"Tuan Kevan, itu apa?" Rinanto memanggil Kevan dengan sebutan Tuan. Sejak mengetahui identitas asli Kevan, Rinanto mengubah cara pandangnya terhadap cucu pertama keluarga Hanindra tersebut. Dia tidak lagi memandang rendah Kevan sebagai bodyguard. Karena faktanya, Kevan hanya menyamar sebagai bodyguard keluarga Darwin demi Ciara. "Video di layar itu adalah pernyataan resmi dari keluarga Darwin tentang pemutusan hubungan pertunangan anak mereka."Felicia tersenyum ketika melihat video dirinya dan Rudi di layar depan ruang meeting. Felicia teringat ketika Kevan mengusulkan agar dia dan suaminya segera membuat video tentang hubungan Ciara dan Miguel. Maka dengan peralatan seadanya, keluarga Darwin membuat video di halaman belakang rumah mereka."Kalian bisa liat video itu di akun sosial media keluarga Darwin."Saat Kevan selesai bicara, semua orang di dalam ruang meeting sibuk mengeluarkan ponsel. Mereka mencari akun sosial media milik keluarga Darwin."Video itu sebagai bentuk penegas
"Astaga!" pekik Rinanto begitu melihat akumulasi uang pengobatan Ciara di layar. "Aku nggak sangka biaya pengobatan Ciara menyentuh angka miliaran rupiah."Kevan tersenyum tipis melihat reaksi Rinanto. Kevan menunggu reaksi semua orang, tetapi yang dia lihat hanyalah ekspresi kaget orang-orang di dalam ruang meeting."Pak Rinanto, itu baru biaya di rumah sakit Mitra Internasional Baubau sebelum Nona Ciara pindah ke rumah sakit luar negeri," ujar Kevan.Rinanto terkejut. Senopati pun sama terkejutnya, tetapi dia buru-buru menutupi kecemasannya. Dia tidak mau Miguel melihat wajahnya. Gambar di layar pun berubah. Terlihat beberapa foto Ciara sedang berada di rumah sakit Internasional Notherdam Fez. Semua orang terperangah melihatnya.Seorang pria bertanya, "Kenapa Nona Ciara dipindahin ke rumah sakit Internasional Notherdam Fez? Bukannya rumah sakit Mitra Internasional Baubau sama bagusnya dengan rumah sakit Notherdam Fez?" Dia adalah Senopati. Kevan kesal dengan pertanyaannya. Pasalny
Miguel masih memancing emosi Rudi. "Gimana kalo pria yang katanya dermawan itu punya niat buruk?" tanya Miguel lagi. "Kita kan nggak tahu isi hati dan pikiran orang lain. Iya kan, Pa?"Orang-orang saling pandang. Miguel berjalan mendekati Rudi. Kevan melihat Felicia duduk di deretan kursi nomor dua sebelah kanan, tepat di belakang Sarah dan Mahendra. Di sampingnya, Rudi masih bergumam tidak jelas. "Hemmmm! Hmmm!"Felicia menyemangati suaminya yang sedang dilanda galau. "Sayang, Miguel cuekin aja! Jangan diambil hati!" Rudi mengangguk. Rudi tahu, emosi dapat menyebabkan kondisi kesehatannya semakin memburuk. Rudi juga tahu bahwa Miguel mengambil kesempatan itu untuk menjatuhkan dirinya sehingga dia bisa menguasai perusahaan Darwin Group."Papa!" Miguel memanggil Rudi. Dia berdiri di sampingnya.Kevan bergegas berdiri di belakang kursi roda Rudi. 'Aku takut Miguel gelap mata dan dorong Tuan Rudi sampai jatuh,' pikir Kevan. 'Aku nggak mau Tuan Rudi kenapa-kenapa.'Miguel menunduk. "Pa
