Share

Kangen

Penulis: Fiska Aimma
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-13 16:11:49

Aku memeriksa ponsel berulang kali bingung. Perasaan tidak ada yang salah tapi ... kok sepi, ya?

Soalnya dari tadi perasaan tidak ada notif satupun yang masuk, bukan dari yang lain tapi dari Dewa. Jadi sebenarnya apa yang rusak? Hatiku apa hapeku? Entah.

Pasca tidak jadinya makan pagi kami Dewa belum menghubungiku sama sekali. Mungkin karena kejadian itu cukup mengagetkan kami berdua, termasuk Dewa juga gagal memberikan sesuatu yang dijanjikannya untukku.

Aku mendudukan pantatku di kursi, menghela nafas berat. Aku alihkan pikiranku yang sesak karena Dewa ke arah tumpukan buku PR anak-anak agar aku tak terlalu gelisah.

"Iya Papah, iya ini Pak Amin udah datang!"

Di tengah penantianku, tiba-tiba aku mendengar suara Gio berada di luar ruangan guru sedang dihubungi seseorang, tampaknya itu Dewa.

Semenjak kejadian Gio tidak jadi dijemput Maura, anak itu dibekali papahnya ponsel agar mudah dihubungi tapi tanpa paket data agar Gio tak main internet macam-macam. Untuk hal ini aku setuju den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Rival

    Hari ini, tak ada chat Dewa lagi. Bagiku Dewa sudah seperti Jailangkung datang tak diundang, pulang pun tak diantar. Jadi sekalipun malam tadi dia bilang rindu, besok paginya bisa jadi hilang, seperti sekarang ... bushh! Lenyap dan meninggalkan jejak rindu.Dan anehnya tanpa sadar aku pun sudah terbiasa dengan cara Dewa model sekarang. Sebagai perempuan, aku mencoba memahami ada dua perkara tentang hubunganku dengan Dewa. Perkara satu memang tak ada hakku memintanya terus menghubungiku, karena aku tak ada ikatan dengannya. Walau harus kuakui aku mulai nyaman atas sikapnya yang seolah memperhatikan. Kedua kesibukan Dewa memang berbeda dari waktu dulu, pria itu semakin sibuk dan matang. Dia bagaikan lelaki yang terlalu sulit tuk digapai tapi terlalu sayang untuk dilewatkan.Begitulah. Selalu tentang Dewa.Seperti biasa, pagi ini au memarkirkan Yolanda di tempat parkir seperti biasa. Aku memicingkan mata karena merasa aneh, tumben sudah jam 7 pagi tapi belum banyak orang yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Parents Day

    Gio jadi pendiam dan tidak banyak tingkah hari ini. Biasanya dia akan aktif meloncat ke sana dan ke sini tapi kali ini berbeda, wajahnya murung dan membisu seakan dikasih obat penenang atau semacamnya.Meski teman-teman seusianya sudah heboh mempersiapkan acara parents day yang akan dilaksanakan dua hari lagi, anehnya anak itu hanya berdiam diri. Parents day adalah hari spesial yang disiapkan oleh sekolah kami dalam rangka memperkuat ikatan orang tua dan anak. Tak bisa dipungkiri orang tua yang menitipkan anaknya pada kami, pada umumnya sibuk hingga tak jarang anak merasa kesepian ketika kembali ke rumah. Maka parents day adalah salah satu sarana untuk mendekatkan, dengan adanya perlombaan-perlombaan yang hampir diikuti oleh semua kelas. "Jadi siapa yang semangat buat parents day?" tanyaku sebelum menutup pelajaran. "Aku!""Aku Bu Guru!" Anak-anak menjawab dengan riuh, mereka saling menimpali satu sama lain sehingga membuatku tersenyum. Sayang, kebahagianku ada yang kuran

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Ciyee!

    Hari ini, hari parents day. Lapangan sekolah sudah sibuk dengan berbagai kegiatan tak terkecuali anak 1B. Sebagai wali kelas aku memakai celana training dan kaos muslimah. Semua orang sukacita, selaku panitia kami sangat bersyukur banyak orang tua yang biasanya tak hadir menyempatkan hadir. Lomba demi lomba sudah terlaksana, tinggal tarik tambang. Tarik tambang adalah perlombaan inti, karena yang maju ke babak final akan mendapatkan hadiah dari Kepala Sekolah langsung. Dan ini adalah perlombaan yang Gio dan Dewa ikuti. Aku memicing gelisah, sesekali melihat arloji karena Dewa belum juga datang. Padahal sebentar lagi kelas 1B akan bertanding dengan kelas 1A. Tarik tambang versi sekolah kami berbeda, bukan terdiri dari anak kecil atau dewasa saja tapi campuran anak dan orang tua yang mewakili masing-masing kelas. Aku mengelus puncak kepala Gio yang sedang memegang tanganku, mengalirkan energi tenang karena Gio juga mulai gelisah sepertiku yang sejak tadi melihat ke arah ger

