Home / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / 235. Serangan Harimau Hutan

Share

235. Serangan Harimau Hutan

Author: Hakayi
last update Last Updated: 2022-05-27 21:18:41

Darsa datang dengan kudanya ke hadapan sebuah pondok yang tertinggal. Dia pun turun dari kudanya lalu memasuki pondok itu dengan bingung. Di dalam pondok itu sudah menunggu Pendekar Buruk Rupa, Tama dan Salwa.

“Apa dia masih berada di penjara istana?” tanya Pendekar Buruk Rupa yang sekarang sudah menggunakan topeng agar orang-orang tidak curiga padanya dan tidak menimbulkan perhatian penduduk di Suwarnadwipa.

Darsa duduk di hadapan mereka dengan bingung.

“Dia sudah berhasil keluar dari penjara,” jawab Darsa.

Pendekar Buruk Rupa terkejut mendengarnya. Dia pun berpikir.

“Berarti kita tidak perlu melanjutkan rencana kita untuk ikut bertarung di dalam kerajaan dengan penyamar sebagai penjahat kerajaan,” ucap Pendekar Buruk Rupa. “Padahal aku sudah senang, selain bisa membawa kepala Candaka Uddhiharta, kita juga akan membawa koin emas ke kerajaan Tala.”

“Sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Tama dengan bingung.

Pendekar Buruk Rupa geram mendengar pertanyaan yang menurutnya sangat b
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   236. Gimbo

    Bimantara masih menatap tajam kedua mata harimau besar di hadapannya. Nenek, Seruni dan pemuda itu saling berpelukan dengan takut.“Pergilah dari sini! Kami tidak mengganggumu dan jangan ganggu kamu” ucap Bimantara pada harimau itu sambil mengarahkan pedangnya.Harimau itu bersuara sangat keras. Ia menatap kancil yang tak berdaya yang diletakkan pemuda itu tadi di atas lantai.“Kau marah karena dia berburu makananmu?” tanya Bimantara.Harimau itu kembali bersuara seolah mengatakan iya kepada Bimantara.Nenek, Seruni dan Pemuda itu tampak heran melihat Bimantara yang seolah bisa bicara dengan binatang buas itu.“Ambilah dan bawalah pergi kancil itu,” pinta Bimantara. “Lalu pergilah dari sini.”Harimau itu pun langsung menggigit kancil yang tak berdaya itu dan membawanya pergi dari sana. Nenek, Seruni dan Pemuda itu tercengan melihat harimau itu menuruti perkataan Bimantara.Nenek pun memukul punggung pemuda itu dengan geram.“Aku sudah bilang jangan berburu terlalu jauh ke dalam hutan!

    Last Updated : 2022-05-27
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   237. Ratu Suwardwipa

    Bimantara hendak keluar dari persembunyiannya, namun saat itu Nenek itu berkata pada para prajurit yang mencari keberadaannya.“Tidak ada siapapun yang datang ke sini!” jawab nenek itu sambil berjalan keluar menghampiri mereka.Bimantara terkejut mendengar itu. Seruni dan Pemuda itu pun diam saja, mengikuti perkataan nenek yang hendak mencoba melindungi Bimantara. Bimantara bisa saja menyerang mereka, namun dia tidak ingin terjadi pertumpahan darah. Melawan para prajurit itu akan membunuh mereka, karena mereka tak akan menyerah sampai bisa membawa Bimantara kembali ke penjara istana.Para prajurit itu saling menatap. Lalu salah satu dari mereka menatap nenek itu dengan lekat.“Baiklah, jika bertemu dengan orang yang berada di dalam lukisan ini, kau harus hati-hati. Dia penjahat terbesar yang telah merusak penjara istana dan membunuh para prajurit kerajaan,” ucap Prajurit itu lalu menoleh pada teman-temannya. Kemudian mereka pergi dari sana.Saat para prajurit itu menghilang dari hadap

    Last Updated : 2022-05-28
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   238. Pendekar Gila