"Ha! Ha! Ha!"Mendengar pernyataan Kevan, membuat tawa Miguel pecah memenuhi ruang meeting. Dia tertawa terpingkal-pingkal hingga wajahnya memerah. "Orang miskin kayak kamu aja berani ngomong tinggi!" Miguel berkata sambil terus tertawa. Begitu juga dengan Nulla. "Ha! Ha! Ha! Kevan! Kevan!" Nulla berseru. "Dari dulu kerjaan kamu halu terus. Bangun, Van! Makanya cari kerja yang bener supaya nggak halu melulu! Emangnya nggak capek ngehalu jadi orang kaya?"Miguel dan Nulla sampai saat ini tidak tahu identitas asli Kevan. Begitu juga dengan Edy. Edy menahan tawa. Dia menganggap Kevan terlampau bodoh karena berani-beraninya mengatakan omong kosong di depan Rapat Umum Pemegang Saham yang notabenenya adalah orang-orang terpelajar dengan latar belakang keluarga konglomerat pulau Pearl."Bu Nulla, mantan preman kayak Kevan cuma bisa kerja jadi bodyguard doang." Edy ikut-ikutan memberikan komentar yang mencemooh Kevan.Orang-orang di dalam ruangan tidak tahu menahu masalah diantara Kevan da
Miguel telah menerima kertas dari Edy. Dia membacanya sejenak. Tidak lama, Miguel senyum-senyum. "Kerja bagus, Pak Edy!" seru Miguel memuji pengacaranya.Senyum licik itu terlihat lagi di bibir Miguel dan pastinya membuat Kevan curiga dan geram."Pa, cepet tanda tangan surat ini sebelum pergi!"Miguel menyerahkan kertas tadi kepada Rudi dengan kasar. Felicia mendekati suaminya. "Van, itu apa?"Felicia lebih memilih bertanya pada Kevan daripada Miguel yang menurutnya tidak bisa dipercaya.Kevan hendak merebut kertas itu, tetapi Miguel menariknya lebih cepat. "Eh, jangan coba-coba ikut campur!" Miguel memperingatkan Kevan dengan kedua mata yang melotot. Pada dasarnya Kevan sering melatih otot-otot tubuhnya dengan berolahraga. Maka dia tentu lebih kuat daripada Miguel.Kevan mendorong Miguel, lalu merebut kertas tadi."Aarrggghh, sial! Balikin kertasnya!"Kevan membaca judul pada bagian atas kertas. Lalu, dia menatap Miguel.Kevan berteriak. "Ini surat pengalihan saham?! Kamu udah gi
'Kalo bukan karena bantuan Pak Nanto, mungkin aku nggak akan bisa masuk ke ruang meeting hari ini.'Kevan berkata di dalam hati. Dia tidak menyesali perkenalannya dengan Rinanto. Dia justru berterima kasih pada Adnan yang telah membantunya.Kevan dan Rinanto bermain mata. Malam itu sepulangnya dari restoran seafood Murti, Kevan langsung meminta bantuan kepada Rinanto. Tanpa banyak bicara, Rinanto menyanggupi Kevan untuk menghibahkan sahamnya sebanyak 2%.Kevan melihat Rinanto mengangguk padanya. Kevan pun tersenyum sebagai balasannya."Benar," kata Khairul. Dia berdiri. "Saya udah kirimkan email ke masing-masing pemegang saham untuk memberitahukan hal ini. Sekarang, Pak Kevan merupakan pemegang saham ke-7 di Darwin Group dengan kepemilikan saham 2% dari Pak Rinanto Murti."Sebagai seorang notaris, Khairul Fata bekerja dengan keras. Dia membuat akta notaris untuk bukti sah kepemilikan saham atas nama Kevan Hanindra. "Semua itu udah sesuai dengan ketentuan Pasal 16 UU PT. Silakan dibac
"Yang, kamu lagi apa? Udah makan? Hari ini sakit, nggak?"Seperti kata Kevan tadi, sekarang dia sedang menelepon Ciara. Kekhawatirannya telah memuncak sejak tadi pagi Kevan melihat wajah Ciara memucat. "Aku lagi duduk sandaran, Kak. Aku nggak apa-apa kok," ujar Ciara dengan suara bergetar. "Mami sama Papi gimana? Mereka baik-baik aja di rapat, kan? Kapan rapatnya selesai?"Walaupun Ciara mengaku baik-baik saja, tetapi Kevan tahu bahwa semua itu hanya kebohongan yang dibuat-buat. Karena sebelumnya, Bima sudah mengirimkan beberapa foto Ciara yang sedang sakit."Jangan khawatir! Tuan dan Nyonya nggak apa-apa di kantor. Kan ada aku!"Faktanya memang seperti itu. Rudi sudah bisa mengontrol emosi. Felicia pun sama. Keduanya sedang beristirahat."Kamu nggak mimisan, kan?"Kevan sengaja bertanya tentang kondisi kesehatan Ciara. Pasalnya, dia ingin tahu kejujuran sang pacar. "Aーaku ... aku nggak sakit. Kakak, aku mau istirahat lagi ya. Kalo ada apa-apa sama Mami dan Papi, cepet telepon aku!"
