Share

Bimasena

Penulis: Lalita Rhea
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-08 18:44:26

Ia masih pada posisinya semula, tertelungkup di atas kasur dengan mulut menganga. Suara dengkurannya yang kencang, seakan meredam suara jam weker yang berisik.

Sebuah ketukan pintu yang menyerupai gedoran, seketika membuat kedua mata pria itu terbuka seketika.

Dengan mata masih setengah terpicing, ia meraih jam weker yang membuat gaduh tersebut, dan mematikannya.

"Ya ampun. Baru juga tidur sebentar. Udah pagi lagi," keluhnya pelan.

Ia lantas menggeliat. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Ia baru bisa tidur jam tiga pagi, dan harus bangun jam enam pagi. Sungguh sangat menyiksa hanya bisa tidur tiga jam setelah seharian sibuk bekerja.

"Bima!"

Dari luar terdengar lagi ketukan pintu dan seseorang yang memanggil namanya. Meskipun dengan perasaan enggan, ia memaksa dirinya untuk bangun dan membuka pintu.

"Iya, ya. Aku sudah bangun!" sahutnya, ketika ia membuka pintu untuk seseorang yang sudah membangunkannya.

Seorang pria berkulit putih dan bermata sipit, sudah berdiri di depan pintu kamar Bima. Pria itu mengernyit ketika mendapati pria yang baru dua minggu direkrut bekerja sebagai pengawal di kediaman Anthony Huang, masih dalam keadaan acak-acakan. Sangat jauh berbanding terbalik dengan penampilan pria sipit yang sudah rapi dengan stelan jas abu-abu dan juga berdasi.

"Bima, hari ini jadwal Pak Anthony berangkat setengah tujuh pagi. Lebih cepat dari biasanya, karena beliau akan pergi keluar kota!" ucap pria itu sambil menatap Bima dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Sekarang sudah jam enam lewat. Cepatlah bersiap! Kau hanya punya waktu dua puluh menit untuk mandi dan berpakaian."

Bima terbelalak. Kepalanya langsung pusing mendengar ucapan pria di depannya.

"Kenapa tidak memberitahuku dari kemarin soal jadwal Pak Anthony yang dipercepat? Ya Tuhan!" Bima mengeluh. "Aku baru pulang jam satu dini hari untuk menjaga Mbak Gabby, dan baru bisa tidur jam tiga pagi!"

Pria bernama Li Jiao Long yang jadi asisten kepercayaan sang tuan, langsung menyipitkan matanya.

"Maksudmu apa? Nona Gabby pulang sampai dini hari?" Ia lantas menggelengkan kepalanya. "Padahal peraturan di rumah ini sudah sangat jelas. Nona tidak boleh pulang lewat dari tengah malam."

"Sudahlah. Bakal panjang ceritanya. Aku akan segera bersiap dalam lima belas menit!"

Sebelum Jiao Long menjawab perkataanya, Bima segera menutup pintu dan berlari ke kamar mandi. Ia harus benar-benar bergegas. Meskipun hanya mandi dengan waktu yang sangat terbatas, tapi lima belas menit kemudian, pria itu sudah rapi dengan jas hitam dan juga dasi, serta rambut yang tertata rapi.

Dua puluh menit yang diberikan oleh Jiao Long, benar-benar dipergunakan Bima dengan baik. Lima belas menit untuk mandi dan bersiap, lalu sisanya ia gunakan untuk minum kopi hangat dan juga setumpuk sandwich sebagai sarapan, yang langsung dihabiskannya dalam beberapa gigitan.

Pukul setengah tujuh tepat. Saat Anthony Huang keluar dari rumahnya dan berjalan menuju mobil, Bima sudah nyaris menghabiskan sandwich miliknya.

Sewaktu Anthony Huang masuk ke dalam mobil, Bima bergegas menyusul diikuti oleh Jiao Long. Bima yang hari itu menjadi pengawal sekaligus merangkap menjadi supir, kini duduk bersebelahan dengan Jiao Long di kursi depan. Sedangkan sang tuan berada di kursi belakang, sibuk dengan tabletnya.

"Kau yakin bisa mengemudikan mobil seperti ini?" tanya Jiao Long.