    Pendekar Buruk Rupa sedang mendekam di dalam penjara bersama Tama, Salwa dan Darsa. Tama tampak bingung dan khawatir.“Bagaimana jika kita tidak dikeluarkan di dalam penjara ini, Tuan Pendekar?” tanya Tama.Pendekar Buruk Rupa tertawa. “Mudah bagiku untuk melelehkan jeruji besi itu. Aku tengah mengikuti alur yang dimaui Panglima itu. Kita lihat saja nanti, apakah dia akan memenuhi janjinya untuk melepaskan kita atau tidak setelah yang mulia ratunya percaya dengan ramalan itu. Jika yang mulia ratunya percaya dan kita bisa dibebaskan, usaha kita mencari Candaka Uddhiharta akan semakin mudah. Jika tidak, terpaksa aku akan mengeluarkan segala ilmuku untuk membasmi mereka semua!” jawab Pendekar Buruk Rupa.“Baik, Tuan Pendekar,” ucap Tama.Pendekar Buruk Rupa pun menoleh pada Darsa.“Hei, Pendekar. Bisakah kau melihat masa depan dengan ilmu kanuraganmu?” tanya Pendekar Buruk Rupa penasaran.Darsa terkejut mendengarnya. “Aku bisa saja menerawangnya, namun aku belum pernah melakukannya,” jaw

    Last Updated : 2022-05-28
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   239. Serangan Ilmu Hitam

    Kepala Perguruan menatap Pendekar Pedang Emas yang tampak semakin lemah tak berdaya di atas jerami itu. Tabib Perguruan baru saja selesai mengobatinya.“Apakah sudah ada kabar dari Bimantara?” tanya Tabib Perguruan padanya.Kepala Perguruan menggeleng. “Aku tidak mewajibkannya untuk memberi kabar padaku, lagipula merpati tak akan bisa sampai ke sana untuk mengirimkan surat padanya, begitupun dengan Bimantara,” jawab Kepala Perguruan.Tabib Perguruan pun mengangguk. Dia menatap Pendekar Pedang Emas dengan bingung.“Keadaannya semakin buruk,” ucap Tabib Perguruan. “Aku sudah mencoba mencarikan ramuan untuknya, namun semuanya tidak berhasil, hanya dapat nenambah sedikit tenaganya saja, tidak bisa mengeluarkan racun dalam tubuhnya.”“Pedang Perak Cahaya Merah memang sangat berbahaya. Itulah sejak dulu perguruan melarang pedang itu digunakan. Khawatir jatuh kepada tangan yang salah. Namun ternyata pedang itu memilih muridku. Aku membiarkannya karena aku percaya Bimantara akan dapat diperca

    Last Updated : 2022-05-28
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   240. Suara dari Dasar Lembah

    Bimantara mengatur napasnya sambil mengumpulkan tenaga dalamnya. Sementara Seruni berdiri menunggunya sambil mengawasi sekitar. Saat cahaya keluar dari kedua telapak tangan Bimantara, dia melihat pisau berkarat hendak melukai dadanya. Bimantara langsung mendorong pisau berkarat itu agar tidak melukai dadanya dengan tenaga dalamnya, tak lama kemudian pisau berkarat itu langsung terdorong jauh ke hadapannya kemudian menghilang. Bimantara memuntahkan isi perutnya.Seruni panik. “Bima!” panggilnya khawatir.Bimantara membuka matanya dengan lemas.“Aku melihat pisau berkarat hendak menusuk dadaku,” ucap Bimantara.Seruni terbelalak mendengarnya.“Itu pasti ilmu hitam yang dikirim oleh pihak istana padamu,” ucap Seruni dengan yakinnya.“Sepertinya kita harus istirahat dulu,” pinta Bimantara.Seruni mengangguk.***Sementara itu, Pendekar Buruk Rupa yang tengah menancapkan pisau hitam ke lukisan Bimantara, tangannya terdorong menjauh dari lukisan hingga pisau di tangannya terhempas. Tama, Sa