Daftar nama pemegang saham Darwin Group terbaru sudah dirilis. Walaupun nama Kevan masuk di daftar tersebut, tetapi angka persentase-nya masih sangat kecil. Baru saja suasana menjadi tenang, Sarah kembali berbicara dari atas podium. Kemudian, Sarah berseru, "Daftar nama pemegang saham ini belum fix, ya!" Kevan menatap Sarah sambil berpikir, 'Kali ini, apalagi? Asalkan bukan tentang Miguel, aku rasa semua akan baik-baik aja.'"Karena masih ada beberapa pemegang saham yang akan hibahkan saham mereka untuk Pak Kevan Hanindra."Kevan terkejut hingga mengubah posisi duduknya. Dia duduk tegak sambil melirik Ziyad yang duduk di depannya. "Ziyad, apa-apaan ini?! Kenapa nggak ada konfirmasi ke aku?!" Kevan berbisik. "Saya nggak tau, Tuan. Bahkan Nona Sarah nggak ngomong apa-apa ke saya."Felicia menatap Kevan dengan bingung. "Van, kali ini siapa lagi yang mau kasih kamu saham?" tanya Felicia. Kevan kebingungan menjawab pertanyaan Felicia."Aku juga nggak tau, Nyonya. Nggak ada satupun y
Donita menyadari ada yang tidak beres dengan suaminya. "Leon, kamu kenapa?" tanyanya, cemas. Donita bergegas lari ke arah Leon. Tangan Leon bergetar hebat. Setelah melototi dokumen kesehatan Christian di tangannya, sekarang Leon sedang menatap wajah ayahnya yang semakin memucat. Kemudian, dia segera membaca laporan keuangan keluarga.Melihat pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang berbicara. Mereka menunggu reaksi Leon. Donita menarik paksa dokumen dari tangan Leon. Beberapa detik kemudian, mulutnya menganga lebar. "Ini nggak mungkin!" teriak Donita. "Ini pasti ada yang salah." Donita melirik Cinta yang duduk tenang memandanginya. "Iya kan, Mama mertua? Ini cuma halusinasi aku aja karena terlalu stres." Donita berkata dengan frustasi.Cinta menggeleng. Sedangkan Leon mematung di tempat. "Paman Leon sama Bibi Donita kaget, ya?" Suara Kevan memecahkan keheningan. "Di rumah ini, cuma keluarga kalian dan anak-anak Paman Ken aja yang belum tau."Hati Leon dan Donita semakin terir
Setelah kesalahpahaman dengan Ciara selesai, Kevan meminta tunangannya pergi ke Pink Beach Island lebih dulu bersama Felicia dan Quden untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan Kevan kembali ke kota Paloma. Dia ingin menjemput keluarganya sebelum menyusul Ciara. Sehari sebelumnya, Ciara sudah mengetahui rencana pernikahan mereka. Karena keduanya melakukan fitting baju pengantin bersama. "Huhhh!" Kevan menghela napas panjang. Dia baru tiba di rumah besar keluarga Hanindra. Dia berjalan menuju ruang tengah di mana semua orang telah menunggunya."Tuan, Anda harus sabar!" Omar senantiasa mengingatkan Kevan. Kevan tidak menjawab. Dia terus berjalan tanpa menoleh.Setibanya di ruang tengah, semua orang sudah duduk bersama Christian dan Cinta. "Silakan duduk, Tuan!" Rofiq mempersilakan Kevan untuk duduk di sisi kanan Christian. "Malam, Kakek, Nenek," sapa Kevan. Lalu, dia menatap kedua Theo dan Jasmine yang duduk di sebelahnya. Rencana Kevan untuk menyusul Ciara tidak berjalan dengan