"Memangnya kenapa? Semua juga bisa mengendarai mobil seperti ini!" jawab Bima, seakan meremehkan.

Mulut Jiao Long terbuka, kemudian menutup lagi.

"Kau pasti bercanda," sindir pria bermata sipit tersebut.

"Aku serius. Jangankan Mercy. Mobil damkar pun aku bisa mengemudikannya!" sahut Bima lagi.

Baru saja Jiao Long hendak mendebat perkataan Bima, tapi suara deheman sang tuan, seakan memberi isyarat agar mereka diam.

Tak ada satupun yang ingin memulai percakapan di dalam mobil yang tengah melaju kencang. Bima betul-betul berkonsentrasi saat mengemudi.

Awalnya Jiao Long tak begitu memperhatikan. Tapi ketika tanpa sengaja ia menengok ke arah Bima, tiba-tiba saja ia bisa melihat bercak merah di kulit leher pria itu.

Demi apapun juga, Jiao Long yakin jika itu bukanlah gatal atau penyakit kulit. Jelas-jelas itu adalah kissmark yang cukup terlihat.

Merasa canggung dengan dugaannya, Jiao Long segera mengalihkan pandangannya dari leher Bima. Ia lantas berpikir keras. Bukankah kemarin malam Bima ditugaskan untuk menjaga sang nona menghadiri pesta?

Lalu jika Bima bersama dengan Gabby, apa mungkin itu perbuatan putri sang tuan?

Jiao Long menggeleng. Ia yakin Gabriella Huang tak akan sebinal itu. Ia merupakan gadis baik-baik dari keluarga terhormat.

Namun, ketika Jiao Long sudah yakin dengan pikirannya, tiba-tiba saja dugaan yang lain kembali datang menghampiri.

Bukankah tadi Bima bilang jika Gabriella dan Bima pulang sampai melewati tengah malam?

Rasanya itu sangatlah aneh.

Sekali lagi Jiao Long menatap Bima yang tak menyadari jika tengah diperhatikan dengan seksama. Ia penasaran pada pemuda itu. Pemuda yang telah menyelamatkan sang tuan dari bahaya saat terjebak di situasi yang genting.

Bima mengaku tinggal di jalanan dan hidup dari menjadi tukang panggul di pasar. Namun ketika harus mengemudi mobil mewah sekelas Mercedes Benz, dia sama sekali tak terlihat bingung maupun canggung.

Jiao Long merasa jika Bima sangatlah misterius.

******

Tok tok tok..

Suara ketukan pintu seakan sayup-sayup masuk ke telinga Gabby. Kelopak mata gadis itu mulai bergerak-gerak sebelum akhirnya terbuka secara perlahan.

Rasa sakit yang berdenyut seketika datang menghantam ketika ia membuka mata.

Butuh beberapa saat untuk ia membiasakan dirinya dengan rasa sakit itu.

Setelah bisa sedikit mengatasi, ia lantas kembali membuka matanya sambil meringis.

Yang pertama kali ia lihat adalah tirai jendela berwarna putih merah muda, kemudian cat dinding berwarna putih dengan hiasan list pink di tepiannya.

Gabby baru menyadari jika saat ini ia sudah terbangun di dalam kamarnya sendiri.

"Aduh, kepalaku sakit," keluhnya pelan. Ia kemudian meraba-raba kasurnya, mencari sesuatu. "Mana handphoneku?"

Gadis itu akhirnya menyerah saat ia tak menemukan telepon genggam, yang biasanya  berada tak jauh darinya.

Ia berusaha menarik nafas dalam-dalam, agar oksigen bisa mengalir ke otaknya. Mungkin saja dengan menghirup oksigen yang banyak, bisa meredakan sedikit rasa sakit di kepala, serta rasa mual yang ia derita saat ini.

Sejurus kemudian matanya terbelalak ketika melihat jam dinding besar sudah bertengger diangkat 10.

"Ya Tuhan, aku bolos kuliah pagi. Sial!" makinya pelan sambil memukuli dahi.