    Last Updated : 2022-05-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   241. Ajian Terbang

    Panglima Adhira dari kerajaan Nusantara Tengah berdiri di atas kapal layar bersama para prajuritnya. Dia masih melakukan pelayaran atas perintah Raja Dawuh untuk mencari Bimantara agar mereka membantu Bimantara mencari bunga raksasa merah di Suwarnadwipa.Parjurit itu mendekat pada Panglima Adhira yang tengah menatap lautan.“Kenapa yang mulia Raja begitu peduli dan baiknya kepada pendekar dari Perguruan Matahari itu, Panglima?” tanya prajurit itu dengan heran.Panglima Adhira menatap prajurit itu. “Pemuda itu telah menyelamatkan nyawa yang mulia raja,” jawabnya.Prajurit tampak penasaran.“Menyelamatkan nyawa yang mulia raja?”“Iya, bahkan pemuda itulah yang menyebabkan yang mulia raja memiliki kekuatan dari kitab sakti tiada tanding dan mendapatkan pedang pusaka,” jawab Panglima Adhira.“Pantas saja yang mulia raja Dawuh kini tampak hebat dan gagah. Aku melihatnya ketika yang mulia melawan para mayat hidup dengan tangan kosongnya,” ucap Prajurit itu yang baru tahu asal muasal rajany

    Last Updated : 2022-05-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   242. Jembatan Akar

    Seruni pun memeluk Bimantara sambil memejamkan mata. Bimantara memeluknya dengan erat. Kaki cahaya naganya menyala. Tongkat di tangannya dia angkat. Tak lama kemudian dengan satu lompatan Bimantara membawa gadis itu terbang menuju tebing di seberang. Seruni memejamkan matanya dengan takut di pelukan Bimantara, dia khawatir akan terjatuh ke bawah jurang sana. Tak lama kemudian Bimantara berhasil mendaratkan kakinya ke tebing seberang dengan sempurna.“Kita sudah sampai,” ucap Bimantara.Seruni membuka matanya lalu melepas pelukannya pada Bimantara. Dia tak percaya mereka sudah tiba di seberang sana.“Bagaimana kau melakukannya, Bimantara?” tanya Seruni tak percaya.“Aku sudah bilang aku memiliki ajiannya,” jawab Bimantara yang kini sudah berdiri tegak dengan tongkatnya.Seruni masih menunjukkan wajah tidak percayanya.“Ayo kita lanjutkan perjalanan,” pinta Bimantara.“Rumah penduduk masih sangat jauh dari sini,” jawab Seruni. “Mungkin bisa sehari perjalanan lagi.”“Kalau begitu tunjuka

    Last Updated : 2022-05-29
  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   243. Kembali dari Tugas Terakhir

    Angin berembus pelan dari luar jendela kediaman Tabib Perguruan. Kepala Perguruan duduk di sisi ranjang sambil menatap Pendekar Pedang Emas yang tampak semakin lemah. Tabib Perguruan tengah menumbuk ramuan obat-obatan di dekatnya.“Kabarnya para pendekar dari Tala yang tidak berhasil ditangkap pihak istana sudah menghilang dari bumi Nusantara,” ucap Tabib Perguruan.“Itu karena mereka sudah tahu kalau Candaka Uddhiharta yang mereka cari sedang tidak berada di Nusantara ini,” jawab Kepala Perguruan.“Apa yang dilakukan pihak kerajaan terhadap para pendekar dari Tala yang ditawan, Tuan Guru?” tanya Tabib penasaran.“Mereka sudah mengirim surat ke kerajaan Tala, namun hingga kini belum ada tanggapan dari sana. Kabarnya para tawanan itu akan tetap dikurung dalam penjara selama tidak ada tanggapan dari kerajaan Tala.”“Jika mereka menanggapi surat itu dan berhenti mencari Candaka Uddhiharta bagaimana?” tanya Tabib itu lagi.“Pihak kerajaan akan mengembalikan para pendekar tawanan itu ke Ta