"Apa?! Anak kandung Kak Kevan?!"Ciara mengulangi kata-kata Nulla. Dia merasa hal itu sangat mustahil. Tapi jika dipikir-pikir, tidak ada hal mustahil di dunia ini kan? Bagaimana bisa, Kevan yang begitu bucin kepada Ciara menghamili wanita lain? Apalagi wanita itu adalah Nulla yang notabenenya mantan pacar sekaligus cinta pertama Kevan. Namun, jika sudah berurusan dengan nafsu, apapun bisa saja terjadi, kan?Kevan menghela napas kasar. Dia menatap Nulla yang sedang tersenyum lebar. Kevan beranjak pergi menghampiri Ciara. "Yang, jangan dengerin Nulla!"Ciara menghempas tangan Kevan. Dia memandangi Kevan dan Nulla bergantian. "Kamu belum bisa move on dari Cinta pertama kamu ya, Kak?" Wajah Ciara masam. "Kalo kamu belum selesai sama masa lalu, jangan berani-beraninya mulai sama orang baru."Usai mengatakan hal itu, Ciara pergi. Dia mengambil langkah cepat seolah tidak peduli dengan jantungnya yang terasa sakit. "Eh, Van! Kamu mau ke mana?" Nulla berteriak. Dia mencoba menghalangi Ke
"Masuk, Van!"Nulla membuka pintu kamar apartemen nomor 303. Namun, Kevan tidak langsung masuk. Merasa tidak ada pergerakan dari Kevan, Nulla menoleh ke belakang. "Kenapa? Ayo masuk!" ajaknya lagi. Nulla baru selesai mandi. Rambutnya basah dan dia masih memakai jubah mandi. Kevan tidak bodoh. Nulla pasti sedang merencanakan sesuatu. Bisa jadi firasat Omar tadi benar. Untuk sesaat, Nulla sibuk dengan ponselnya. Dia sedang mengetik pesan singkat untuk seseorang.Nulla: Nona Ciara, cepetan dateng ke Grand Hyeth Apartment nomor 303. Kamu pasti penasaran aku dan tunangan kamu ngapain aja, kan?Nulla tidak berniat menunggu pesan balasan Ciara. Dia kembali menatap Kevan. "Ada perlu apa?" tanya Kevan dengan tatapan sinis. "Di sini aja ngomongnya!"Kevan enggan masuk. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan."Aku mau ngomongin tentang Miguel. Kamu yakin mau ngomong di depan pintu? Kamu nggak takut kalo ada yang nguping?"Nulla berdiri di ambang pintu, lalu celingukan. Sepi. Suasana di kori
Sesampainya di rumah, Kevan melihat Ciara murung. Ciara berbaring lesu di kamarnya. Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Kevan dan Felicia. Felicia menghampiri anak satu-satunya. "Cia!" Ciara terkejut. Dia segera bangun. "Mama kapan pulang?" Sore hari yang redup ini sepertinya kota Baubau akan diguyur hujan. Suasana hati Kevan sedang tidak baik, sama seperti Ciara. Kevan mendekati Quden yang berdiri di dekat pintu. "Apa seharian ini Cia cuma tiduran aja?" tanyanya, penasaran. "Dia nggak bales chat aku sama sekali. Gimana nafsu makannya hari ini?"Quden adalah seorang yang jujur. Dia pun menjawab apa adanya. "Nona sama sekali nggak mau makan. Dia cuma minum susu aja, Bos." Kevan menatap Ciara yang sedang berbicara dengan Felicia. Wajah keduanya sedih. "Seharian ini, Nona Ciara habisin waktu di depan laptop baca-baca berita keluarga Darwin. Jadi, apa rencana Bos selanjutnya? Ngomong-ngomong, Pak Omar ke mana?""Omar masih di pengadilan. Aku balik sama Angga." Kevan terlihat benar-
"Huh!" Kevan melirik Felicia sedang menghela napas berat. Sejak tadi, Kevan berusaha menguatkan hati calon ibu mertuanya. Kevan memberikan botol air mineral kepada Felicia. "Ma, minum dulu!" Kevan lega. Karena setidaknya, Felicia masih mau minum di tengah ketegangan suasana ruang sidang. Dua hari lalu, Ciara sudah membereskan para pemegang saham yang ingin mundur dari Darwin Group. Ciara mentransfer uang sebanyak Rp 10 triliun sebagai ganti saham mereka. Tidak hanya itu, sehari sebelum sidang perdata digelar, keluarga Darwin sudah mengumumkan kebangkrutan mereka. Kini, Darwin Group telah diakuisisi oleh K.C Tobacco milik Kevan. Dengan cara itu, sudah sangat jelas bahwa K.C Tobacco ingin mengambil alih penuh tanpa melibatkan pemegang saham lama dalam struktur kepemilikan baru. Akuisisi ini memang menyakitkan bagi Ciara dan Felicia. Namun, mereka tidak memiliki cara lain. Selain itu, mereka berdua masih memiliki saham di K.C Tobacco. Tentu saja, Miguel tidak tahu hal itu. Denga