Karena merasa sudah kepalang tanggung bolos, Gabby memutuskan untuk tidur kembali. Namun tiba-tiba, mata Gabby seketika terbuka lebar, terbelalak dan terbeliak. Percakapan mesum yang dilakukan antara dirinya dengan si bodyguard tampan tiba-tiba saja berputar-putar di kepalanya yang mungil.

"Apa-apaan ini!" jerit Gabby merasa jijik.

Gadis itu lantas terdiam. Ia sedang mengingat-ingat siapa lelaki yang semalam bicara sangat cabul pada gadis terhormat seperti dirinya.

Sungguh sebuah penghinaan!

"Dasar lelaki mesum! Otak kotor! Nggak berpendidikan! Bisa-bisanya merayu perempuan yang lagi mabuk! Brengsek!" maki Gabby lagi, saat percakapan yang lain kembali melintas di otaknya.

Ia kemudian berusaha untuk bangun, dan menyingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya. Namun, tiba-tiba saja Gabby menyadari jika saat itu ia hanya mengenakan celana dalam tanpa bra di balik selimutnya.

"Awwww!!! Ya ampun!" Gabby berteriak histeris.

Semuanya sudah jelas. Ada yang mengambil keuntungan atas kesusahannya kemarin.

Buktinya adalah percakapan cabul yang dilakukan antara ia dan pria itu. Lalu pagi ini, ia terbangun dengan keadaan setengah bugil.

Bukti apalagi yang bisa mematahkan dugaannya?

Semuanya sudah terbukti!

Gabby lantas menangis terisak-isak. Ia merasa dilecehkan.

Tubuhnya semakin menggigil ketika ingatan kejadian hari kemarin terpampang jelas di depan matanya.

Ia harus mencari Maxwell Douglas untuk membalaskan sakit hatinya, lalu mencari sang bodyguard bernama Bima yang sudah berani melecehkannya. 

Bab terkait

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Kau Harus Tanggung Jawab!

    Gabby tidur seharian untuk menghilangkan efek mabuknya. Ia benar-benar bangun di sore hari, dan merasa jika tubuhnya lebih segar. Jauh berbeda dari sebelumnya."Aku harus bertemu dengan lelaki mesum itu! Dia pasti sudah mengambil kesempatan saat aku sedang mabuk!" gumam Gabby.Selain Maxwell dan teman-temannya, Gabby juga menaruh dendam pada pria yang jadi pengawalnya tersebut.Ingatannya pada kejadian Maxwell sangat jelas. Sedangkan ingatannya tentang Bima, rasanya samar-samar. Ingatan samar tentang sebuah ciuman yang membuatnya dimabuk kepayang. Sebuah ciuman yang mampu pikirannya kosong dan tubuhnya semakin terbakar."Ya ampun! Apa yang sudah dia lakukan padaku?!" pekik gadis itu, merasa malu dan terhina.Selain sudah menciumnya, Gabby yakin jika pria itu juga yang sudah melucuti bajunya ketika ia mabuk.Ia lantas menggeram marah. Pengawalnya memang harus diberi pelajaran tentang sopan santun!Setelah mandi dan merapikan diri, Gabby bergegas turun ke lantai satu. Tak ada siapapu

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-10
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Apa Yang Kau Lakukan Padaku?

    "Iya. Saat ini aku sedang jauh dari rumah," ucap Bima, ketika seseorang di seberang sambungan sana mulai menangis.Bima menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal. Ia paling tidak tega jika seseorang yang sedang bicara dengannya itu mulai menangis. Pria itu lantas menarik nafas panjang. Tatapannya menerawang ke arah taman samping, yang terlihat dari arah dapur. Sebelah tangannya masuk ke dalam saku celana, sedangkan satunya lagi masih memegangi ponsel yang di dekatkan ke telinga."Nanti jika waktu sudah tiba, aku pasti a—""Mas Bima! Kau harus tanggung jawab!" Bima segera memutar tubuhnya ke arah seseorang yang baru saja berteriak tepat di belakangnya.Ia melihat sang nona yang kemarin malam sudah berhasil membuatnya tak bisa tidur hingga jam tiga dinihari, tengah berdiri dengan tampang galak.Dahi Bima mengernyit bingung."Tanggung jawab? Tanggung jawab apa?" tanya pria itu yang sempat terkaget-kaget karena perkataan Gabby barusan.Gabby melangkah satu kali agar lebih de