    Last Updated : 2022-05-30

Latest chapter

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   582. ENDING : Pertemuan di Nusantara

    Bimantara berjalan dengan tongkat hitamnya di pedesaan pinggir laut itu. Dia sudah tidak lagi menggunakan kaki cahaya naganya. Dia melihat di pulau seberang sudah tidak ada lagi bangunan tinggi yang memiliki menara yang menjulang. Bagunan Perguruan Matarhari telah lenyap di sana. Perkampungannya tampak sunyi. Beberapa rumah tampak sudah hancur berkeping-keping. Hanya ada beberapa rumah yang tampak baik-baik saja.Bimantara tidak tahu siapa yang masih hidup di negeri itu. Setelah dia memeriksa tiga kerajaan Nusantara yang hancur berkeping-keping, dia mengendalikan naganya untuk kembali ke kampung halamanannya.Bimantara berdiri di sisi tebing itu. Dia teringat saat menemui Dahayu di sana dahulu."Tahun depan aku akan menjadi murid di sana!" ucap Bimantara tiba-tiba. Memecah lamunan tiga remaja di hadapannya itu. Seolah ingin menunjukkan pada Dahayu bahwa tanpa kaki satu, dia masih layak mengejar impiannya. Tiga remaja itu menoleh ke arah Bimantara bersamaan. Saat menyadari yang bicara

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   581. Perang Besar Terakhir 8

    Setelah itu keadaan menjadi hening. Putra Mahkota Iblis dan keempat saudaranya benar-benar sudah mati. Bahari tersenyum.“Sekarang aku bisa mati dengan tenang,” ucap Bahari.Bahari pun memejamkan matanya. Kini Bimantara, Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang kembali merasakan dingin.Sementara Bimantara langsung berlari menuju Raja Dawuh yang tidak lagi bernyawa itu. Dia memeriksa tubuhnya. Denyut nadinya sudah berhenti. Bimantara menangis sambil memeluk mayatnya.“Maafkan aku yang tidak bisa menjagamu!” isak Bimantara.Tanaka, Pendekar Dua Alam dan Pendekar Sungai Panjang berjalan mendekat ke arahnya.“Kita sudah berhasil Bimantara,” ucap Tanaka.Bimantara pun menutup mata Raja Dawuh lalu berdiri di hadapan ketiga Panglimanya yang tersisa itu.“Tapi kita tidak berhasil mencegah mereka menghancurkan setiap kerajaan di atas muka bumi ini,” ucap Bimantara menyayangkannya. “Dan aku tidak berhasil menjaga Bahari dan Raja Dawuh.”“Aku yakin mereka akan tenang di nirwana kar

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   580. Perang Besar Terakhir 7

    “Aku bisa melakukannya tanpa harus membangkitkan Dahayu kembali,” ucap Bimantara.Pendekar Dua Alam mengernyit mendengarnya.“Cahaya di tubuh Dahayu sangat berguna untukmu, Bimantara. Jika cahaya kalian menyatu maka tidak ada satupun yang bisa melawan kalian, termasuk para Iblis itu,” protes Pendekar Dua Alam.“Dahayu telah mengalirkan cahayanya kepadaku,” ujar Bimantara.“Tapi cahayanya telah menyusut di tubuhmu,” protes Pendekar Dua Alam.Raja Dawuh pun bangkit.“Jika kau menolaknya karena sudah mengkhianatinya, aku rasa Dahayu akan mengerti, Bimantara. Kita tidak memiliki cara lain untuk membunuh mereka!” tambah Raja Dawuh.“Jangan paksa aku!” teriak Bimantara.Bimantara pun mengeluarkan tenaga dalamnya, dia pun langsung mengalirkannya pada Pendekar Dua Alam, Raja Dawuh, Bahari, Pendekar Sungai Panjang dan Tanaka.“Jangan lakukan itu, jika tidak tenagamu akan habis!” protes Tanaka yang menerima aliran tenaga dalam dari Bimantara.Bimantara tidak menggubris perkataan Tanaka. Tenaga