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Lelaki misterius

    Lelah. Satu kata yang menyudahi pekerjaanku sore menjelang malam ini, akhirnya tumpukan alat-alat perlombaan sudah aku masukan semua ke dalam lemari perkakas. Hari ini meski lelah, aku merasa bahagia alhamdullilah selain harapan kami membentuk keakraban orang tua dan anak cukup berhasil, aku juga bersyukur kelasku mendapatkan juara lomba tarik tambang. Semua karena Dewa, pria itu selalu tahu cara menangani semua masalah walaupun dia sukses membuat aku ditertawakan. Aku memukul-mukul lenganku yang rasanya remuk. Bagaimana tidak? Selain lomba tarik tambang, Bu Welly selaku penanggung jawab dari semua perlombaan masih saja menyuruhku angkat ini dan itu. Dan pekerjaan terakhir yang dia berikan adalah aku diminta membereskan semua alat-alat habis lomba parents day.Aku bingung, sebenarnya aku ini guru apa pembantu umum? Aneh. Kalau begini, rasanya malas untuk melakukan apapun lagi. Pinginnya tiduran dan pulang ke rumah secepatnya. "Nia, pulang yu! Udah kan?" tanya Pipit yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Perang Dingin

    Dulu aku mengira, saat sahabat sekaligus saudaranya menikah aku akan berada di samping Dewa tapi nyatanya kini berbeda karena Ibu melarang ku pergi bersama Dewa. Mungkin Ibu masih trauma karena dulu aku sempat mati rasa dan dikecewakan karena Dewa.Ah, inilah hal yang sulit aku dapatkan dari Ibu yaitu ... restu.Aku duduk diam di sebelah Dimas yang sedang menyetir. Sesekali matanya menatapku namun seperti biasa aku pura-pura melihat ke arah lain. Canggung. Sejujurnya aku sudah menolak agar dia tidak datang menjemputku, namun dukungan ibu membuat penolakanku sia-sia terlebih setelah tahu kami datang ke acara yang sama, yaitu pernikahan Rena, adiknya Dewa. Selama di dalam mobil kami hanya diam, aku seakan tak berniat membicarakan apapun dengan Dimas. Mungkin kali ini aku terlalu malas untuk bersikap sok manis atau mungkin aku takut jika Dewa melihat kami maka akan salah paham, entahlah yang jelas sedari tadi perasaanku tak tenang sama sekali. Tapi terlepas dari itu semua, aku

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Berantem

    "Alhamdullilah!" Aku menepuk perut berulang kali karena terasa lega. Tidak terbayang jika aku sedikit saja terlambat dalam mengeluarkan hajat besar mungkin saat ini aku sudah menahan malu. Heran juga, perutku ini bisa merespon cepat ketika melihat siluman bernama Maura di depanku. Ya, mulai hari ini aku akan menyebutnya siluman soalnya semenjak aku memergokinya ngobrol dengan Andro, aku benar-benar semakin benci padanya. Setelah aku memastikan semua selesai, rapih dan bersih. Aku bersiap membuka kenop pintu, namun tiba-tiba tanganku tiba-tiba seakan dipaku saat suara wanita terdengar menjelek-jelekan kedua nama yang sangat aku kenal. "Iya, Gio itu anak haram kan ya? Kasian Rena, dia punya keponakan hasil dari zinah!" Sebuah suara terdengar sangat pongah menyapa telingaku. "Iya, gak nyangka ya Dewa ganteng-ganteng dulunya ih!" timpal suara lain. Mendengar obrolan mereka, rasanya ingin aku langsung keluar dan menampar mulutnya. Tapi, aku masih tahan diri, menunggu apa yan