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-12
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Bima Dan Tanda Merah Di Leher

    Bima menatap Jiao Long dengan tatapan bertanya-tanya.Jiao Long yang merasa jika ia tengah diperhatikan oleh seseorang, seketika menolehkan kepala."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya pria bermata sipit, yang jadi tangan kanan dan orang kepercayaannya Anthony Huang.Bima berjalan pelan ke meja makan khusus para pekerja di rumah itu. "Tumben kau tidak membangunkanku pagi ini. Kenapa? Kau terlambat bangun?" tanya Bima.Tangannya mengambil sebuah piring, dan mengambil telor orak arik dan dua tangkup roti.Li Jiao Long hanya melirik sekilas pada Bima. dan kembali menatap laptop yang ada di depannya."Bapak hari ini ingin istirahat di rumah. Katanya beliau kurang fit hari ini," sahut Jiao Long, sambil menyesap kopi luwak kesukaannya.Bima tersenyum. Jika hari ini Anthony Huang tidak kemana-mana, berarti ia pun hanya akan berdiam diri di rumah."Kalau begitu, hari ini aku bebas tugas?" tanya Bima, sambil mengunyah roti dengan telor orak-arik yang jadi menu sarapannya.Jiao Long mengg

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-15
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Jebakan untuk Nona Muda

    "Ayo, habiskan Gabby! Cepatlah kau habiskan!" Teriakan lantang seorang pria tiba-tiba memenuhi ruangan dengan lampukelap-kelip di dalam club. Pria itu berdiri sembari menjambak rambut seoranggadis muda, dan memaksanya untuk menenggak satu gelas alkohol yang sudahdisiapkan sejak tadi. Gadis yang bernama Gabriella Huang itu terbatuk-batuk dan menangis,ketika kerongkongannya serasa terbakar akibat minuman keras yang terpaksa harusia telan.Di sofa, seorang pria lain yang sedari tadi menatap ke arah sang wanitadan juga teman-temannya, hanya bisa tertawa melihat Gabby yang tersiksa. Entahmengapa, pria itu terlihat sangat puas bisa mempermainkan putri sulung darimusuh bebuyutan ayahnya.Manik biru dari pria campuran Australia-Indonesia bernama MaxwellDouglas itu seketika menggelap kala melihat gaun pesta yang dikenakan oleh sangwanita, mulai basah karena alkohol.Sementara Gabby, hanya bisa meringkuk di dekat sofa. Gadis itu berusahamenahan sakit yang mulai menjalar ke kepala,

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Sentuh Aku!

    "Kalian tak mengerti ucapanku?" tanya pria itu sekali lagi. Wajahnyayang tampan serta rahangnya yang kuat kini mengeras.Melihat kedatangan tamu tak diundang itu, Maxwell dan teman-temannya hanyabisa saling pandang, sebelum akhirnya tertawa meremehkan."Hei, kau. Ini bukan urusanmu! Memangnya siapa kau? Premankampungan? Gak usah ikut campur, yang ada kau yang cari mati sama kita!"tukas salah seorang pemuda yang saat itu kebagian memegangi tangan kiri Gabby.Tatapan mata Bima semakin gelap dan penuh kemarahan, ketika melihatkeadaan sang nona yang sudah tak karuan. Apalagi saat melihat sebelahtangan Maxwell berada di dalam gaun pesta Gabby, makin membuat pria itumeradang.Dia memang tak seharusnya meninggalkan Gabby sendirian. Memang,kedatangannya sebagai bodyguard pribadi untuk anak bosnya terkesan mendadak,sehingga membuat gadis itu tak begitu suka dengannya, dan memaksanya untuk takikut di dalam. Tapi, dia tak menyangka, jika dirinya justru akan menyaksikangadis yang sehar

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Ke Hotel?!