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   579. Perang Besar Terakhir 6

    “Jangan menangis,” pinta Ki Walang.“Aku tidak berhasil menjadi Chandaka Uddhiharata, Tuan Guru,” isak Bimantara. “Dunia sudah dihancurkan anak-anak iblis itu. Tiga kerajaan Nusantara telah habis terbakar, juga istana-istana di kerajaan lain. Sebentar lagi semua manusia akan mati. Mungkin aku juga akan mati. Padahal aku sudah membawa kelima Panglima terbaik di dunia ini.”“Apakah seperti ini akhirnya seorang murid yang sangat aku banggakan itu?” ucap Ki Walang sedikit marah. “Dahulu aku kagum padanya karena keterbatasannya dia memiliki cita-cita begitu agung untuk menjadi seorang pendekar yang berguna bagi sesama. Pahadal dia hanya memiliki kaki satu, tapi dia ingin memiliki jurus tendangan seribu.”Bimantara terdiam mendengar itu.“Hal yang tidak mungkin. Siapapun yang mendengarnya pasti akan tertawa karena ketidakpercayaannya. Tapi aku percaya akan itu. Akhirnya aku ajarkan semua ilmuku padamu. Dan kini, kau mengeluh disaat nyawa masih berada di dalam ragamu?!” teriak Ki Walang.“Ap

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   578. Perang Besar Terakhir 5

    Bimantara kembali menyerang Putra Mahkota Iblis yang tampak geram. Dia menggunakan segala jurus yang dia punya untuk melawannya. Sekuat tega Bimantara lakukan sendirian untuk melawannya. Berbagai serangan yang dilakukan Bimantara berhasil dilawannya dengan baik. Bimantara tampak kewalahan dan hampir saja kehilangan tenaga.“Kita harus membantunya,” pinta Raja Dawuh yang tampak khawatir pada Bimantara.“Aku tahu kau seorang raja,” sahut Tanaka. “Tapi yang paling penting dari sebuah tim adalah mengikuti arahan Pimpinannya. Sekarang kau bukan seorang raja lagi. Kau harus mengikuti permintaan Bimantara yang meminta kita menjaga Pendekar Dua Alam sampai dia selesai melakukan ritualnya. Nyawa kita sekarang untuk Pendekar Dua Alam.”“Tapi dia bisa mati melawan Putra Mahkota Iblis itu sendirian,” ucap Raja Dawuh semakin khawatir.“Percaya saja,” pinta Tanaka menenangkannya.Sementara Pendekar Sungai Panjang masih berusaha menggunakan tenaga dalamnya untuk mengembalikan tulang-tulang yang pata

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   577. Perang Besar Terakhir 4

    Bimantara terbang ke atas langit. Tubuhnya mengeluarkan cahaya. Sesaat kemudian dia meluncur ke bawah lalu menggunakan jurus tendangan seribunya untuk menghalau roh-roh hitam yang menyerang mereka. Satu persatu dari roh-roh hitam itu terpelanting jauh dan terbakar.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang terngaga melihatnya. Bimantara pun kembali mendarat di dekat mereka dengan sorot mata yang masih menyala. Putra Mahkota Iblis di dalam benteng itu tampak geram. Dia berteriak lalu mengeluarkan cahaya di tubuhnya. Gemanya hampir saja memecahkan dinding pembatas tak terlihat.“Sekarang saatnya kau harus memecahkan dinding pembatas tak terlihat itu,” pinta Bahari.Bimantara mengangguk.“Semuanya segera bersiap!” pinta Bimantara pada kedua Panglima yang menemaninya itu.Bahari dan Pendekar Sungai Panjang mengangguk. Mereka pun sudah bersiap dengan jurus masing-masing.Bimantara menoleh pada Tanaka dan Raja Dawuh yang masih menjaga Pendekar Dua Alam yang sedang membangkitkan para pendekar sakti