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Ancaman

    Aku terkesiap, tak menyangka masalahnya seserius ini. Berkali-kali aku merasakan tanganku gemetar karena mendengar bentakan mereka tapi aku berusaha terlihat senormal mungkin, meski tetap saja gagal karena tanganku selalu bergetar jika sedang cemas."Maaf, tapi saya kira di sini ada kesalah-pahaman, saya juga tidak tahu kalau masalah tentang calon istri Dew--""Diam kamu! Kamu itu guru, kelakukan kaya anak TK! Harusnya kamu gak usah sok jadi pahlawan membela anak saya! Lebih baik kamu jauhi Dewa jangan dekati dia!""Ayah!" Suara Dewa menggelegar membuat Pak Breno kembali menatapnya dengan penuh kemarahan.Aku langsung bungkam, jiwaku sungguh meradang sekarang tetapi sekuat tenaga aku tahan. Jujur aku tak menyangka penghinaan Pak Breno belum berakhir, aku cengkram erat rokku menekan gejolak luka yang menghentak."Kenapa? Guru mana yang kelakuannya kaya berandal! Dia tidak pantas buat kamu Dewa! Dia itu tak mencintai kamu, ayah tahu dia kan yang membatalkan pernikahan dengan Di

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15
  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Lamaran

    Aku menyusuri jalan terotoar dengan tergesa, entah kenapa sepanjang aku berjalan aku merasa di awasi. Meski hati remuk dan jiwa berkecamuk aku harus tetap waspada pada malam hari. Sesekali aku menengok ke belakang, tapi kosong. Agh, sudahlah! Mungkin perasaanku saja. Aku menghela napas, mungkin karena kejadian buruk akhir-akhir ini, psikisku terpengaruh. Lagian tak mungkin ada hantu meskipun aku tak tahu ini jam berapa. Aku kembali berjalan menenteng high heels. Sejak tadi aku memang memilih berjalan tanpa alas kaki karena tak terbiasa pakai sepatu tinggi.Seraya berjalan, mataku berkali-kali mencari ke kanan dan ke kiri, tak ada satupun kendaraan umum yang lewat. Dalam kondisi ini, aku menyesalkan hapeku yang mati total."Dasar bodoh!"Aku mengumpat bete. Dalam hati aku merutuk karena telah berani mengambil jalan yang asing. Maklum, selama di Jakarta kerjaanku ya bekerja dan sudah lama tidak berkeliling Jakarta. Apalagi Jakarta itu luas, aku takut kesasar.Andai aku tadi menerima t

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15

Bab terbaru

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Keluarga Cemara (Tamat)

    Sebagai wanita yang baru merasakan kehamilan kedua yang kembar, aku melewatinya dengan susah payah, belum lagi akhir-akhir ini Gio minta perhatian lebih. Namun, meski agak memusingkan, sebagai Mamah idaman baginya aku harus bisa membagi perhatianku secara adil. Kalau kata Mamahku Gio berbuat begitu karena tahu dia mau punya adik. Jadi agak manja, tak seperti Mamah yang kian hari kian menerima keberadaan Dewa setelah aku hamil tentunya. Melihat Dewa yang begitu menyayangiku, Mamah yang semula meragukan akhirnya luruh. Namun, sebaliknya aku yang lebih suka emosian pada Dewa. Selain karena perubahan moodku juga sikap Gio, kurasa ada yang berbeda juga pada Dewa. Entah mengapa sekarang dia lebih posesif dan hal itu membuat aku pun lebih merasa dimanjakan dan dilindungi.Maklumlah sebelumnya dia kan sibuk, ada aja yang ia kerjakan saking banyaknya job yang ia ambil tapi semenjak aku hamil dia mulai mengurangi aktivitas. Dewa lebih sering bersamaku meski sesekali sibuk sama urusan klinik.

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Hamil (Versi Ramadhan)

    Malam itu, sepulangnya menitipkan Gio ke Rena, Dewa bukannya mengajakku pulang ke rumah untuk meeting seperti rencana. Dia malah membelokkan mobilnya ke arah bandara, seakan berada dalam penculikan aku bertanya macam-macam pada Dewa takut kalau Gio mencari kami kalau kami ke luar kota atau ke luar negeri sekarang ini. "Udah gak apa-apa, namanya juga bulan madu jangan khawatir oke?" jawab Dewa ketika aku terus bertanya akan dibawa kemana. "Tapi kan gimana kalau Gio nyariin?" cecarku tak puas. Dewa tidak menjawab, dia hanya tersenyum penuh misteri membuatku malas bertanya lagi. Takutnya, nanti aku malah diturunin di tengah jalan lagi, padahal masih pengantin baru. Sampai di Bandara, barulah Dewa menjelaskan maksudnya mengajakku ke Bandara adalah karena kami akan ke Bali. Kebetulan, ada temannya yang mengundang kami datang ke nikahan mereka sekalian katanya ini adalah moment yang pas untuk kami berbulan madu. Mendengar penjelasannya, hatiku diam-diam bersorak bahagia. Sepanjang perj

