat Abang, lihat aja dek." Daffin mengulum senyumnya. Mendengar ucapan Daffin, membuat Hana semakin malu. Sedangkan suaminya tampak begitu sangat bahagia dengan senyum yang tidak pernah hilang dari bibirnya. Pria itu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan yang sangat rendah dan sebelah tangannya memegang tangan istrinya. Berulang kali diciumnya punggung tangan Hana. " Rindu sekali dek." Daffin berkata dengan jujur.Hana hanya diam tanpa menjawab. Bila Daffin, begitu sangat entengnya mengatakan rindu, namun tidak dengan dirinya, yang begitu sangat malu untuk mengatakan rindu. "Ini kapan nyampenya sih?" Dipandangnya wajah suaminya sekilas dan kemu
Hana memajukan bibirnya memandang punggung lebar suaminya. "Katanya rindu tapi buktinya mana," batinnya.Sedih dan kecewa, ketika melihat Daffin pergi tanpa ingin menikmati malam berdua bersama dengannya. "Tadi, Hana nolak diajak muter-muter sampai pagi. Tapi kalau misalnya, abang temanin di kamar sampai pagi, bahkan pagi lagi, Hana nggak nolak." Hana tidak ada henti-hentinya berkata di dalam hatinya dengan mata yang berkaca-kaca.Surya dan Mita memandang putranya yang keluar dari rumah. Ada rasa kasihan ketika melihat raut wajah putra mereka, yang tampak lemas. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi. Surya, dengan sengaja memerintahkan pengawal khusus untuk melindungi putranya. "Kenapa nggak disuruh aja, dia nginep di sini, bila masih rindu." Mita mengusap punggung Hana. Senyum mengembang di bibirnya."Hana nggak rindu kok." Bagaikan tomat masak, seperti itulah wajahnya saat ini. Ia begitu sangat malu ketika mama mertuanya, bisa mengetahui apa yang dirasakannya. Dengan cepat
Begitu selesai melakukan ibadahnya, Hana keluar dari dalam kamar untuk mencari sarapan. Senyum mengembang di bibirnya, ketika melihat mama dan papa mertua yang sudah memakai setelan baju olahraga yang sama. Ia, begitu sangat mengetahui kebiasaan kedua mertuanya yang selalu melakukan olahraga rutin, setiap pagi. "Apa mau sarapan?" Mita tersenyum dan mengusap perut menantunya. Mita dan Surya baru saja keluar dari kamar mereka dan berencana untuk lari pagi di halaman depan."Iya ma." Hana tersenyum memandang stelan baju olahraga yang dipakai oleh papa dan Mama mertuanya. "Baju olahraga opa dan oma, unyu-unyu ya nak." Hana mengusap perutnya."Ya mau gimana lagi, papa nurut selera Mama. Mama ngajak pakai baju pink ya wajib pakai baju pink." Surya terlihat awet muda dengan mengenakan baju serta celana olahraga berwarna pink yang sama dengan isterinya. Pria itu bersyukur, karena tidak diberi sepatu berwarna pink.Mita tertawa lepas ketika mendengar ucapan suaminya. "Kita selalu pakai baju
Duduk dihalaman depan, sambil menikmati udara di pagi hari seperti ini, terasa begitu sangat menyegarkan paru-parunya. Hana duduk di kursi santai sambil memandang mertuanya yang sedang melakukan olahraga pagi. Hampir setiap hari ia melihat aktivitas kedua mertuanya seperti ini. Apalagi hari ini, hari libur jadi mereka bisa menikmati liburnya bersama di rumah. "Apa sudah selesai sarapannya?" Mita yang sudah merasa lelah, akhirnya memilih untuk menyudahi olahraga paginya. Wanita itu mengusap keringat di keningnya, dengan handuk kecil yang di bawahnya. Ia kemudian duduk di kursi santai, di sebelah Hana."Tadi cuman makan roti selai ma, sama minum teh." Hana tersenyum."Lumayan itu untuk menenangkan si kembar." Mita tahu, bahwa Hana tidak bisa menahan rasa laparnya, disaat hamil seperti ini."Apa, papa sudah selesai larinya." Mita memandang suaminya yang saat ini sudah berdiri di dekatnya."Papa udah capek, mau istirahat." Surya tersenyum memandang Hana dan juga Mita."Iya, ini sudah m
Surya diam ketika mendengar ucapan istrinya. Pria itu memandang wajah Mita dengan kening yang berkerut. Namun tetap tidak bertanya apa-apa."Mama kok gak cerita mau ke Bandung?" Hana memandang Mama mertua."Undangannya Minggu semalam, rencananya mau kasih tahu Hana, pagi ini." Mita tersenyum dan meminum susu kalsiumnya."O." Mulut Hana membulat. Bila kedua mertuanya pergi keluar kota, itu artinya, ia hanya berdua bersama dengan Daffin. Baru saja membayangkan, sudah membuatnya, merasa gugup dan canggung seperti ini. "Enggak apa-apa dek, kalau mama sama papa ke Bandung. Soalnya ada abang di sini. Abang bakalan jagain adek." Daffin tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Sungguh tidak diduganya, bahwa ia akan mendapatkan kesempatan emas berdua dengan istrinya.Melihat sikap Daffin yang seperti ini, membuat Hana semakin gugup dan salah tingkah. Kini jantungnya, berdegup dengan hebatnya."Hana sudah kenyang." Ia menolak ketika Daffin kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. "Kenap