    “Sentuh aku sekarang juga!” Gadis cantik itu merayunya dengan tatapan mata sendu, membuat Bima merasa jantungnya seakan ingin meledak. "Mbak, jangan! Bahaya, Mbak! Mending Mbak diam dulu sampai saya antar pulang, ya!?" sahut Bima dengan gugup. Wajah pria itu memerah saat telapak tangan Gabriella yang lentik, menjalari pahanya dan berhenti tepat di tengah-tengah gundukan yang tersembunyi dalam celana. "Pulang? Jangan pulang, Mas! Nanti ada orang rumah yang lihat," tolak gadis yang tengah mabuk itu, sambil mengusap-usap gundukan yang awalnya tenang, kini mulai menunjukkan eksistensinya. "Mbak! Tangannya tolong dijaga! Saya jadi nggak bisa fokus nyetir!" hardik Bima, mulai tak bisa mengontrol emosinya ketika tangan Gabby sengaja berlalu lalang di sekitar area pribadi miliknya. "Ayolah, Kak Bima. Tolong aku!" rengek Gabby, yang sudah tak bisa lagi mengontrol hasratnya. Bima mendesah berat. Ia kesal bukan kepalang. Pikirannya buyar, konsentrasinya terpecah. Ia yang sedang menyetir, h

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Jebakan Untuk Gabby

    Akhirnya setengah jam kemudian, Bima merasa jika penderitaannya akan segera berakhir. Rumah kediaman keluarga Huang yang megah bak istana, sudah tak jauh lagi."Mbak Gabby, sudah sampai. Ayo saya bantu turun!" ucap Bima sebelum ia membuka pintu di samping kemudi."Aku mau digendong!" Gabby merengek dengan nada manja.Bima hanya mendesah saat mendengar permintaan sang nona muda. Dengan hati-hati, ia lantas membuka pintu mobil dekat Gabby, dan meraih tubuh sintal itu dalam rengkuhannya.Setiap kali kulit Gabby bergesekan dengan kulit Bima, maka efek obat itu semakin meletup-letup. Gabby mengalungkan kedua lengannya pada leher Bima, dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang dan berotot tersebut."Mbak Gabby diem ya! Jangan aneh-aneh. Nanti kalo saya gagal fokus, kita berdua bisa nyungsep!" bisik Bima dekat dengan telinga Gabby.Suasana rumah yang sudah sepi dan temaram, membuat Bima harus hati-hati melangkah sambil membawa bobot tubuh Gabby di kedua lengannya. Pada pukul satu dini har

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08

Bab terbaru

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Bima Dan Tanda Merah Di Leher

    Bima menatap Jiao Long dengan tatapan bertanya-tanya.Jiao Long yang merasa jika ia tengah diperhatikan oleh seseorang, seketika menolehkan kepala."Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya pria bermata sipit, yang jadi tangan kanan dan orang kepercayaannya Anthony Huang.Bima berjalan pelan ke meja makan khusus para pekerja di rumah itu. "Tumben kau tidak membangunkanku pagi ini. Kenapa? Kau terlambat bangun?" tanya Bima.Tangannya mengambil sebuah piring, dan mengambil telor orak arik dan dua tangkup roti.Li Jiao Long hanya melirik sekilas pada Bima. dan kembali menatap laptop yang ada di depannya."Bapak hari ini ingin istirahat di rumah. Katanya beliau kurang fit hari ini," sahut Jiao Long, sambil menyesap kopi luwak kesukaannya.Bima tersenyum. Jika hari ini Anthony Huang tidak kemana-mana, berarti ia pun hanya akan berdiam diri di rumah."Kalau begitu, hari ini aku bebas tugas?" tanya Bima, sambil mengunyah roti dengan telor orak-arik yang jadi menu sarapannya.Jiao Long mengg

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Apa Yang Kau Lakukan Padaku?

