Sang Pelayan dan Lelaki Tua itu masuk ke dalam sana. Bimantara heran melihat Lelaki Tua itu datang dari luar. Seharusnya dia datang dari dalam karena pamit membuang air kecil di sana.“Ampun Tuan, kemana ayah hamba yang bicara dengan Tuan tadi?” tanya Sang Pelayan.“Bukannya tadi pamit buang air kecil ke dalam sana?” tanya Bimantara.Sang Pelayan dan Lelaki Tua itu tampak merinding mendengarnya.“Ampun Tuan. Hamba baru datang dari kebun,” ucap Lelaki Tua itu pada Bimantara.“Benar Tuan. Ini Ayah hamba yang asli. Tadi itu bukan ayah hamba, mungkin saja dia makhluk halus yang sengaja ingin menggangu Tuan,” tambah Sang Pelayan.Bimantara terbelalak mendengarnya.“Bapak tidak berbohong kan sama saya?” tanya Bimantara tak percaya.“Ampun, Tuan. Hamba benar-benar datang dari kebun.”“Kalau Bapak baru datang, siapa yang barusan tadi datang?” tanya Bimantara heran.Sang Pelayan dan Lelaki Tua itu tampak merinding. Lelaki Tua itu menatap Sang Pelayan dengan ketakutan.“Bakar kemenyan. Ayah har
Hujan telah berhenti. Pasukan Putri Kidung Putih hampir tiba di gerbang istana. Panglima dan para prajurit mengiringi kereta kencana yang di dalamnya ada Sang Putri ditemani Kepala Pelayannya. Kepala Pelayan yang tampak ketakutan rahasia Sang Putri diketahui Sang Raja menatapnya dengan khawatir.“Yang Mulia yakin bahwa Yang Mulia Raja tidak akan mengetahui rahasia ini? Bukan kah mata-mata Yang Mulia Raja sangat banyak?” tanya Kepala Pelayan padanya.“Jika ayahku sudah tahu pun, aku tidak takut. Justru aku pulang untuk memberitahukan soal pemuda itu pada ayah. Aku ingin meminta restu ayah agar bisa menikah dengannya. Mungkin itulah cara satu-satunya untuk mengendalikan Bimantara agar ramalan itu tidak akan terjadi,” jawab Sang Putri.“Apakah Yang Mulia yakin kalau Bimantara tidak akan kabur dari kediaman Yang Mulia di sana? Bagaimana jika ingatannya kembali pulih lalu dia kabur dari sana?”“Aku sudah mengutus para prajurit terbaik untuk menjaga kediaman itu. Aku juga sudah mengutus bin
Bimantara masih duduk menunggu Lelaki Tua dan Sang Pelayan melakukan ritual pengusiran arwah. Aroma kemenyan menyeruak, tercuim ke hidungnya. Tak lama kemudian ritual itu selesai dilakukan mereka. Lelaki Tua itu langsung bersimpuh di hadapan Bimantara.“Ampun, Tuan,” ucap Lelaki Tua itu. “Sepertinya hamba tidak menemukan roh jahat yang datang ke tempat ini. Hamba hanya melihat sebuah cahaya putih yang terang benderang. Sepertinya yang datang itu adalah roh baik yang ingin menyampaikan sesuatu pada Tuan.”Bimantara tercengang mendengar itu.“Roh baik yang ingin menyampaikan sesuatu padaku?” tanya Bimantara tak percaya.“Benar, Tuan,” jawab Lelaki Tua itu.Bimantara tampak berpikir mendengar itu. Roh baik yang menyamar menjadi Lelaki Tua itu menceritakan soal kerajaan Iblis padanya. Dia yakin pasti ada hubungan dengannya.“Ampun, Tuan. Jika hamba boleh tahu. Apa yang dikatakan roh yang menyamar menjadi hamba itu pada Tuan?” tanya Lelaki Tua itu. Dia memang sudah lama menjaga kediaman Pu
Bimantara melompati pagar itu dengan tongkatnya lalu mendarat di atas tanah di luar pagar kediaman itu. Dia melihat harimau-harimau buas tengah mengerang kepada para prajurit terbaik utusan dari kerajaan itu. Harimau-harimau itu kini menatap Bimantara. Mereka mengerang marah. Para prajurit terbaik itu tampak mundur. Kesempatan emas untuk menjauh dari harimau-harimau yang terlihat seperti kelaparan itu.Bimantara mengarahkan tongkatnya pada harimau-harimau itu. Seketika harimau-harimau itu menjadi jinak dan terdiam. Naluri ilmu penakluk hewan dan binatangnya keluar dari dalam diri Bimantara tanpa disadarinya. Para prajurit itu pun tampak heran dan tak percaya.“Kenapa Yang Mulia Raja mengutus kalian ke sini?” tanya Bimantara kemudian.“Yang Mulia Raja meminta kami untuk membawamu ke istana,” jawab salah satu dari prajurit terbaik itu.Bimantara heran mendengarnya.“Apakah karena Yang Mulia Raja sudah tahu akan hubunganku dengan Tuan Putri?” tanya Bimantara.“Kami tidak tahu alasannya a
