'Kesempatan bagus,' ucap Ciara di dalam hati.Ini adalah kesempatan bagus bagi Ciara untuk terlepas dari penjaga yang menggendongnya. Dia meronta-ronta."Turunin aku!" teriak Ciara sambil menggoyangkan kedua kakinya. "Kamu nggak tuli, kan? Cepetan turunin aku!"Buk!Pria bertopeng melompat, lalu menendang punggung penjaga yang menggendong Ciara. Karena si penjaga tidak siap, dia kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Dia buru-buru menurunkan Ciara."Nona Ciara!" Si pria bertopeng menahan Ciara yang terhuyung dengan badannya. "Ikut aku sembunyi di balik drum besar!"Mereka berdua segera berlari menuju drum besar yang berada di dekat Ziyad. "Sembunyi di sini! Apapun yang terjadi, jangan keluar!" seru si pria bertopeng.Saat pria itu berbalik dan hendak pergi, Ciara menarik tangannya. "Tunggu! Kamu siapa?" tanya Ciara. "Apa aku bisa lihat wajah kamu?"Si pria membuka topeng dan berbalik menghadap Ciara. Dia menatap gadis itu tanpa bicara apa-apa. "SayaーQuden. Kamu pasti takut ka
"Nggak!" Ciara histeris. Dia menangis sambil mengguncang tubuh Ziyad yang tidak merespon. "Ziyad, bangun! Kamu nggak boleh mati!"Ciara dan Quden masih berjongkok di depan Ziyad yang tersungkur. Quden melepaskan jaket dan ikat pinggangnya. Lalu mengikatnya ke punggung Ziyad, mencoba menghentikan darah yang mengalir. Namun, usahanya sia-sia. "Pak Ziyad!" panggil Quden, serius. "Eh?! Jangan bercanda, Pak Ziyad!"Ciara menatap Quden. "Kenapa?"Quden memeriksa denyut nadi Ziyad. Lalu memeriksa kedua matanya. "Tahan, Pak Ziyad!" seru Quden, emosi. "Laki-laki nggak boleh lemah!" teriaknya kemudian. Tap! Tap! Tap!Terdengar suara sekelompok orang berlari dari arah belakang mereka. Semakin lama, suaranya semakin mendekat. Quden menoleh ke belakang. "Nona, berlindung di belakang saya!"Belum sempat Ciara bergerak, suara seorang pria memanggil namanya."Cia!"Mendengar seruan itu, Ciara dan Quden berdiri berbarengan."Itu Tuan Kevan," kata Quden, yakin. "Syukurlah Tuan udah dateng."Benar s
"Cia!" Felicia menyambut kepulangan Ciara dengan isak tangis. Dia memeluk anaknya. "Ada yang luka, nggak?"Ciara juga menangis di pelukan ibunya. Dia menggeleng tanpa berbicara.Suasana di ruang tamu mansion keluarga Hanindra tegang. Tidak ada anggota keluarga yang berani berbicara, bahkan Leon dan istrinya bungkam.Theo berseru, "Anak bodoh! Kenapa kamu bisa lengah gitu, Kevan?!" Dia marah bukan main. Christian dan Cinta masih terdiam. Mereka membiarkan Theo memarahi Kevan. Kevan menerima semua amarah Theo. Dia memang bersalah. Dia akan bertanggung jawab."Udah, Pa," sela Jasmine. Kemudian, dia menoleh kepada Rafiq Anseloーkepala pelayan keluarga Hanindra. "Sekarang, siapin pemakaman Ziyad!""Baik, Nyonya Muda." Rafiq pergi meninggalkan ruang tamu. Amarah Theo semakin meradang. "Nggak bisa. Kamu jangan lembek sama anak, Ma!"Jasmine berdiri. Dia menghampiri Kevan. "Van, sekarang kamu tau harus apa? Mama yakin, kamu pasti bisa jaga Ciara dan orang-orang kamu dengan baik. Hemm?"Keva
Theo duduk di kursi kayu mahoni. "Jadi, siapa yang udah selamatkan Cia?"Kevan sedang berada di balkon lantai dua kamar tidurnya. Dia di sana bersama Theo, Omar dan Angga. Kevan sengaja membawa Ciara untuk dirawat di kamarnya. Itulah sebabnya, Ciara sekarang berada di bangunan utama mansion keluarga Hanindra. Awalnya, Theo ingin Angga berjaga di kamar bersama istri dan Felicia. Namun atas desakan Kevan, Theo pun menyetujuinya.Karena Kevan diam saja, Omar pun menjawab, "Quden." "Di mana dia sekarang? Kenapa nggak ada di sini?" tanya Theo lagi. Kali ini, Omar tidak berani menjawab. Dia menunggu Kevan berbicara. "Sebenernya, Papa mau ngomong apa? Langsung aja to the point!" pinta Kevan.Theo menatap anaknya yang terlihat sangat tidak sabar. Kemudian, dia menggeleng. "Pekerjakan dia untuk jaga Cia!" Theo berseru dengan ekspresi serius. "Nggak!" tolak Kevan cepat-cepat. "Dia pernah buat masalah.""Apa masalahnya?" Theo Walcott ingin tahu. "Untuk kali ini jangan egois, Van!"Omar da
Setelah insiden di penjara kota Paloma, Miguel dibawa ke kantor polisi kota Baubau dengan pengawalan ketat. Dia akan menghadapi pengadilan. Di pengadilan, dia akan dihadapkan pada bukti-bukti yang memberatkan dan harus mempertanggungjawabkan tindakannya di depan hukum.Lalu, bagaimana dengan Jhonny Wijaya? Jhonny telah dibebaskan dari tuduhan karena tidak terbukti bersalah. Delon Sunanta, selaku pengacara pribadi Miguel sedang berkunjung. Miguel baru saja memasuki ruang kunjungan bersama seorang polisi. "Pak Delon, gimana putusan bandingnya? Udah keluar, kan?"Miguel duduk bersebelahan dengan Delon. Saat menatap Delon, kedua matanya berkaca-kaca.Delon menghela napas. Lalu, dia menggeleng. "Maafin saya, Tuan. Saya gagal ajukan banding masa penahanan praperadilan Anda."Raut wajah Miguel langsung berubah masam. Urusannya di penjara kota Baubau benar-benar dipersulit. "Apa benar-benar ditolak? Nggak ada pengurangan masa penahanan, atau pembatalan perpanjangan masa penahanan, gitu?"