    "Iya. Saat ini aku sedang jauh dari rumah," ucap Bima, ketika seseorang di seberang sambungan sana mulai menangis.Bima menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal. Ia paling tidak tega jika seseorang yang sedang bicara dengannya itu mulai menangis. Pria itu lantas menarik nafas panjang. Tatapannya menerawang ke arah taman samping, yang terlihat dari arah dapur. Sebelah tangannya masuk ke dalam saku celana, sedangkan satunya lagi masih memegangi ponsel yang di dekatkan ke telinga."Nanti jika waktu sudah tiba, aku pasti a—""Mas Bima! Kau harus tanggung jawab!" Bima segera memutar tubuhnya ke arah seseorang yang baru saja berteriak tepat di belakangnya.Ia melihat sang nona yang kemarin malam sudah berhasil membuatnya tak bisa tidur hingga jam tiga dinihari, tengah berdiri dengan tampang galak.Dahi Bima mengernyit bingung."Tanggung jawab? Tanggung jawab apa?" tanya pria itu yang sempat terkaget-kaget karena perkataan Gabby barusan.Gabby melangkah satu kali agar lebih de

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Kau Harus Tanggung Jawab!

    Gabby tidur seharian untuk menghilangkan efek mabuknya. Ia benar-benar bangun di sore hari, dan merasa jika tubuhnya lebih segar. Jauh berbeda dari sebelumnya."Aku harus bertemu dengan lelaki mesum itu! Dia pasti sudah mengambil kesempatan saat aku sedang mabuk!" gumam Gabby.Selain Maxwell dan teman-temannya, Gabby juga menaruh dendam pada pria yang jadi pengawalnya tersebut.Ingatannya pada kejadian Maxwell sangat jelas. Sedangkan ingatannya tentang Bima, rasanya samar-samar. Ingatan samar tentang sebuah ciuman yang membuatnya dimabuk kepayang. Sebuah ciuman yang mampu pikirannya kosong dan tubuhnya semakin terbakar."Ya ampun! Apa yang sudah dia lakukan padaku?!" pekik gadis itu, merasa malu dan terhina.Selain sudah menciumnya, Gabby yakin jika pria itu juga yang sudah melucuti bajunya ketika ia mabuk.Ia lantas menggeram marah. Pengawalnya memang harus diberi pelajaran tentang sopan santun!Setelah mandi dan merapikan diri, Gabby bergegas turun ke lantai satu. Tak ada siapapu

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Bimasena

    Ia masih pada posisinya semula, tertelungkup di atas kasur dengan mulutmenganga. Suara dengkurannya yang kencang, seakan meredam suara jam weker yangberisik.Sebuah ketukan pintu yang menyerupai gedoran, seketika membuat keduamata pria itu terbuka seketika.Dengan mata masih setengah terpicing, ia meraih jam weker yang membuatgaduh tersebut, dan mematikannya."Ya ampun. Baru juga tidur sebentar. Udah pagi lagi," keluhnyapelan.Ia lantas menggeliat. Merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Iabaru bisa tidur jam tiga pagi, dan harus bangun jam enam pagi. Sungguh sangatmenyiksa hanya bisa tidur tiga jam setelah seharian sibuk bekerja."Bima!" Dari luar terdengar lagi ketukan pintu dan seseorang yang memanggilnamanya. Meskipun dengan perasaan enggan, ia memaksa dirinya untuk bangun danmembuka pintu."Iya, ya. Aku sudah bangun!" sahutnya, ketika ia membuka pintuuntuk seseorang yang sudah membangunkannya.Seorang pria berkulit putih dan bermata sipit, sudah berdiri di depanp

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Jebakan Untuk Gabby

    Akhirnya setengah jam kemudian, Bima merasa jika penderitaannya akan segera berakhir. Rumah kediaman keluarga Huang yang megah bak istana, sudah tak jauh lagi."Mbak Gabby, sudah sampai. Ayo saya bantu turun!" ucap Bima sebelum ia membuka pintu di samping kemudi."Aku mau digendong!" Gabby merengek dengan nada manja.Bima hanya mendesah saat mendengar permintaan sang nona muda. Dengan hati-hati, ia lantas membuka pintu mobil dekat Gabby, dan meraih tubuh sintal itu dalam rengkuhannya.Setiap kali kulit Gabby bergesekan dengan kulit Bima, maka efek obat itu semakin meletup-letup. Gabby mengalungkan kedua lengannya pada leher Bima, dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang dan berotot tersebut."Mbak Gabby diem ya! Jangan aneh-aneh. Nanti kalo saya gagal fokus, kita berdua bisa nyungsep!" bisik Bima dekat dengan telinga Gabby.Suasana rumah yang sudah sepi dan temaram, membuat Bima harus hati-hati melangkah sambil membawa bobot tubuh Gabby di kedua lengannya. Pada pukul satu dini har

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Ke Hotel?!