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   576. Perang Besar Terakhir 3

    Putra Mahkota Iblis itu berhenti berlari menuju benteng yang terbuka itu. Iblis itu menatap kepada empat saudaranya yang ikut berhenti.“Berpencarlah kalian semuanya,” pinta Putra Mahkota Iblis. “Hancurkan semua kerajaan di muka bumi ini! Biar aku saja yang menghadapi musuh kita di depan benteng sana!”“Tapi mereka telah membunuh adik bungsu kita,” protes salah satu dari mereka. “Kita harus bersama-sama membunuh mereka sebelum kita keluar dari negeri ini dan menghancurkan semua kerajaan di atas muka bumi ini!”“Diriku sendiri sudah cukup untuk membunuh semuanya! Ikuti perintahku jika kalian masih menganggapku sebagai pengganti Raja!” teriak Putra Mahkota Iblis itu pada adik-adiknya.“Baiklah,” jawab salah satu dari mereka.Empat anak-anak Iblis yang perkasa itu pun langsung melompati benteng yang luas nan tinggi itu. Mereka berpencar ke empat penjuru untuk menghancurkan kerajaan-kerajaan di berbagai wilayah.Sementara Bimantara di luar benteng itu tampak terkejut melihat para Iblis it

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   575. Perang Besar Terakhir 2

    “Biar aku saja yang menghadapinya,” ucap Tanaka pada Bimantara.Bimantara mengangguk. Tanaka pun langsung melompat dari punggung naga lalu terbang melawan Pendekar Tombak Angin. Tanaka mengeluarkan golok hitamnya, sementara Pendekar Tombak Angin mengeluarkan pedangnya. Mereka berdua bertarung di atas langit.Bimantara menoleh pada Bahari, Pendekar Sungai Panjang, Pendekar Dua Alam dan Raja Dawuh.“Kalian serang prajurit mereka!” perintah Bimantara.Keempat Panglimanya itu mengangguk. Mereka langsung mengendalikan naga masing-masing lalu naga-naga yang ditunggangi mereka itu menghembuskan api dari mulut mereka untuk membakar ribuan prajurit yang berusaha memecahkan benteng tinggi itu. Sebagian prajuritnya mati terbakar karenanya. Para prajurit yang lain berusaha menyerang mereka dengan senjata masing-masing.Dengan sigap Raja Dawuh menggunakan kekuatannya untuk melelehkan pedang dan senjata lainnya yang digunakan para prajurit itu. Seketika senjata mereka meleleh.Sementara Bimantara l

  • Bimantara Pendekar Kaki Satu   574. Perang Besar Terakhir 1

    Ribuan burung besar yang membawa Pendekar Tombak Angin dan pasukan roh-nya telah tiba di daratan negeri salju itu. Angin dingin berhembus menusuk tulang. Pendekar Tombak angin yang berada paling depan di punggung burung besar itu tampak menggigil. Ribuan tentaranya pun tampak kedinginan. Burung-burung besar itu pun tampak sudah lemah memasuki negeri salju itu, mereka tidak kuat akan dinginnya negeri itu.Pendekar Tombak Angin melihat patung es raksasa yang sedang memegang tongkat di hadapan benteng tinggi yang memutih. Ribuan prajurit di dekatnya pun mematung, mereka bagai patung es yang dipahat oleh seorang seniman yang masyhur.“Apakah dia Bubungkala?” tanya Pendekar Tombak Angin pada tiga makhluk hitam yang kedinginan di dekatnya. Tiga makhluk hitam itu terbang mengikutinya.“Benar, Tuanku,” jawab Makhluk hitam itu. “Dia yang paling bungsu dari ke enam saudara Iblismu.”Pendekar Tombak Angin tampak tidak kuat lagi karena dinginnya tempat itu.“Sekarang keluarkan batu dari neraka it

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status