Langit di atas kerajaan Andana Warih tampak cerah. Putri Kidung Putih tampak duduk melamun di teras kamarnya. Tak lama kemudian Kepala Pelayan datang membawa minuman hangat untuknya. Dia langsung menghidangkannya di hadapan Tuan Putri.“Ini minumnya, Yang Mulia,” ucap Kepala Pelayan itu dengan wajah khawatir. Dia belum tahu apa yang dikatakan Sang Raja padanya saat Sang Raja meminta Tuan Putri ke ruangannya. Dia penasaran namun enggan bertanya karena takut.“Terima kasih,” jawab Sang Putri.Kepala Pelayan mengangguk. Dia kembali berjalan keluar membawa nampannya. Saat Kepala Pelayan itu hampir saja mendekati pintu keluar kamar itu, Sang Putri memanggilnya.“Kepala Pelayan!”Kepala Pelayan itu menoleh padanya.“Iya, Yang Mulia,” jawab Kepala Pelayan.“Kemarilah!”Kepala Pelayan bergegas kembali mendekati Sang Putri.“Ada apa, Yang Mulia?” tanya Kepala Pelayan heran.“Ayah tengah mengirim utusan terbaiknya untuk menjemput Bimantara ke istana,” jawab Tuan Putri.Kepala Pelayan terbebalak
Para utusan itu mendatangi kediaman Sang Putri. Mereka mengabarkan perintah Sang Raja untuk membawa Sang Putri menghadap Sang Raja. Sang Putri heran.“Apakah Bimantara tidak berhasil kalian bawa ke sini?” tanya Sang Putri.“Kami sudah berusaha, namun harimau-harimau penjaga menghalangi kami. Dan akhirnya Bimantara datang lalu menundukkan harimau-harimau itu dengan tongkatnya. Dia bilang akan ke istana jika Tuan Putri yang menjemputnya,” jawab Prajurit itu.Tuan Putri terbelalak mendengarnya.“Bimantara menundukkan harimau-harimauku?” tanyanya tak percaya.“Benar, Yang Mulia,” jawab Prajurit itu.Sang Putri benar-benar tidak percaya kalau ternyata Bimantara bukan hanya mampu menundukkan Janardana. Dia juga mampu menundukkan harimau-harimaunya. Sang Putri pun langsung pergi bersama prajuritnya untuk menemui Sang Raja.Saat Sang Putri sudah menghadap Sang Raja. Sang Raja langsung berdiri menatapnya.“Apa saja yang kau ajarkan pada pemuda itu?” tanya Sang Raja geram.Sang Putri bingung me
Lalaki Tua itu keluar dari gerbang istana menemui kelima Ninja di hadapannya yang sedang bertarung menghadapi para prajurit penjaga kediaman itu. Sesaat kemudian Lelaki Tua menggerakkan tangannya lalu tiba-tiba tenaga dalamnya keluar dan diarahkan kepada kelima Ninja itu. Kelima Ninja terdorong tenaga kuat itu hingga tubuhnya terhempas jauh ke atas tanah. Bersamaan dengan itu Bimantara mendarat dengan tongkatnya di sebelah Lelaki Tua itu.“Siapa kalian?! Bukan kah di negeri ini dilarang menggunakan ilmu bela diri bagi rakyat jelata?!” tegas Lelaki Tua itu.Bimantara tak percaya melihat Lelaki Tua itu ternyata memiliki ilmu bela diri yang mumpuni. Dia orang kerajaan dan orang kepercayaan Tuan Putri. Mungkin karena itulah dia memiliki ilmu bela diri dan bebas melawan kelima Ninja itu, pikir Bimantara.Salah satu dari kelima Ninja itu bangkit berdiri.“Kau tak perlu tahu siapa kami. Serahkan Pemuda itu pada kami jika tidak ingin seluruh peghuni kediaman ini mati!” ancam Ninja itu.“Kalia
Seorang Lelaki gagah itu berlari terengah-engah menghadap Pangeran Padama. Pangeran itu berdiri heran.“Kau pulang sendirian? Kemana kelima Ninja yang lainnya?” tanya Pangeran Padama dengan heran.Lelaki gagah itu gemetar lalu berlutut di hadapannya penuh takut. Keringat mengucur di dahi dan lehernya.“Ampun, Yang Mulia. Pemuda pincang itu telah membunuh lima Ninja terbaik kita.”Pangeran Padama geram mendengarnya. Dia mengepal tangannya lalu tenaga dalamnya terkumpul di sana. Dia arahkan tangannya ke dinding gua hingga batu-batu berjatuhan tepat yang dikenai tenaga dalamnnya. Para Tetua yang berada di dalam sana tampak gemetar ketakutan.“Benar-benar tidak berguna!” geram Pangeran Padama.“Ampun Yang Mulia, sebaiknya kita gunakan cara yang lainnya saja,” nasehat Tetua padanya.Pangeran Padama menatap Tetua yang bicara itu dengan amarah.“Dengan cara apa? Kita tidak memiliki cara apapun selain menghadapinya dan merebut langsung tongkat yang dimiliki Pemuda itu!” geram Pangeran Padama.