Dua hari kemudian. Mobil yang membawa Kevan sudah sampai di area parkir VIP lantai 5 Menara K.C Tobacco. Ciara ikut bersamanya menghadiri acara pembukaan Menara K.C Tobacco.Meskipun mobil sudah berhenti, Kevan dan Ciara belum juga keluar padahal sudah banyak yang menanti kedatangan mereka. Omar mengambil alih kemudi mobil. Di samping mobil Kevan, terdapat beberapa mobil keluarga Hanindra dan keluarga Darwin juga seorang psikiater dan dokter yang menjaga Ciara."Tuan Muda, ini rundown acara pembukaan Menara K.C Tobacco." Omar menyerahkan tablet Android yang biasa dipakai mendiang Ziyad kepada Kevan. Kevan membacanya sebentar. Dia membiarkan Omar menjelaskan. "Registrasi dan Kedatangan Tamu pada jam 08:00 - 09:00 pagi. Lalu, Pendaftaran dan penyambutan tamu undangan. Dilanjutkan Pembukaan Acara jam 09:00 - 09:10 pagi."Kevan dan Ciara membaca rundown acara bersama. "Sambutan dari MC dan pengenalan acara.Menyanyikan Lagu Kebangsaan negara Nexterra jam 09:10 - 09:15 pagi. Tentu aj
Pada saat jam makan siang, di Menara K.C Tobacco sedang berlangsung penampilan musik dari beberapa penyanyi dan band terkenal dalam negeri. Semua tamu undangan terlihat sangat menikmatinya. Acara musik tersebut berkolaborasi dengan tarian tradisional negara Nexterra. Tepuk tangan meriah menggema di ballroom Menara K.C Tobacco. Banyaknya media yang meliput membuat perusahaan Kevan semakin populer dan menjadi trending di mesin pencarian. "Van, Kakek dan Nenek bangga sama kamu," kata Cinta di sela-sela jamuan makan. Dia duduk bersebelahan dengan Christian. Kevan hanya tersenyum tipis. Dia merasa ada yang tidak beres dengan Christian. Namun, dia tidak berani mengatakannya.'Apa Kakek sakit, ya? Wajahnya pucat banget,' pikir Kevan. Dia mencari-cari ide agar Christian bisa pergi beristirahat."Cia, habis makan siang ada sesi networking di taman sekitar menara dan terakhir sesi tanya jawab di ruang konferensi. Kamu mau ikutan, nggak? Atau kamu mau istirahat aja sama Kakek di hotel? Biar
Acara pembukaan Menara K.C Tobacco sudah selesai. Kevan lega. Keluarga hanindra sudah kembali ke kediaman mereka di kota Baubau bersama Felicia.Sore hari ini, angin semilir berembus. Kevan berdiri di taman luar Menara K.C Tobacco. Dia menunggu kedatangan Ciara. "Omar, kenapa Cia lama banget? Dia sama Quden, kan?"Kevan gelisah. Dia mencoba menghubungi Ciara, tetapi tunangannya tidak menjawab panggilan teleponnya."Iya, Tuan. Tunggulah sebentar lagi!" seru Omar, tenang. "Anda tahu kan? Nona Ciara nggak bisa jalan cepat-cepat."Kevan frustasi. Dia mencoba bersabar."Kakak!"Teriakan Ciara mengalihkan konsentrasi Kevan. Pria itu berbalik dan melihat cara berlari ke arahnya. "Cia, jangan lari!" Meskipun Kevan berteriak, Ciara tetap berlari. Kevan pun memeluknya erat, lalu berputar.Pemandangan itu menunjukkan kemesraan di antara Kevan dan Ciara, bahkan tidak sedikit orang-orang yang iri saat melihat mereka. "Kamu kok lama banget?" tanya Kevan, khawatir. Lalu, dia menatap Quden yang b
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te