Pukul 9:00 malam waktu kota Baubau. Kevan dan Ciara sudah kembali ke rumah 1 jam yang lalu. Ciara tampak kelelahan. Mereka duduk di ruang tamu.Kevan duduk di sofa single menghadap ke pintu utama. Sedangkan Ciara dan Felicia duduk di sofa panjang bersama Arkan. Omar dan Angga berdiri di belakang Kevan. "Cia, kamu hebat. Kamu kuat menghadapi orang-orang. Aku salut sama keberanian kamu." Arkan tidak berhenti membanggakan Ciara. Namun, Kevan berwajah masam saat mendengarnya. Pintu pun terbuka. Quden berdiri di ambang pintu. Dia menatap Kevan. "Tuan, ada jajaran eksekutif di luar mau ketemu Anda dan Nona Ciara." Quden memberitahu. Sorot matanya tajam penuh dengan ancaman."Suruh masuk aja!" perintah Kevan. Kevan menatap Ciara dan Felicia. Lalu, mengangguk kepada Quden."Baik," sahut Quden. Tidak lama, dia menghilang di balik pintu. "Mama sama Cia inget kan rencana kita? Sekarang udah waktunya eksekusi."Kevan melihat Felicia tersenyum dengan paksa. Dia juga melihat sorot mata Felic
Rapat mendadak dengan jajaran eksekutif sudah selesai. Sekarang, Ciara sedang rapat bersama tim public relation dan tim kuasa hukum perusahaan di ruangan yang sama. Kevan tidak beranjak dari kursinya. Dia dengan setia menunggu Ciara menyelesaikan rapat. Di samping Kevan, Arkan duduk dengan tenang. Dia ingin melihat kepiawaian Ciara memimpin rapat.Di ruang rapat, Ciara berbicara. “Kita harus mengambil langkah-langkah yang sudah aku rencanakan untuk memulihkan kepercayaan dan memastikan Darwin Group tetap menjadi perusahaan yang dihormati,” katanya, antusias. Semua orang mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah tantangan besar, tapi dengan strategi yang tepat, mereka bisa mengatasi dampak negatif dan membangun kembali reputasi perusahaan."Siapa ketua tim public relation di sini?" tanya Ciara. Seorang wanita berambut pirang sebahu mengangkat tangan. "Saya, Nona. Nama saya Susan Arardjo.""Oke, Susan. Pertama-tama, aku mau hari ini kamu buat agenda transparansi dan komunikasi
Hari berikutnya, Ciara dan Kevan kembali ke pulau Pearl. Pagi ini, Ciara akan mengadakan rapat darurat dengan para eksekutif perusahaan Darwin Group. Kevan dan Ciara kembali bersama Arkan yang sekarang sedang rapat bersama pengacara yang dia bawa dan tim pengacara perusahaan di ruangan berbeda. Di ruang rapat Darwin Group, Ciara berbicara kepada tim manajemen. “Kita harus bekerja keras untuk memulihkan reputasi perusahaan. Aku tau, ini nggak akan mudah. Tapi dengan kerja sama dan dedikasi, aku yakin kita bisa mengatasi tantangan ini,” katanya dengan penuh semangat.Tim manajemen mengangguk setuju. Mereka tahu bahwa ini adalah saat yang sulit. Tapi, mereka bertekad untuk membawa Darwin Group kembali ke jalur yang benar. Mereka akan memastikan perusahaan ini tetap menjadi simbol integritas dan kepercayaan.Ciara menatap sekretarisnya. "Sarah, bagiin sekarang!""Baik, Nona." Sarah berdiri. Dia membagikan satu lembar kertas kepada tim manajemen. Kevan dan para jajaran direksi hanya te