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Bulan Madu

    Bulan madu bagi pengantin baru itu, sebenarnya keniscayaan. Semenjak kami memiliki Beby Sitter cadangan yaitu Rena dan suaminya, kami bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama.Saat itu, malam minggu hampir tengah malam. Setelah perjalanan jauh mengeliling kota Yogya. Dewa sudah semangat menebar senyuman bahagia, kali ini kami benar-benar berniat beribadah. Masih ada waktu sebelum subuh tiba. Aku lebih dulu masuk ke kamar mandi, bukan karena aku tidak bisa menahan diri untuk melakukan hal istimewa itu tapi rasanya sepanjang hari ini badanku lengket, sehingga aku tak sabar untuk mandi. Aku sengaja memakai sampo terbaik yang aku punya, semata-mata agar Dewa merasa bahagia apabila nanti kami bersentuhan. Senyum merekah setiap aku memulaskan sampo dan conditioner. Inilah saatnya, perjanjian langit dan bumi beradu dalam tatap dan sentuhan halal. Di antara aktivitasku yang sedang membersihkan diri, tiba-tiba aku mendengar pintu kamar mandi diketuk. Kubuka selot kamar mandi lalu me

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Malam Pertama

    Layaknya orang bodoh. Aku memastikan pintu kamar tertutup sempurna. Sengaja aku mendahului Dewa untuk pergi ke kamar pengantin lebih dulu.Entah kenapa sepanjang resepsi aku berasa sangat gerah dan tubuhku rasanya sangat berat. Sepertinya aku mulai merasa pikiran dan hatiku mulai tidak konsen.Aneh. Setiap melihat ke arah Dewa seolah waktu berhenti dan semua gerakan tubuhnya menjadi provokasi untukku. Ya Salam! Aku mengambil wudhu untuk menenangkan hatiku yang tak tenang. Apakah ini efek malam pertama? Jika iya, mungkin aku sedang terkena syndromnya.Cukup lama aku melakukan bersih-bersih di dalam kamar mandi. Semua tak ada yang terlewat aku bersihkan, dari mulai tubuh sampai rambut hingga akhirnya selesai Aku pun keluar setelah berganti baju dengan piyama. Karena rambutku masih basah, kuputuskan untuk mengeringkan rambut sambil menikmati suasana pemandangan malam di balkon hotel.Harus kuakui selera Dewa memang sama denganku, kami sama-sama suka hotel yang berada di ketinggian. L

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Nikah

    "Saya terima nikah dan kawinnya Annisa Zania binti Raihan Akbari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!""Bagaimana sah?""Sah!"Alhamdullilah. Aku menyusut air mata yang mengalir dari sudut pipi.Kalimat perjanjian dunia-akhirat itu akhirnya terucap lancar dari mulut Dewa. Haru, syahdu dan mendebarkan.Suara-suara doa serempak terdengar memenuhi ruangan tempat akad dilaksanakan. Perlahan aku menoleh ke arah Ibu yang tengah menatap datar dengan rona yang sulit dibaca. Aku tahu Ibu masih belum ikhlas melihat aku menikah dengan Dewa tapi dikarenakan Dewa berjanji tidak akan mengecewakanku dan memohon demi kesehatan Gio, akhirnya Mamah menyerah. Mungkin mereka tak menyangka akhirnya bisa mengantarkan anaknya ke jenjang perkawinan. Satu beban yang paling berat pun teralih sudah. "Papa! Bunda!"Gio yang kini telah sehat langsung berlari ke arahku dan Dewa. Kedua tangan mungilnya dengan bahagia memeluk kami berdua. Kurasa tiada yang lebih indah dari ini, menyaksikan Dewa dan Gio berada

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Keputusan Terbaik

    Pandangan taman rumah sakit di hadapan kami sore ini sama sekali tak menolong aku dan Dewa yang terjebak dalam hening. Pria itu terus menatapku, saat aku dan dia tengah duduk dengan posisi saling menyerong di kursi panjang yang tepat berada di bawah pohon akasia nan rindang ini.Tatapan Dewa seakan ingin menghitung setiap inci wajahku, saking lamanya dia memandang tanpa berbicara. Tanpa ada suara, hanya matanya yang mengatakan satu kata, 'cemas'. Begitulah yang kutangkap, sebuah rasa yang sama dengan yang aku punya.Akhirnya aku pura-pura jengah, jika hanya saling terdiam. "Jika Mas tidak mau menjelaskan kenapa tadi tiba-tiba melamar saya? Lebih baik saya langsung ke kamar rawat Gio karena itulah tujuan saya ke sini," ucapku menekannya karena bingung mengapa dia mencegah aku menemui Gio. Aku hampir saja beranjak ketika suara Dewa terdengar."Semua karena Gio, Nia," potongnya cepat untuk menahan tubuhku beranjak dari kursi. Aku berdecak sambil membuang muka ke arah lain. Hening