    “Sentuh aku sekarang juga!” Gadis cantik itu merayunya dengan tatapan mata sendu, membuat Bima merasa jantungnya seakan ingin meledak. "Mbak, jangan! Bahaya, Mbak! Mending Mbak diam dulu sampai saya antar pulang, ya!?" sahut Bima dengan gugup. Wajah pria itu memerah saat telapak tangan Gabriella yang lentik, menjalari pahanya dan berhenti tepat di tengah-tengah gundukan yang tersembunyi dalam celana. "Pulang? Jangan pulang, Mas! Nanti ada orang rumah yang lihat," tolak gadis yang tengah mabuk itu, sambil mengusap-usap gundukan yang awalnya tenang, kini mulai menunjukkan eksistensinya. "Mbak! Tangannya tolong dijaga! Saya jadi nggak bisa fokus nyetir!" hardik Bima, mulai tak bisa mengontrol emosinya ketika tangan Gabby sengaja berlalu lalang di sekitar area pribadi miliknya. "Ayolah, Kak Bima. Tolong aku!" rengek Gabby, yang sudah tak bisa lagi mengontrol hasratnya. Bima mendesah berat. Ia kesal bukan kepalang. Pikirannya buyar, konsentrasinya terpecah. Ia yang sedang menyetir, h

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Sentuh Aku!

    "Kalian tak mengerti ucapanku?" tanya pria itu sekali lagi. Wajahnyayang tampan serta rahangnya yang kuat kini mengeras.Melihat kedatangan tamu tak diundang itu, Maxwell dan teman-temannya hanyabisa saling pandang, sebelum akhirnya tertawa meremehkan."Hei, kau. Ini bukan urusanmu! Memangnya siapa kau? Premankampungan? Gak usah ikut campur, yang ada kau yang cari mati sama kita!"tukas salah seorang pemuda yang saat itu kebagian memegangi tangan kiri Gabby.Tatapan mata Bima semakin gelap dan penuh kemarahan, ketika melihatkeadaan sang nona yang sudah tak karuan. Apalagi saat melihat sebelahtangan Maxwell berada di dalam gaun pesta Gabby, makin membuat pria itumeradang.Dia memang tak seharusnya meninggalkan Gabby sendirian. Memang,kedatangannya sebagai bodyguard pribadi untuk anak bosnya terkesan mendadak,sehingga membuat gadis itu tak begitu suka dengannya, dan memaksanya untuk takikut di dalam. Tapi, dia tak menyangka, jika dirinya justru akan menyaksikangadis yang sehar

  • Bodyguard Tampan Ternyata Milyarder    Jebakan untuk Nona Muda

    "Ayo, habiskan Gabby! Cepatlah kau habiskan!" Teriakan lantang seorang pria tiba-tiba memenuhi ruangan dengan lampukelap-kelip di dalam club. Pria itu berdiri sembari menjambak rambut seoranggadis muda, dan memaksanya untuk menenggak satu gelas alkohol yang sudahdisiapkan sejak tadi. Gadis yang bernama Gabriella Huang itu terbatuk-batuk dan menangis,ketika kerongkongannya serasa terbakar akibat minuman keras yang terpaksa harusia telan.Di sofa, seorang pria lain yang sedari tadi menatap ke arah sang wanitadan juga teman-temannya, hanya bisa tertawa melihat Gabby yang tersiksa. Entahmengapa, pria itu terlihat sangat puas bisa mempermainkan putri sulung darimusuh bebuyutan ayahnya.Manik biru dari pria campuran Australia-Indonesia bernama MaxwellDouglas itu seketika menggelap kala melihat gaun pesta yang dikenakan oleh sangwanita, mulai basah karena alkohol.Sementara Gabby, hanya bisa meringkuk di dekat sofa. Gadis itu berusahamenahan sakit yang mulai menjalar ke kepala,

DMCA.com Protection Status