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Syok

    Aku berbicara dengan Dimas ketika Bu Naya sudah pergi keluar sekolah. Selesai mengucapkan terima kasih, tinggallah aku dengan Dimas yang masih menunggu di samping ruang guru.Dengan langkah gontai aku terus mendekat ke arah Dimas. Jujur, aku lagi malas banget ngobrol sama Dimas, terlebih pas dia bilang kangen di depan Bu Naya yang notabene berpihak pada Dewa.Bagaimana jika Bu Naya bilang sama Dewa? Kan kacau balau."Sebenarnya apa maksud kamu datang ke sini?" tanyaku to the point. Tak kuduga semalam ini aku melihat mantan lelaki yang akan menikahiku itu sekarang tengah berdiri dengan wajah sayu, memandangku.Dimas menengokkan kepala untuk melihatku."Sudah kubilang kan, aku kangen," ucap Dimas seraya berdiri dan lalu menghampiriku. "Sudah lama, ya kita gak ketemu, kalau kamu kangen gak?" godanya menyebalkan. Aku lihat wajah Dimas begitu kacau seolah dia memiliki persoalan yang berat. Melihatnya begini, aku jadi ingat ucapan Bu Tia dan diam-diam jadi merasa bersalah tapi hatiku tak b

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Overthingking

    Esok harinya, aku berangkat kerja dengan perasaan tak menentu, terlebih kepalaku rasanya berat sekali seolah ada bata yang ditimpakan ke atasnya. Mungkin ini terjadi akibat semalam aku benar-benar gak bisa tidur, pertemuan dengan Dewa di sore hari dan rasa bersalah padanya telah membuatku overthingking."Nia, sekarang saya hanya bisa memberi kamu waktu untuk kembali percaya sama saya. Saya tahu kamu mungkin belum sepenuhnya memaafkan dan saya juga tidak perduli kamu menolak atau tidak. Tapi, ada hal yang kamu harus tahu. Tidak ada lelaki yang bisa mencintai kamu sedalam dan sekuat saya."Sekali lagi, ucapan Dewa sebelum aku pergi dari ruangannya terngiang di benak. Lelaki itu mengatakan hal tersebut dengan nada penuh penekanan membuatku semakin merasa bersalah. "Ya Allah." Aku mendesah sambil terus menatap kosong ke arah lorong sekolah yang menuju ruang guru. Akibat memikirkan hal itu, aku jadi lama berjalan. Beruntung, hari ini kelas gak banyak jadi aku bisa bersantai dulu karena j

  • Bu Guru, Ada Salam Dari Papa!   Perasaan

    Dari : Pipit [Bu Nia, kamu dipanggil lagi ke ruangan Bu Tia?] Dari : Lea [Bu Nia, gak nyangka ternyata kamu nolak Pak Dewa, ya ampun! Sungguh terlalu tapi gak apa-apa bagus biar saya ada peluang. ] Fr: Silvi [Iya bener, aku juga mau dong ngantri. Biar Bu Nia mah sama Pak Dimas aja gakgakgak.] "Astaghfirullah!"Aku beristighfar melihat tiga chat yang mampir ke ponselku sore ini. Benar-benar ya gosip di kalangan para guru dan wali murid SD itu menakutkan. Jujur, aku tidak paham dari mana mereka tahu perihal aku yang menolak Dewa, sebab perasaan kemarin malam gak ada siapa-siapa.Apa mungkin Dewa yang melakukannya? Ah, tidak mungkin, Dewa bukan tipe orang yang suka membocorkan masalah pribadi."Oh, ya Allah! Tolong!" Aku mendesah lelah. Sore ini sesuai janjiku pada Bu Tia, dengan semangat 45 aku mendatangi kantor Dewa dan beruntungnya menurut sekretaris Dewa, katanya Dewa masih ada di dalam ruangannya. Lalu, di sinilah aku, berdiri dengan dada yang berdebar dan perasaan yang tak

DMCA.com Protection Status